Upacara Perkawinan Sistim Kepercayaan Masyarakat Trunyan

40 rambut untuk pertama kali. Upacara menjadi lebih penting apabila rambut si anak menjadi gembel, yang menunjukan bahwa rohnya sangat kotor. Upacara ini upacara terakhir yang ada hubungan dengan kelahiran seorang bayi, dan sejak itu seorang individu akan diupacarai tiap enam bulan sekali, dengan upacara hari jadi yang di Bali disebut otonan terakhir diadakan bagi seorang adalah enam bulan sesudah ia wafat. Rangkaian upacara-upacara kelahiran wajib untuk dilakukan oleh masyarakat Trunyan karena upacara-upacara tersebut merupakan suatu acuan untuk dapat menentukan baik-buruknya kehidupan anak itu nantinya bahkan setelah ia meninggal.

3.3.3. Upacara Perkawinan

10 Perkawinan di Trunyan dapat dimulai melalui tiga cara, yakni dengan cara meminang memadik; dengan cara bersama-sama melarikan diri ngerorot; atau dengan cara menculik seorang gadis yang tidak rela dikawini melegandang. Dari ketiga macam itu yang paling umum dan yang paling disukai adalah bentuk ngerorot, karena perkawinan semacam itu adalah berdasarkan saling cinta-mencintai adanya. Persetubuhan sebelum diadakan upacara perkawinan adat diperkenankan oleh adat di Trunyan, karena tujuan perkawinan di sana adalah untuk memperoleh keturunan; sehingga biaya upacara perkawinan yang mahal tersebut, baru akan dikeluarkan setelah seorang laki-laki yakin benar bahwa gadis yang dikawini itu akan memberi keturunan baginya. Inilah sebab utama mengapa kebanyakan mempelai perempuan di Trunyan sudah mempunyai perut besar karena mengandung sewaktu mereka berada di muka 10 Hasil wawancara dengan Kepala AdatPemangku Adat 41 balian yang memimpin upacara perkawinan adat. Apabila pergaulan antara kedua orang yang saling menyukai dan mencintai itu berjalan baik, maka mereka akan bersama-sama melarikan diri, untuk bersembunyi di salah satu anggota dadia pihak laki-laki, dan dari sana mengirim seorang utusan untuk melaporkan kepada orang tua si gadis, bahwa mereka telah berkeputusan untuk menikah. Utusan tadi harus membawa serta satu wadah perak yang berisikan daun sirih lengkap dengan segala ramu-ramuannya seperti pinang, kapur, gambir dan tembakau, yang disebut buah basi. Apabila persembahan ini dimakan oleh orang tua si perempuan, maka itu berarti bahwa ia setuju dengan perkawinan ini, dan jika ia tidak setuju maka ia akan menolak memakannya. Namun apabila buah basi ini tetap dipersembahkan sampai tiga kali, walaupun terus saja ditolak, perkawinan menurut adat dianggap sah juga. Upacara persembahan buah basi akan dilakukan menjelang satu hari secara berturut-turut. Dan biasanya orang tua si perempuan baru menerimanya pada persembahan yang terakhir. Mepekandal, adalah upacara yang dilakukan di pekarangan kuil bagian luar jaban, dengan maksud untuk mengesahkan keanggotaan kedua mempelai sebagai anggota desa adat krama desa. Upacara perkawinan adalah sangat mahal, karena paling sedikit dua ekor babi dewasa harus disembelih pada kesempatan itu. Semua anggota dewan desa adat harus diundang untuk menyaksikan upacara tersebut, sambil disajikan makanan upacara yang terdiri dari nasi kukus yang dicampur dengan sayur yang terbuat dari kelapa parut yang dicampur dengan darah babi mentah, potongan daging babi dan bumbu-bumbu. Sebenarnya menurut adat di sana, orang Trunyan tidak diharuskan untuk mengadakan upacara yang mahal. Setiap upacara pesta keagamaan selalu ada pilihan di antara yang bersifat sederhana nista, yang bersifat tengah-tengah madia dan yang 42 bersifat agung ageng. Namun orang Trunyan lebih suka melakukan yang terakhir, karena dapat menaikan gengsi dadianya masing-masing. Usia untuk kawin bagi orang laki-laki Trunyan adalah di sekitar 25 tahun, dan bagi perempuan 20 tahun, tetapi kini ada kecenderungan untuk dilakukan dalam usia yang lebih muda dikalangan generasi yang lebih muda. Sampai pada hari ini, persetubuhan sebelum diadakan upacara perkawinan adat tidak dilarang oleh adat, sehingga banyak dipraktikkan oleh para remaja di sana.

3.4. Sistim Kepercayaan tentang Kematian