tidak serupa. Nyeri pada proses persalinan diakibatkan karena peregangan segmen bawah rahim selama kontraksi servik.
D. Proses Terjadinya Nyeri Persalinan
Rasa nyeri pada persalinan terjadi karena kontraksi uterus dalam kala pengeluaran janin. Dalam persalinan normal, saat awal persalinan sampai pembukaan lengkap akan
berlangsung 12-18 jam, dilanjutkan kala pengeluaran janin sampai pengeluaran plasenta. Rasa nyeri ini dipengaruhi oleh kelelahan, keletihan, kecemasan, dan rasa takut akan
menyebabkan peningkatan rasa nyeri Westheimer, 2000. Situasi dan kondisi dalam menghadapi nyeri ini sangat individual, sehingga
menyebabkan pengalaman rasa nyeri berbeda antara satu wanita dengan yang lain, demikian pula antara persalinan pertama dengan persalinan berikutnya pada wanita yang
sama. Rasa nyeri selama proses persalinan mengakibatkan pengeluaran adrenalin. Pengeluaran adrenalin ini akan mengakibatkan pembuluh darah berkontriksi sehingga
akan mengurangi aliran darah yang membawa oksigen ke uterus dan mengakibatkan penurunan kontraksi uterus yang akan menyebabkan memanjangnya waktu persalinan,
sehingga menghilangkan rasa takut dan nyeri selama proses persalinan menjadi hal yang cukup penting Stoppard, 2008.
E. Teori- Teori Tentang Nyeri
Ada beberapa teori tentang nyeri yaitu specificity theory, pattern theory, dan gate control theory. Teori dasar yang banyak digunakan adalah teori gate control. Teori ini di
defenisikan sebagai pengalaman perseptual yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor fisiologis dan psikologis yang unik dan bersifat individual. Teori gate control
menggambarkan ada mekanisme pintu gerbang pada ujung saraf tulang belakang yang dapat meningkatkan atau menurunkan aliran impuls saraf dari serat perifer menuju
sistem saraf pusat Marie, 2002.
Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantar sepanjang saraf sensoris menuju ke otak. Selain itu, teori ini menekankan pengembangan mekanisme kendali nyeri dalam tubuh
dan memberikan penjelasan yang dapat di terima untuk pendekatan kendali nyeri non- interventif atau teknologi rendah yang mencakup metode psikologis, masase punggung,
dan stimulasi saraf elektrik transkutaneus Mander, 2004.
F. Pengukuran Intensitas Nyeri
Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda dan gejalanya atau berpatokan pada ucapan dan perilaku
pasien. Pasien kadang-kadang diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya sebagai verbal yaitu nyeri ringan, sedang, atau berat Mander, 2004.
Ada beberapa cara untuk mengkaji intensitas nyeri yang biasanya digunakan antara lain:
1. Visual Analog Scale VAS
Skala ini dapat diketahui dengan kata-kata kunci pada keadaan yang ekstrem yaitu ‘tidak nyeri’ dan ‘nyeri senyeri-nyerinya’. Skala ini tidak memiliki tingkatan
yang tepat tanpa angka dan tidak memberikan pasien kebebasan untuk memilih dengan apa yang dialami, hal ini mengakibatkan kesulitan.
2. Verbal Numerical Rating Scale VNRS
Skala ini memiliki nilai numeris dan hubungan antara berbagai tingkat nyeri. Skala nyeri ini terdiri dari garis 0-10 cm yang telah ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan daerah yang paling nyeri kemudian diberi skalanya. Walaupun demikian, pasien masih mengalami kesulitan dalam menentukan angka pada
pengalaman nyeri yang manusiawi dan membutuhkan perhitungan yang matematis.
3. McGill Pain Questioner MPQ
Skala ini kombinasi antara verbal dan nilai numerik yang melekat dan gambar utuh. Instrumen ini mengubah pengenalan sifat yang multidimensional pengalaman
nyeri dengan menentukan intensitas, kualitas, dan durasi seseorang. Aplikai MPQ memberikan informasi kuantitatif dalam bentuk rangkaian skor yang menunjukkan
dimensi sensorik, afektif, dan evaluatif nyeri, sehingga MPQ bersifat valid, reliabel, konsisten, dan berguna. Apabila digunakan dalam penelitian, deskripsi metode sudah
memberikan informasi yang maksimum. Cara mengkaji nyeri dalam skala intensitas nyeri yaitu ibu berhak memilih 12
kata-kata numeris yang telah ditentukan dan di nilai berdasarkan nilai terendah skor 0 dan nilai tertinggi skor 3 dan dinilai berdasarkan tingkatan nyeri yaitu jumlah skor
1-6 untuk nyeri ringan, jumlah skor 7-12 untuk nyeri sedang, dan jumlah skor 13-18 untuk nyeri berat Mander, 2004.
G. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri selama persalinan. Faktor tersebut terdiri dari faktor fisik, sosial, dan psikososial yang meliputi paritas, prosedur medik,
kecemasan, kelelahan, ketakutan, dan mekanisme koping Bobak, 2004.
H. Persepsi Nyeri
Walau ambang nyeri hampir sama pada semua individu tanpa memandang jenis kelamin, sosial etnik, atau perbedaan kultural, tetapi perbedaan-perbedaan ini memegang
peran penting dalam persepsi nyeri tiap individu. Pengaruh faktor-faktor, seperti budaya, counterstimuli, dan distraksi untuk mengatasi rasa nyeri tidak dimengerti sepenuhnya.
Arti nyeri dengan ekspresi verbal maupun nonverbal tampaknya dipelajari dari interaksi dalam kelompok sosial primer. Rasa nyeri berbeda tiap individu. Ketegangan
emosi akibat rasa cemas sampai rasa takut dapat memperberat persepsi nyeri selama
persalinan. Nyeri dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan yang berakhir dengan kepanikan, persalinan sebelumnya juga dapat mempengaruhi persepsi
wanita tentang nyeri bersalin Indrayani, 2013.
I. Nyeri Persalinan Kala I
Pada persalinan kala I sebelum atau sesudah terjadi kontraksi, sering kali muncul lendir bercampur darah yang keluar dari vagina sebagai tanda persalinan. Hal ini
disebabkan oleh karena terlepasnya sumbatan pelindung pada leher rahim, karena serviks mulai membuka dan mendatar sedangkan darah itu berasal dari pembuluh darah kapiler
yang berada di sekitar kanalis servikalis yang peka akibat pergeseran yang terjadi sewaktu serviks membuka Prawirohardjo, 2008.
Persalinan kala I ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak rahim kontraksi teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Pada umumnya kaitan persalinan sulit ditentukan,
tahap pertama biasanya berlangsung jauh dari pada waktu yang diperlukan untuk tahap kedua dan ketiga. Tahap pertama persalinan dibagi menjadi tiga bagian yaitu fase laten,
fase aktif, dan fase transisi. Fase laten dimulai saat kontraksi teratur dan ditunjukkan dengan pembukaan serviks yang sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3
sampai 4 cm, dengan lamanya pada primipara 4 sampai 6 jam tetapi tidak lebih 20 jam, sedangkan untuk multipara sekitar 4 jam tapi tidak lebih dari 14 jam. Kontraksi rahim
terjadi selama fase laten dengan peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi. Kontraksi pada rahim berlangsung dari kontraksi ringan dengan lamanya 15-30 detik,
dan berkembang menjadi nyeri sedang dengan lama kontraksi 30-40 detik dan frekuensi setiap 5 sampai 7 menit.
Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot uterus yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada
waktu membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Selama
kala I, kontraksi uterus yang menimbulkan dilatasi serviks dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama kala I ditransmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoris thorasic bawah
simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri visceral yang berlokasi dibawah
abdomen menyebar ke daerah lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya wanita merasakan nyeri pada saat kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri
bersifat lokal seperti sensasi kram, sensasi sobek dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum. Selama fase aktif,
serviks berdilatasi Bobak, 2004.
J. Cara Mengatasi Nyeri