16
Dengan demikian tujuh kemampuan para peraih prestasi dalam mengubah kegagalan menjadi batu loncatan adalah para peraih prestasi
menolak penolakan, para peraih prestasi melihat bahwa kegagalan bersifat sementara, para peraih prestasi memandang kegagalan sebagai insiden
yang berdiri sendiri, para peraih prestasi menjaga harapan tetap realistis, para peraih prestasi memfokuskan perhatian pada kekuatan-kekuatan
mereka, para peraih prestasi menggunakan berbagi cara untuk meraih prestasi, dan para peraih prestasi mudah bangkit kembali.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar di
Perguruan Tinggi
Menurut Sudarman 2004 faktor lain yang tak kalah penting dalam mempengaruhi prestasi belajar, adalah sebagai berikut :
a. Sarana dan Prasarana yang Memadai
Hal ini menyangkut alat-alat belajar yang memadai, tempat belajar yang nyaman, serta biaya yang mencukupi. Belajar di Perguruan
Tinggi membutuhkan biaya yang cukup besar. Bukan hanya biaya kuliah tetapi juga biaya-biaya lain, seperti biaya makan, transportasi,
praktikum, serta sewa rumah dan biaya makan sehari-hari bagi yang berasal dari luar kota. Jika ada yang mengalami masalah biaya, maka
kuliah pun akan terganggu. Tidak jarang mahasiswa yang drop out di tengah jalan karena faktor ini. Oleh karena itu sebelum memasuki
Perguruan
Tinggi alangkah
bijaknya bila
masalah biaya
dimusyawarahkan dahulu bersama orang tua. Misalnya kalau masuk Perguruan Tinggi favorit pilihan, berapa biaya yang harus
dipersiapkan untuk pendidikan, sewa rumah, biaya hidup sehari-hari transportasi, makan, minum, pakaian, kesehatan. Kalau memang
kondisi keuangan tidak memungkinkan, lebih efektif dan efisien untuk mengikuti kuliah di kota terdekat.
b. Lingkungan Belajar yang Mendukung
Alasan pemilihan bidang studi seorang calon mahasiswa di Perguruan Tinggi seringkali bersifat subjektif. Padahal pemilihan bidang studi
yang sesuai akan banyak menunjang efektivitas belajar di Perguruan
17
Tinggi. Oleh karena itu, jika seseorang memasuki program studi atau jurusan karena tekanan orang tua, atrau ikut-ikutan teman, maka tidak
akan mendapatkan hasil yang maksimal. Lingkungan yang menyenangkan, yang sesuai dengan yang diinginkan, sangat
membantu keberhasilan seseorang dalam belajar. Lingkungan yang menyenangkan tidak hanya yang berkaitan dengan akademik, tetapi
juga lingkungan yang berkaitan dengan tempat tinggal. Jika seseorang tinggal di tempat baru, tempat kos misalnya, maka kenalilah
lingkungannya. Dalam hal ini berlaku falsafah hidup “Dimana bumi di injak disitu langit dijunjung”, artinya hormatilah orang lain, jangan
bersikap sombong dan angkuh terhadap orang lain. Lingkungan yang baik dan ramah akan membuat seseorang merasa nyaman, dan
membantu seseorang dalam belajar. Lingkungan sekitar, baik secara geografis maupun psikologis akan sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar seseorang di Perguruan Tinggi. Lingkungan geografis misalnya lingkungan tempat tinggal yang tidak jauh dari kampus, dilalui
kendaraan umum, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan secara psikologis adalah lingkungan yang menyangkut hubungan seseorang
dengan keluarga dan teman-teman. Lingkungan yang kondusif akan sangat mendukung keberhasilan seseorang. Sebaliknya lingkungan
yang tidak kondusif seperti gaduh, kacau, banyak maksiat, akan sangat menganggu konsentrasi belajar seseorang.
c. Mengetahui tentang cara kerja otak
Otak yang ajaib akan lebih optimal digunakan apabila seseorang mengetahui tentang cara kerjanya. Dalam buku Quantum Learning
yang ditulis oleh Bobbi Deporter Mike Hernacki, dikatakan bahwa otak manusia terdiri atas dua belahan : otak kiri dan otak kanan.
Masing-masing belahan, otak kiri dan otak kanan memiliki cara kerja dan kemampuan yang berbeda-beda. Otak kanan cara kerjanya bersifat
acak, tidak teratur, intuitif dan holistik menyeluruh. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal
seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan sedih, gembira, kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan
pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas serta visualisasi. Sedangkan otak kiri cara kerjanya bersifat logis, sekuensial, linier
serta rasional. Biasanya fungsi otak ini didominasi oleh para fisikawan. Cara kerja dari fungsi otak kiri mampu melakukan tugas-
tugas teratur, seperti menulis, membaca, asosiasi, auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik serta simbolis. Dalam kuliah
kedua belahan otak ini besar fungsinya. Untuk menjaga keseimbangannya perlu diketahui bagaimana caranya. Misalnya :
Seseorang perlu alunan musik dalam belajar untuk menghilangkan ketegangan, perlu asosiasi dalam memahami sesuatu hal. Dan semua
itu harus selaras dengan cara kera otak.
18
Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang belajar di Perguruan Tinggi adalah sarana dan prasarana yang memadai, lingkungan
belajar yang mendukung, dan mengetahui tentang cara kerja otak.
2.1.4 Pengukuran Prestasi Akademik