10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Seni
1. Konsep Pendidikan Seni
Dalam kegiatan seni untuk anak-anak, ditemukan nilai-nilai edukasi yang kemudian dikenal sebagai konsep education through art yang dikemukakan oleh
Herbert Read yang berangkat dari pemikiran Plato. Selanjutnya Lowenfeld dan Brittain Widia Pekerti, 2012: 1.24 menjelaskan kegiatan seni berperan dalam
mengembangkan berbagai kemampuan dasar di dalam dirinya, seperti kemampuan fisik, perseptual, pikirintelektual, emosional, kreativitas, sosial, dan
estetik. Seiring dengan bertambahnya usia anak, seluruh kemampuan dasar dapat berkembang secara terpadu. Dasar-dasar pendidikan dimasukkannya seni dalam
kurikulum pendidikan nasional bertumpu pada pokok-pokok pikiran sebagai berikut.
a. Sesuai dengan sifat dan hakikat dari kesenian itu sendiri, maka seni dalam
pendidikan di sekolah-sekolah umum sebaiknya menggunakan pendekatan multidisplin, multidimensional dan multikultural. Pendekatan multidisiplin
dalam pendidikan
seni bertujuan
mengembangkan kemampuan
mengekspresikan diri dengan berbagai medium rupa, bunyi, gerak, bahasa, tulisan atau perpaduannya. Sedangkan multidimensional dalam pendidikan
seni digunakan dalam mengembangkan pemahaman dan kesadaran bahwa kesenian tidak berdiri sendiri melainkan terkait dengan banyak aspek dalam
kehidupan. Adapun pendekatan multikultural dalam pendidikan seni digunakan untuk menumbukan pemahaman, kesadaran dan kemampuan
11 mengapresiasi keragaman budaya lokal, bahkan juga global sebagai sarana
pembentukan sikap saling menghargai, toleran, dan demokratis dalam masyarakat yang pluralistik majemuk.
b. Pendidikan seni berperan dalam membentuk pribadi yang harmonis dengan
memperhatikan kebutuhan perkembangan kemampuan dasar anak didik meliputi kemampuan fisik, pikir, emosional, persepsi, kreativitas, sosial, dan
estetika melalui pendekatan belajar dengan seni, melalui seni dan tentang seni sehingga anak didik memiliki kepekaan indrawi, rasa, intelektual,
keterampilan dan kreativitas berkesenian sesuai minat dan potensi anak didik. c.
Pendidikan seni berperan mengaktifkan kemampuan dan fungsi otak kiri dan otak kanan secara seimbang agar anak didik mampu mengembangkan
berbagai tipe kecerdasan intelektual IQ, kecerdasan emosional EQ, kecerdasan kreativitas CQ, kecerdasan spiritual SQ, dan multi inteligensi.
Hajar Pamadhi 2012: 18 mengungkapkan bahwa kehadiran pendidikan seni dalam pendidikan berangkat dari suatu
pengalaman serta kajian ilmiah. Pada saat perkembangan seni menjulang dengan berbagai karya-karya master piece beberapa
ahli kemudian mengakui bahwa ternyata karya seni mempunyai filsafat dan misi tertentu perupanya. Isi tersebut mampu dideteksi
sebagai buah pikiran, perasaan, gambaran, imajinasi, serta ide yang mampu menggugah munculnya pikiran positif orang lain.
Selanjutnya, Sudarso dan Evan Wasono, 2007: 85 mengatakan bahwa
konsep pendidikan seni harus berbasis pendidikan. Pendidikan merupakan pembinaan perkembangan yang akan terlihat dari ungkapan ekspresi yang
dihasilkan. Pendidikan lewat seni merupakan pembinaan cara-cara berekspresi, seni bukan merupakan tujuan, tetapi merupakan sarana sebagai media, proses
12 untuk melaksanakan pendidikan. Dalam pendidikan seni dapat ditunjukkan
adanya: a.
Substansi ekspresi yang menggambarkan kesenangan, harapan yang menitikberatkan pada ungkapan perasaan.
b. Substansi keterampilan yang menitikberatkan pada kemampuan
teknis, ketepatan reproduksi, kerapian, dan kecekatan. c.
Substansi kreasi yang menitikberatkan pada bidang latihan, yaitu menciptakan bentuk-bentuk seni terapan, menyusun benda-benda
menjadi karya seni dan menciptakan sesuatu yang baru.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa di dalam pendidikan seni dapat ditunjukkan adanya substansi
ekspresi, keterampilan, dan kreasi yang berperan dalam mengembangkan kemampuan dasar seperti kemampuan fisik, perseptual, pikirintelektual,
emosional, kreativitas, sosial, dan estetik yang ada di dalam diri anak.
2. Tujuan Pembelajaran Seni