Faktor Reproduksi Analisis Distribusi Faktor Risiko Kanker Ovarium

1838, kemudian diikuti dengan pekerjaan sebagai petani, yaitu sebanyak 31,6 1238. Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang didapat oleh Fachlevy et al 2012, dimana pasien yang paling banyak adalah IRT tidak bekerja yaitu 61,3. Pekerjaan IRT juga terbanyak ditemui pada penelitian lain, yaitu berjumlah 87 146218 Sihombing Sirait, 2007. Berbeda halnya dengan pasien kanker ovarium pada penelitian di China Selatan, ditemukan distribusi pasien yang bekerja lebih banyak dibandingkan pasien yang merupakan IRT tidak bekerja. Pasien yang bekerja adalah sebanyak 32,9 162493 sedangkan yang tidak bekerja didapat sebanyak 67,1 331493 Su, et al., 2013. Cukup tingginya pasien yang bekerja sebagai petani, mungkin dapat dijelaskan dengan terdapatnya paparan dari zat kimia seperti pestisida yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan risiko kanker ovarium. Ditemukan bahwa pestisida berhubungan dengan peningkatan kerusakan gen. Namun, paparan yang sedikit tidak memiliki dampak yang besar pada kerusakan gen Bolognesi, 2003.

5.2.2. Analisis Distribusi Faktor Risiko Kanker Ovarium

5.2.2.1. Faktor Reproduksi

Hasil penelitian yang didapat berdasarkan paritas ataupun jumlah anak, pada penelitian ini, yang terbanyak adalah pasien dengan jumlah anak 1, yaitu berjumlah 57,9 2238 sedangkan pasien dengan jumlah anak 1 ditemukan sedikit, yaitu 13,2 538. Terdapat kesamaan hasil dengan penelitian oleh Ferris et al 2014, dimana ditemukan distribusi paritas terbanyak pada pasien dengan jumlah anak 1 adalah berjumlah 77,4 301389 dan terendah adalah pasien dengan jumlah anak 1, yaitu berjumlah 8,2 32389. Hasil ini berbeda dengan penelitian lain, dimana dinyatakan pada penelitian oleh Fachlevy et al. 2012, pasien dengan jumlah anak 1 multipara dapat menurunkan risiko kanker ovarium. Sehingga, teori yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jumlah anak sedikit dengan teori “incessant ovulation” tidak terlihat pada penelitian ini, dimana dengan tidak memiliki paritas, maka ovulasi tidak pernah dihambat sehingga kerusakan dari epitel pun akan tetap terus berlangsung dan menyebabkan terjadinya iritasi kronis pada ovarium dan sel-sel dapat bertransformasi menjadi sel-sel neoplastik, yang dapat menjadi risiko terbentuknya kanker ovarium Fachlevy, et al., 2012. Berdasarkan hasil penelitian ini, pasien yang menyusui anaknya sendiri ataupun laktasi, memiliki distribusi yang tinggi pada pasien kanker ovarium, yaitu sebanyak 63,2 2438. Berbeda dengan hasil penelitian yang didapat Ferris et al 2014, pasien yang tidak menyusui lebih tinggi jumlahnya dibandingkan pasien yang menyusui. Dimana, pasien yang tidak menyusui berjumlah 51,4. Penelitian oleh Ferris inipun didukung dengan hasil yang menyatakan bahwa berdasarkan penelitian, terdapat peningkatan risiko kanker ovarium pada pasien yang tidak menyusui Pieta, et al., 2012. Namun pendapat ini tidak terlihat melalui hasil yang diperoleh oleh penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014 ini. Untuk faktor reproduksi menurut usia menarke, banyak ditemukan pasien dengan menarke normal 11 – 14 tahun, yaitu sebanyak 86,8 3338, dan tidak ditemukan pasien dengan menarke dini. Lain halnya dengan penelitian oleh Fachlevy et al 2012 yang menyatakan bahwa menarke dini memiliki faktor risiko yang bermakna dibandingkan menarke normal. Sehingga teori yang menyatakan bahwa tingginya risiko kanker ovarium pada wanita dengan usia menarke yang terlalu dini disebabkan oleh karena lamanya paparan dari hormon estrogen, tidak terlihat pada penelitian ini. Kemudian, menurut faktor risiko menopause, pada penelitian ini, terdapat 20 orang yang telah menopause dan 18 orang yang belum mengalami menopause. Hal yang sama juga didapat oleh Yen et al.2003 dimana 67,4 5886 pasien telah mengalami menopause. Sehingga menurutnya menopause berhubungan dengan peningkatan risiko kanker ovarium. Sedangkan berdasarkan distribusi usia terjadinya menopause, diperoleh pasien dengan usia menopause normal yaitu 36,8, lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan usia menopause terlambat yaitu 15,8. Hal yang sama ditemukan, dimana usia menstruasi normal memiliki distribusi yang terbanyak, yaitu berjumlah 41,4 2486 Yen, et al., 2003. Namun, hasil ini tidak sesuai dengan penelitian lain. Seperti, menurut Pieta et al 2012, menopause yang terlambat memiliki faktor risiko yang meningkat, yaitu peningkatan sebanyak 1,4 kali. Sehingga teori yang menyatakan bahwa paparan yang lama dari hormon eksogen dapat meningkatkan risiko kanker ovarium tidak terlihat pada penelitian ini.

5.2.2.2. Pemakaian Hormon Eksogen