Yusuf 2003 bahwa tidak ada hubungan umur dengan kepatuhan standar operasional prosedur laboratorium.
5.1.2 Jenis Kelamin Hasil penelitain menunjukkan perempuan perempuan sebanyak 16 orang
94,1 responden patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur, 8 orang 100 tidak patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur, dan laki-laki 1
orang 5,9 responden patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur, yang ada di Puskesmas kota Pekanbaru. Hal ini sejalan dengan teori dalam Notoadmojo
2005 bahwa kepatuhan dalam standar operasional prosedur laboratorium dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam responden antara lain jenis kelamin.
Hasil uji dengan uji chi square adalah 0.680 nilai ini lebih besar dari level of significance
g sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh atau hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan Standar Operasional Prosedur
laboratorium di puskesmas kota Pekanbaru. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah responden yang mayoritas perempuan sehingga tidak bisa dengan jelas dibandingkan
dalam menerapkan standar operasional prosedur dengan laki-laki yang hanya satu responden. Menurut pendapat Smet 1994 kaum perempuan lebih patuh dalam
menerapkan standar operasinal prosedur dan lebih sabar dibandingkan dengan laki- laki, karena sesuai dengan kodratnya wanita untuk lebih sabar dalam menjalankan
prosedur yang ada.
Rohani Panggabean : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur Sop Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
5.1.3 Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan pendidikan AAK 7 orang 41,2 responden patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur laboratorium, 1 orang 12,5
tidak patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur dan pendidikan SMAK Sebanyak 10 orang 58,8 patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur
dan 7 orang 87,5 tidak patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur di puskesmas kota Pekanbaru. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Umar 2004 bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan standar operasional prosedur laboratorium di Rumah sakit
Magelang. Dari hasil uji dengan menggunakan uji chi square adalah 0.014 nilai ini lebih
kecil dari level of significance g sebesar 0,05, hal ini menunjukkan bahwa hubungan
pendidikan dengan kepatuhan standar operasional prosedur laboratorium di puskesmas kota Pekanbaru. Hal ini terjadi karena pendidikan merupakan suatu proses
belajar artinya di dalam pendidikan terjadi proses yang akan berpengaruh pada tindakan dan kepatuhan dalam standar yang berlaku dalam suatu lembaga. Seseorang
dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan.
Dari hasil temuan bahwa sebanyak 7 orang 41,2 responden dengan pendidikan AAK patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur
laboratorium, 1 orang 12,5 tidak patuh sedangkan yang pendidikan SMAK 7 orang 100 tidak patuh dalam menerapkan standar operasional prosedur. Ini
Rohani Panggabean : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur Sop Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan responden makin baik juga menerapkan SOP di Puskesmas, sama halnya dengan pendapat Notoadmojo 2005
bahwa pendidikan akan membuat individu menuju pada suatu perubahan perilaku yang diinginkan. Pendidikan sejalan dengan pengetahuan dimana pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan suatu objek tertentu, dan bila responden dengan teratur dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
standar operasional prosedur yang berlaku di Puskesmas.
5.1.4 Masa kerja