manusia. Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung,
atau tertelan Yuliarti, 2007. Menurut Judarwanto 2006 konsumsi formalin dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, dan
ginjal. Sementara itu menurut Putranto 2011 berdasarkan hasil uji klinis, dosis
toleransi tubuh manusia pada pemakaian secara terus-menerus Recommended Dietary Daily Allowances RDDA untuk formalin sebesar 0,2 mg per kilogram
berat badan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1168MenkesPerX1999 tentang Bahan Tambahan Makanan, formalin
formaldehid termasuk ke dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan ke dalam makanan.
Apabila melanggar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, diantaranya termasuk penggunaan bahan yang dilarang dipakai sebagai
bahan tambahan pangan seperti formalin, pelakunya diancam hukuman penjara maksimal lima tahun dan atau denda paling banyak Rp 600 juta. Penggunaan
formalin dalam produk pangan melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Anonymous, 2006.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Perlu dilakukan penelitian terhadap buah impor untuk mengetahui
apakah buah impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan mengandung formalin atau tidak”.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar formalin pada buah impor.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis dan asal buah impor yang dijual di beberapa pasar
swalayan di kota Medan. 2.
Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin dan kadarnya pada buah apel impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin dan kadarnya pada
buah anggur impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan. 4.
Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin dan kadarnya pada buah jeruk impor yang dijual di beberapa pasar swalayan di kota Medan.
5. Untuk mengetahui karakteristik fisik dari buah impor yang dijual di
beberapa pasar swalayan di kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber informasi bagi konsumen buah impor agar lebih hati-hati
dalam memilih dan mengonsumsi buah-buahan impor. 2.
Sebagai bahan masukan bagi BPOM dalam melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap buah-buahan impor.
3. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang kadar formalin pada buah
impor.
Universitas Sumatera Utara
4. Sebagai data awal tentang kadar formalin pada buah impor yang dapat
dijadikan sebagai bahan informasi bagi penulis lain untuk penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah-Buahan
Menurut Zulkarnain 2009, secara botani, buah dapat didefinisikan sebagai ovari matang dari suatu bunga dengan segala isinya serta bagian-bagian
yang terkait erat dari bunga tersebut. Oleh karena itu, buah terdiri atas bagian- bagian seperti dinding ovari atau pericarp yang berdiferensiasi menjadi eksocarp,
endocarp, dan mesocarp, biji, jaringan plasenta, partisi, reseptakel, dan sumbu tangkai bunga.
Buah merupakan sumber antioksidan yang mampu menghancurkan radikal bebas penyebab timbulnya berbagai penyakit dan tanda-tanda penuaan dini. Buah
juga mengandung banyak serat yang dapat mencegah timbulnya sembelit dan gangguan pencernaan pada lambung. Selain serat, buah juga mengandung
berbagai vitamin dan air yang merupakan komponen penting dalam metabolisme tubuh Ramadhani, 2014.
Menurut Tarwotjo 1998 buah-buahan merupakan sumber vitamin terutama vitamin C dan karotin atau provitamin A dan mineral seperti zat
kalsium, zat pospor, dan lain-lain mineral dalam jumlah kecil. Serat banyak terdapat pada buah-buahan di bagian kulitnya.
2.1.1 Klasifikasi Buah-Buahan
Menurut Zulkarnain 2009 berdasarkan jumlah penyusunnya, buah dapat
Universitas Sumatera Utara
diklasifikasikan atas beberapa kelompok, yaitu : a.
Buah sederhana, yaitu buah yang berkembang dari satu ovari. Buah sederhana dikelompokkan lagi menjadi :
1. Buah sederhana berdaging pericarpnya berdaging. Tipe buah
demikian dapat dikelompokkan lagi menjadi : a.
Tipe berry, misalnya buah tomat dan anggur Vitis vinifera b.
Tipe drupe, misalnya buah zaitun, peach, cherry Prununs, sp., dan plum
c. Tipe pome, misalnya buah apel Malus domestica
d. Tipe hesperidium, misalnya buah jeruk Citrus sp.
e. Tipe pepo, misalnya buah tanaman yang tergolong ke dalam famili
Cucurbitaceae. 2.
Buah sederhana tidak berdaging pericarpnya kering, yang dapat digolongkan menjadi :
a. Golongan dehiscent membuka dan menyebarkan biji pada saaat
matang, yang dapat dikelompokkan lagi menjadi : 1.
Tipe legume polong, misalnya buah kacang-kacangan 2.
Tipe follicle, misalnya buah peony dan Hekea 3.
Tipe capsule, misalnya buah Eucalyptus sp. 4.
Tipe silique, misalnya buah mustard Brassica nigra. b.
Golongan indehiscent tidak membuka dan tidak menyebarkan biji pada saat matang, yang dapat dikelompokkan lagi menjadi :
Universitas Sumatera Utara
1. Tipe achene, misalnya buah bunga matahari Helianthus
annuus 2.
Tipe caryopsis biji-bijian, misalnya buah jagung 3.
Tipe nut, misalnya buah hazel nut 4.
Tipe samara, misalnya buah maple. b. Buah agregat, yaitu buah yang berasal dari beberapa ovari pada bunga yang
sama, baik ovari tersebut bergerombol maupun menyebar pada satu eseptakel, yang kemudian menyatu menjadi satu buah. Contoh buah tipe
ini misalnya pada tanaman stroberi Fragaria vesca c. Buah majemuk, yaitu buah yang berasal dari beberapa ovari dari beberapa
bunga, lalu menyatu menjadi satu massa. Contoh buah tipe ini misalnya pada tanaman nanas Ananas comosus.
2.1.2 Memilih Buah yang Segar
Menurut Sjaifullah 1996 kriteria dalam memilih buah segar antara lain : 1.
Kriteria Fisik a.
Warna kulit Setiap jenis buah, bahkan setiap varietasnya, mempunyai warna kulit
khas. Umumnya buah yang mengalami proses pematangan akan berubah warna kulitnya dari hijau gelap menjadi kuning, merah, atau
ungu. b.
Kesegaran dan kebersihan kulit Buah yang baik terlihat segar, kulitnya berkilap, tidak keriput, dan
tidak terdapat noda, baik noda bekas gigitan serangga maupun noda
Universitas Sumatera Utara
getah. c.
Ukuran dan bentuk buah Umumnya pada saat layak petik, buah mempunyai ukuran maksimum
dengan bentuk yang khas pula. Selain ukuran, bentuk dapat dijadikan patokan untuk menentukan mutu buah. Buah yang baik mempunyai
bentuk sesuai dengan bentuk baku normalnya. Buah cacat atau tidak normal akan mempunyai rasa yang kurang enak pula.
d. Kerapatan rambut atau duri
Buah yang berambut atau berduri telah layak dipetik untuk dikonsumsi apabila rambut atau durinya telah merenggang.
e. Kekerasan
Kekerasan buah dapat dirasakan melalui pijatan jari. Buah yang matang dan siap dikonsumsi relative lebih lunak daripada buah yang
masih mentah. Buah yang baik mempunyai kekerasan merata. Contoh yang paling jelas pada jeruk. Bila kekerasannya tidak merata, maka
sebagian dari daging buahnya akan berbeda rasanya. f.
Berat jenis Sejalan dengan matangnya buah, berat jenis buah juga naik. Sifat ini
telah dijadikan salah satu prinsip dasar untuk memisahkan antara buah yang cukup tua dan yang masih muda saat buah baru panen.
g. Bunyi ketukan
Semangka dan alpukat yang masih muda bila diketuk dengan jari berbunyi relative lebih nyaring seperti tepukan di dahi daripada yang
Universitas Sumatera Utara
matang seperti tepukan di dada, atau yang terlalu matang seperti ketukan di perut.
2. Kriteria Kimiawi
Walaupun setiap jenis dan varietas buah mempunyai komposisi kimiawi tertentu, namun buah dari varietas yang sama dapat mempunyai komposisi
bervariasi. Hal ini tergantung pada jumlah cahaya matahari yang diserap, suhu selama pertumbuhan, serta jenis dan frekuensi pemupukan.
a. Kandungan pati
Umumnya sejalan dengan pematangan buah, zat pati akan diubah menjadi gula.
b. Kandungan gula
Kandungan gula atau total padatan terlarut merupakan refleksi dari rasa manis, yang juga menunjukkan derajat ketuaan dan kematangan.
c. Keasaman
Keasaman buah umumnya turut sejalan dengan matangnya buah, sampai mencapai titik tertentu pada saat matang. Umunya rasa buah
ditentukan oleh adanya perpaduan antara rasa manis dan asam pada perbandingan yang tepat.
d. Kadar lemak
Analisis kandungan lemak sebagai parameter mutu biasanya hanya dilakukan di negara-negara maju terhadap alpukat. Kandungan lemak
pada buah alpukat merupakan salah satu indeks penting dalam menentukan tingkat ketuaan buah yang layak panen.
Universitas Sumatera Utara
e. Kandungan vitamin dan mineral
Buah-buahan yang berwarna lebih banyak mengandung vitamin daripada yang tidak berwarna.
3. Kriteria Fisiologis
Kandungan air buah umumnya berkisar 70 - 90 . Apabila buah telah dipetik, secara alamiah kandungan air akan berkurang sehingga terjadi
penyusutan melalui proses transpirasi. Selain menyebabkan kehilangan berat, transpirasi pada buah juga menyebabkan keriput, terdapatnya
lekukan-lekukan coklat kehitaman yang kering, perubahan warna pencoklatan, dan perubahan tekstur. Sebagai akibat tidak langsung dari
penguapan, nilai gizi buah terutama vitamin C juga berkurang. 4.
Kriteria Organoleptik a.
Semua yang dapat dilihat oleh mata dapat dijadikan parameter penampakan, seperti ukuran, bentuk, kecemerlangan, dan kebenaran
warna dari buah. b.
Flavor atau aroma Selain melalui penilaian mata, indera hidung dan mulut biasa
digunakan untuk menilai atau memberikan keterangan tambahan tentang mutu buah. Flavor atau aroma ini terutama dipengaruhi oleh
komposisi kimiawi dari buah sepeti kandungan gula, asam, alkohol, aldehida, ester, dan lain-lain.
c. Tekstur
Buah memiliki tekstur yang dapat dirasakan seperti halus atau lembut,
Universitas Sumatera Utara
kasar, berserat, empuk, lembek, berair, keras, padat, renyah, liat, dan lain-lain. Kandungan air dalam sel berpengaruh terhadap pembentukan
tekstur ini, selain faktor genetik, seperti jenis atau varietas buah.
2.1.3 Buah Impor
Menjamurnya buah impor sebenarnya sangat merugikan petani dalam negeri, namun untuk memenuhi kebutuhan buah bagi masyarakat Indonesia masih
diperlukan pasokan buah impor. Walaupun masih mempunyai peluang dalam meningkatkan hasil produksi buah-buahan untuk konsumsi dalam negeri, tetapi
sampai saat ini, pemenuhan permintaan buah dalam negeri, Indonesia masih harus mengimpor buah dari berbagai negara seperti Australia, Amerika, Thailand,
Taiwan dan negara lainnya. Membanjirnya buah impor di pasaran dalam negeri mengakibatkan ancaman nyata terhadap masyarakat Indonesia Badan Intelijen
Negara Republik Indonesia, 2013. Tidak bisa dipungkiri bahwa konsumen cenderung menyukai buah dengan
penampilan fisik yang mulus, bersih, dan menarik dipandang mata. Namun dilemanya, banyak buah-buahan lokal yang memiliki cita rasa yang unggul kalah
bersaing dengan buah-buahan impor hanya karena tampilan fisiknya yang kurang menarik. Akibatnya, buah impor lebih merajai rak-rak buah di supermarket
Suhartanto dan Endang, 2012. Buah impor yang kita konsumsi mungkin dipetik entah berapa bulan
berselang. Sudah harus membayar lebih mahal untuk buah impor, sudah tak segar pula Nadesul, 2006. Banyak ditemukan buah terutama buah impor yang tidak
Universitas Sumatera Utara
layak dikonsumsi karena mengandung berbagai zat berbahaya, salah satunya formalin.
2.1.4 Buah Apel
Apel bernama latin Pyrus malus, dapat hidup subur di daerah yang mempunyai temperatur udara dingin. Di Eropa tumbuhan ini dibudidayakan
terutama pada daerah subtropis bagian utara. Sedangkan apel lokal di Indonesia terkenal berasal di daerah Malang, Jawa Timur. Pada usia produktif, apel biasa
berbunga sekitar Juli. Buah ini sebenarnya merupakan bunga yang membesar atau mengembang menjadi buah yang padat dan berisi. Apel umumnya bentuknya
bulat, dengan cekungan pada pangkal pucuknya. Daging buah apel berwarna putih, renyah dan berair dengan rasa manis. Daging buah dilindungi kulit tipis
yang mengkilap Suwarto, 2010. Buah apel bertekstur renyah dan rasanya agak masam-manis. Rasa tersebut
timbul dari komposisi antara asam malat dan gula. Di dunia diperkirakan terdapat lebih dari 100 jenis apel yang kebanyakan terdapat di daerah subtropis
Fachruddin, 1998. Tanaman apel mempunyai sistematika sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Universitas Sumatera Utara
Genus : Pyrus
Spesies : Pyrus malus L.
Buah apel selain mempunyai kandungan senyawa pectin juga mengandung zat gizi, antara lain kalori sebesar 58 kalori, hidrat arang 14,9 gram, lemak 0,4
gram, protein 0,3 gram, kalsium 6 miligram, fosfor 10 miligram, besi 0,3 miligram, vitamin A 90 SI, vitamin B1 0,04 miligram, vitamin C 5 miligram dan
air 84,1 persen untuk setiap 100 gramnya Thomas, 2007. Beberapa jenis buah apel di Indonesia diimpor dari negara-negara lain.
Jenis apel tersebut antara lain apel Fuji Wang Shan dan apel Fuji RRC yang berasal dari Cina, apel Granny Smith, apel Red Delicious dan apel Blue Cheland
yang berasal dari Amerika, apel Honey NZ yang berasal dari Selandia Baru, serta apel Fuji yang berasal dari Jepang.
2.1.5 Buah Anggur
Tanaman anggur mempuyai sistematika sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta Sub Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae Ordo
: Rhamnales Famili
: Vitaceae Genus
: Vitis Spesies
: Vitis vinifera L.
Universitas Sumatera Utara
Di pasaran, warna buah anggur beragam, ada yang hijau, ungu, hijau kekuningan, dan merah. Rasanya juga ada yang manis keasaman sampai manis.
Jumlah kalori setiap 1 cangkir anggur sekitar 8-10 buah anggur 60 kkal. Kandungan potasiumnya cukup tinggi, sementara vitamin C-nya hanya 6,7 mg.
Mengandung karotenoid, flavonoid, polifenol, dan quercetin yang berfungsi sebagai antioksidan. Warna kulit anggur yang gelap mengandung antioksidan
yang lebih tinggi daripada yang warnanya terang. Selain kaya antioksidan, anggur juga bermanfaat untuk mencegah penyakit kanker, mencegah konstipasi, dan
menurunkan kadar kolesterol Rozaline dan Titi, 2006. Anggur merah sangat baik untuk menjaga kesehatan jantung karena
kandungan flavonoid. Sedangkan anggur hijau disinyalir mengandung asam alegat yang bersifat sebagai zat antioksidan, juga mengandung kalium yang bagus untuk
menstabilkan tekanan darah Muaris, 2007. Beberapa jenis buah anggur di Indonesia diimpor dari negara-negara lain.
Jenis anggur tersebut diantaranya anggur Red Globe, anggur Autum Royal, dan anggur Calmeria. Ketiganya berasal dari Amerika.
2.1.6 Buah Jeruk
Jeruk Citrus sp. adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Tanaman jeruk mempunyai sistematika sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae Sub Kelas : Rosidae
Universitas Sumatera Utara
Ordo : Rutales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus sp.
Buah jeruk tergolong buah sejati, tunggal dan berdaging. Oleh karena itu, buah yang masak tidak pecah. Satu bunga menjadi satu bakal buah saja. Dinding
buah tebal dengan lapisan kulit luar yang kaku, bau menyengat dan banyak mengandung atsiri. Lapisan ini disebut flavedo, dimana mulanya berwarna hijau
dan bila masak berwarna kuning atau jingga. Lapisan tengah seperti spon yang terdiri atas jaringan bunga karang berwarna putih disebut albedo, sedangkan
lapisan dalam bersekat membentuk ruang Soelarso, 1996. Beberapa jenis buah jeruk di Indonesia diimpor dari negara-negara lain.
Jenis jeruk tersebut diantaranya jeruk Ponkam RRC yang berasal dari Cina, jeruk Imperial Seed dan jeruk Nova Daisy yang berasal dari Australia, jeruk Valencia
dan jeruk Navel yang berasal dari Amerika.
2.2 Formalin
Menurut Cahyadi 2006 senyawa formaldehid di pasaran dikenal dengan nama formalin. Formaldehid merupakan bahan tambahan kimia yang efisien,
tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan makanan, tetapi ada kemungkinan digunakan dalam pengawetan susu, tahu, mie, ikan asin, ikan basah,
dan produk pangan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Struktur kimia dari formalin dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar 1. Struktur Kimia Formalin Larutan formaldehid atau larutan formalin mempunyai nama dagang
formalin, formol, atau mikrobisida dengan rumus molekul CH
2
O mengandung kira-kira 37 gas formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10-15
methanol untuk menghindari polimerisasi. Larutan ini sangat kuat dan dikenal dengan formalin 100 atau formalin 40, yang mengandung 40 gram
formaldehid dalam 100 ml pelarut. Formaldehid adalah gas dengan titik didih 21˚C sehingga tidak dapat disimpan dalam keadaan cair ataupun gas. Dalam
perdagangan dijumpai formalin, yaitu larutan formaldehid yang mengandung 34- 38 bb CH
2
O dengan metal alcohol sebagai stabilisator untuk memperlambat polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid yang padat Cahyadi, 2006.
Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna atau hampir tidak berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lendir hidung
dan tenggorokan, dan rasa membakar. Bobot tiap milliliter ialah 1,08 gram. Dapat bercampur dalam air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dalam kloroform dan
eter. Sifatnya yang mudah larut dalam air dikarenakan adanya elektron sunyi pada oksigen sehingga dapat mengadakan ikatan hydrogen molekul air. Formaldehid
murni tidaklah tersedia secara komersial, tetapi dijual dalam 30-50 bb larutan
Universitas Sumatera Utara
mengandung air. Formalin 37 CH
2
O adalah larutan yang paling umum. Pada umumnya methanol atau unsur-unsur lain ditambahkan ke dalam larutan sebagai
alat penstabil untuk mengurangi polimerisasi formaldehid, dalam bentuk padat, formaldehid dijual sebagai trioxane [CH
2
O
3
] dan polimernya paraformaldehid, dengan 8-100 unit formaldehid Cahyadi, 2006.
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40 dari formaldehid. Penggunaan formalin yang sebenarnya bukan untuk makanan,
melainkan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet non makanan. Formalin mempunyai banyak nama kimia yang biasa kita dengar di masyarakat, di
antaranya formol, methylene adehyde, paraforin, morbicid, oxomethane, polyoxymethylene glycols, methanal, formoform, superlysoform, formic
aldehyde, formalith, tertraoxymethylene, methyl oxide, karsan, trioxane, oxymethylene dan methylene glycol. Di pasaran, formalin bisa ditemukan dalam
bentuk yang sudah diencerkan, dengan kandungan formaldehid 10-40 persen Yuliarti, 2007.
Menurut Sari 2008 Formalin memiliki karakteristik tidak berwarna, bau yang keras dan mempunyai berat jenis 1,09 kgl dalam suhu 20 derajat Celcius.
Formalin sendiri sebenarnya dikenal sebagai obat untuk pengawet mayat.
2.2.1 Kegunaan Formalin
Menurut Yuliarti 2007 formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita
rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan
Universitas Sumatera Utara
pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas.
Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan
untuk insulasi busa. Formalin boleh juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur
minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis plywood. Dalam konsentrasi yang sangat kecil 1 persen
digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo mobil,
lilin dan karpet. Di dalam industri perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin diketahui sering
digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir Yuliarti, 2007.
Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah sehingga terkadang ikan yang diobati malah mati
akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan sampel ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia
kedokteran formalin digunakan dalam pengawetan mayat yang akan dipelajari dalam pendidikan mahasiswa kedokteran maupun kedokteran hewan. Untuk
pengawetan, biasanya digunakan formalin dengan konsentrasi 10 Yuliarti, 2007.
Formaldehid formalin sebenarnya sudah lama digunakan sebagai bahan
Universitas Sumatera Utara
baku perekat untuk kayu lapis, resin, desinfektan untuk sabun cuci piring, pembersih lantai, dan detergen, sebagai fungisida pada tanaman dan sayuran, serta
sebagai insektisida Widmer dan Heinz, 2007. Formalin juga digunakan pada pembuatan plastik dan resin, pengawet, dan
zat perantara dalam pembuatan bahan kimia. Dipakai juga dalam industri tekstil sebagai bahan tahan lipatan Harrington dan Gill, 2005.
2.2.2 Penyalahgunaan Formalin
Menurut Yuliarti 2007 besarnya manfaat di bidang industri tersebut ternyata disalahgunakan untuk penggunaan pengawetan industri makanan.
Biasanya hal ini sering ditemukan dalam industri rumahan karena mereka tidak terdaftar dan tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahkan
makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan asin, dan beberapa makanan lainnya. Sangat dimengerti mengapa formalin
sering disalahgunakan. Selain harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, produsen seringkali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai
pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi konsumen yang memakannya. Formalin juga tidak dapat hilang
dengan pemanasan. Oleh karena bahayanya bagi manusia maka penggunaan formalin dalam makanan tidak dapat ditoleransi dalam jumlah sekecil apapun.
Formalin juga dipakai untuk reaksi kimia yang bisa membentuk ikatan polimer yang dapat menimbulkan warna produk menjadi lebih cerah. Oleh karena
itu, formalin juga banyak dipakai dalam produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang berasal dari plastik atau melamin. Bila piring atau gelas
Universitas Sumatera Utara
tersebut terkena makanan atau minuman panas maka bahan formalin yang terdapat dalam gelas akan larut Yuliarti, 2007.
2.2.3 Bahaya Formalin
Menurut IPCS International Programme on Chemical Safety, secara umum ambang batas aman formalin di dalam tubuh dalam bentuk air minum
adalah 0,1 miligram per liter. Bila formalin yang masuk ke tubuh melebihi ambang batas tersebut makan dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan
system tubuh manusia Yuliarti, 2007. Menurut Judarwanto 2006 konsumsi formalin dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, jantung, otak, limpa,
pankreas, dan ginjal. Menurut Putranto 2011 berdasarkan hasil uji klinis, dosis toleransi tubuh
manusia pada pemakaian secara terus-menerus Recommended Dietary Daily Allowances RDDA untuk formalin sebesar 0,2 mg per kilogram berat badan.
Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
Nomor 1168MenkesPerX1999 tentang Bahan Tambahan Makanan, formalin
formaldehid termasuk ke dalam bahan tambahan yang dilarang digunakan ke dalam makanan.
Formalin diketahui sebagai zat beracun, karsinogen menyebabkan kanker, mutagen menyebabkan perubahan sel, jaringan tubuh, korosif dan
iritatif. Formalin juga dapat merusak system syaraf tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang bersifat racun untuk persyarafan tubuh kita neurotoksik, seperti
mengakibatkan gangguan persyarafan berupa susah tidur, sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi. Pada wanita akan menyebabkan gangguan menstruasi
Universitas Sumatera Utara
dan infertilitas Sari, 2008. Menurut Saparinto dan Diana 2006 efek penggunaan formalin bagi tubuh
terbagi menjadi dua, efek akut dan efek kronis. Efek akut penggunaan formalin adalah:
a. Tenggorokan dan perut terasa terbakar, tenggorokan terasa sakit untuk
menelan b.
Mual, muntah dan diare c.
Mungkin terjadi pendarahan dan sakit perut yang hebat d.
Sakit kepala dan hipotensi tekanan darah rendah e.
Kejang, tidak sadar hingga koma f.
Kerusakan hati, jantung, otak, limpa, penkreas, serta system susunan saraf pusat dan ginjal.
Sementara itu efek kronis akibat penggunaan formalin adalah a.
Iritasi pada saluran pernapasan b.
Muntah-muntah dan kepala pusing c.
Rasa terbakar pada tenggororkan d.
Penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada e.
Bila dikonsumsi menahun dapat mengakibatkan kanker. Menurut Yuliarti 2007 formalin tidak hanya berbahaya jika dikonsumsi,
melainkan juga dengan melakukan kontak terhadapnya. Umumnya formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yakni melalui mulut dan
saluran pernapasan. Gangguan kesehatan yang terjadi akibat kontak dengan formalin sangat tergantung cara masuk zat ini ke dalam tubuh. Kita bisa saja
Universitas Sumatera Utara
menghirup uap formalin dari lingkungan sekitar. Misalnya polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita
hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Kemudian asap rokok ataupun air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin.
Kontak dengan formalin bisa mengakibatkan luka bakar jika mengenai kulit, iritasi pada saluran pernapasan bila menghirup uapnya dalam konsentrasi
yang tinggi, maupun reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan formalin dalam tubuh tinggi maka akan bereaksi secara kimia dengan
hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang berujung pada kerusakan organ tubuh Yuliarti, 2007.
Menurut Widyaningsih dan Erni 2006 jika formalin terhirup inhalasi lewat pernapasan akan segera diabsorpsi ke paru dan menyebabkan paparan akut
berupa pusing kepala, rhinitis, rasa terbakar, dan lakrimasi keluar air mata dan pada dosis lebih tinggi bisa buta, bronchitis, edema pulmonari atau pneumonia
karena dapat mengecilkan bronchus dan menyebabkan akumulasi cairan di paru. Pada orang yang sensitif dapat menyebabkan alergi, asma, dan dermatitis. Jika
lewat penelanan ingestion sebanyak 30 ml 2 sendok makan dari larutan formalin dapat menyebabkan kematian, hal ini disebabkan sifat korosif formalin
terhadap mukosa saluran cerna lambung, disertai mual, muntah, nyeri, perdarahan, dan perforasi. Jika terpapar secara terus-menerus dapat menyebabkan kerusakan
pada hati, ginjal, dan jantung. Lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat EPA dan lembaga
internasional untuk penelitian kanker IARC menggolongkan formalin sebagai
Universitas Sumatera Utara
senyawa yang bersifat karsinogen, yaitu senyawa yang dapat memacu pertumbuhan sel-sel kanker. Formalin akan mengacaukan susunan protein atau
RNA sebagai pembentuk DNA di dalam tubuh manusia. Jika susunan DNA kacau, maka akan memicu terjadinya sel-sel kanker dalam tubuh manusia. Tentu
prosesnya memakan waktu lama, tetapi cepat atau lambat jika tiap hari tubuh kita mengonsumsi makanan yang mengandung formalin, maka kemungkinan besar
terjadinya kanker sangat besar Widyaningsih dan Erni, 2006. Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh,
sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling
utama adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan karena masih ada pengawet makanan yang aman. Oleh karena itu, yang terbaik adalah menjalankan
fungsi pengawasan dengan ketat yang dalam hal ini melibatkan Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait. Tidak boleh dilupakan adalah partisipasi
masyarakat. Jelasnya, diharapkan pedagang makanan tidak semena-mena menambahkan formalin untuk makanan hanya demi keuntungannya sendiri,
demikian pula konsumen selayaknya mengenal lebih dekat tentang formalin ini sehingga tidak mudah tertipu oleh pedagang “nakal” yang mencampurkan
formalin sebagai pengawet makanan Yuliarti, 2007.
2.3 Proses Pengawetan Buah Impor
Secara ilmiah untuk mendatangkan buah impor hingga ke tangan konsumen butuh waktu yang panjang, sementara itu buah hanya tahan beberapa
hari supaya tetap segar setelah dipetik dari pohonnya Karena itu para produsen
Universitas Sumatera Utara
buah ini melakukan metode bagaimana cara agar buah tetap segar sampai ke tangan konsumen. Sebagian besar buah impor dipanen sebelum matang, sebab
proses pengepakan dan pengiriman ke negara lain akan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar buah impor harus dilakukan proses kimiawi agar tidak
cepat layu atau busuk. Oleh sebab itu sebelum pengiriman harus dilakukan beberapa proses terlebih dahulu. Agar buah tetap kelihatan segar dan mengkilap,
tidak sedikit produsen buah-buahan menggunakan formalin dan lapisan sejenis lilin parafin untuk menghambat penguapan saat proses pembusukan buah
berlangsung. Namun sayang meskipun tertutup parafin masih saja ada zat-zat yang menempel pada buah seperti yang sering terjadi di perkebunan buah non
organik. Biasanya para petani menyemprotkan pestisida beberapa saat sebelum buah dipetik, sehingga pestisida masih menempel di kulit buah Prasko, 2012.
Menurut Malau 2015 untuk pengaplikasian formalin pada buah impor, buah-buahan yang akan diawetkan direndam dalam larutan formalin dan
kemudian dikeringkan.
2.4 Ciri Buah Berformalin