Latar Belakang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur (Sop) Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal, yang ditandai dengan penduduknya yang hidup dengan perilaku hidup sehat dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki
kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia Depkes RI,
2001. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan salah satunya dengan
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Ini sesuai dengan misi
Puskesmas yang antara lain yaitu memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Puskesmas harus selalu berupaya untuk
menjaga agar cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan. Indikator keberhasilan misi pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah minimal mencakup
seluruh indikator cakupan program pokok Puskesmas dan kualitas layanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, yang antara lain adalah kegiatan pelayanan
laboratorium sederhana di Puskesmas Trihono, 2002.
Rohani Panggabean : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur Sop Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Kualitas pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas sangat dipengaruhi oleh petugas kesehatan Puskesmas itu sendiri. Petugas kesehatan yang diharapkan
sekarang dan masa depan adalah dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai
dengan standar dan etika pelayanan profesi. Di samping itu petugas kesehatan Puskesmas khususnya petugas laboratorium selain dapat memberikan pelayanan yang
baik dan bermutu, dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya melayani pasien dituntut untuk dapat melindungi diri dari bahaya-bahaya potensial resiko terpajan dan
terinfeksi tertular dari pasien dan dari tempat kerja Depkes RI, 2000. Untuk mendukung petugas kesehatan Puskesmas yang menjaga mutu dan
pelayanan yang berkualitas khususnya pelayanan di laboratorium sederhana Puskesmas guna mempermudah petugas laboratorium Puskesmas tentang pemahaman
dan cara pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan-pemeriksaan sederhana sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Puskesmas saat ini, maka dari itu petugas laboratorium
memerlukan suatu pedoman atau petunjuk pemeriksaan laboratorium Puskesmas yang disebut dengan Standar Operasional Prosedur SOP laboratorium atau standar
kesehatan dan keselamatan kerja di Puskesmas Depkes RI, 2001. Standar Operasional Prosedur SOP laboratorium Puskesmas adalah suatu
pedoman tertulis, suatu patokan pencapaian tingkat, suatu pernyataan tertulis tentang harapan yang yang spesifik atau sebagai model untuk ditiru yang dibakukan. Standar
Operasional Prosedur SOP meliputi peraturan-peraturan dalam mengaplikasi proses-proses dan hasilnya sesuai dengan ketentuan yang diharapkan. Selain itu SOP
Rohani Panggabean : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur Sop Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
juga dapat memudahkan petugas laboratorium Puskesmas dalam melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bermutu
Mulyana, dkk, 2003. Menurut Notoatmodjo 2007, sebelum seseorang mengadopsi perilaku
berperilaku baru ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran
dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat lebih langgeng long lasting. Keadaan ini juga sama halnya dengan petugas laboratorium, sebelum
berperilaku, melakukan aktivitas atau menerapkan standar operasional prosedur SOP laboratorium, petugas tersebut harus memiliki pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif tentang SOP labotaorium itu. Selain itu perilaku yaitu pengetahuan dan sikap positif juga berfungsi sebagai
defence mechanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya, dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat
melindungi diri terhadap ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya seseorang dapat mencegah atau menghindari penyakit, karena penyakit merupakan
ancaman bagi dirinya Notoatmodjo, 2007. Standar Operasional Prosedur SOP laboratorium juga merupakan bagian
dari upaya pengendalian infeksi. Seperti yang dikemukakan Saifuddin, dkk 2002 bahwa salah satu upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah dengan
memprioritaskan pengendalian infeksi. Petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan sarana pelayanan kesehatan antara lain adalah Puskesmas beresiko terhadap
Rohani Panggabean : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur Sop Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
penularan penyakit bila tidak mengindahkan petunjuk atau panduan kerja yang benar dalam pengendalian infeksi. Untuk itu petugas kesehatan harus selalu waspada,
memiliki kesadaran dan kepatuhan dalam menerapkan Standar Operasional Prosedur kerja pengendalian infeksi. Hal ini sejalan dengan Kewaspadaan Universal KU atau
Universal Precautions yaitu suatu pedoman yang ditetapkan Centers for Disease Control CDC pada tahun 1987 yang bertujuan mencegah penyebaran berbagai
penyakit yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya di lingkungan sarana pelayanan kesehatan.
Kewaspadaan Universal Universal Precautions di lingkungan sarana pelayanan kesehatan yang terkait dengan perlindungan atau pengamanan petugas
kesehatan terhadap penularan penyakit dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Dalam memberikan pelayanan pada pasien menurut Djauzi dan Djoerban
2002 seperti yang dikutip Soeroso 2003 pada tahun 2000, di RS Ciptomangunkusumo terjadi 9 kasus kecelakaan kerja yang beresiko terpajan HIV
pada 7 perawat, 1 dokter dan 1 petugas laboratorium. Enam orang mendapat profilaksis obat antiretroviral dan 3 orang yang menjalani tes HIV pada 3 dan 6 bulan
pascapajanan menunjukkan hasil yang negatif. Angka kejadian tertular setelah kecelakaan kerja luka tusuk jarum pada
petugas kesehatan yang melayani pasien HIVAIDS adalah 3 per 1000 kejadian, namun pada petugas kesehatan yang mendapat kecelakaan kerja telah menyebabkan
tekanan jiwa dan kekhawatiran yang mendalam. Kasus luka tertusuk jarum NSI tersebut harus segera dilaporkan kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan
Rohani Panggabean : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur Sop Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
tersebut dan dilakukan pencegahan setelah terpajan postexposure prophylaxis berupa pemeriksaan test HIV yakni 3 bulan dan 6 bulan setelah terpajan serta
pemberian obat antiretroviral. Kemungkinan penularan akibat bloodborne viruses yang terbesar 30-40 terjadi apabila NSI dialami oleh petugas kesehatan yang
menangani penderita Hepatitis B dengan pertanda virus Hepatitis B envelope Antigen HBeAg positif Soeroso, 2003.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 6 Maret 2008 di Puskesmas Kota Pekanbaru, pemeriksaan yang terbanyak
dilakukan di laboratorium Puskesmas adalah pemeriksaan gula darah dan yang kedua terbanyak adalah pemeriksaan sputum untuk mengetahui adanya basil penyakit
Tuberculosis. Pada saat itu penulis menemukan petugas laboratorium masih kurang patuh menerapkan Standar Operasional Prosedur SOP laboratorium dengan benar
yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan kerja di laboratorium Puskesmas. Misalnya tidak menggunakan alat pelindung diri APD seperti tidak menggunakan
sarung tangan pada saat pemeriksaan darah pasien dan tidak menggunakan masker pada saat pemeriksaan dahak. Di samping itu juga ketidaktepatan dalam melakukan
prosedur tindakan misalnya memipet dengan menggunakan mulut dan tidak melakukan dekontaminasi alat dan tempat kerja yang benar. Keadaan ini beresiko
atau berpotensi menimbulkan bahaya bagi petugas laboratorium Puskesmas. Pada saat melakukan observasi diperoleh informasi dari petugas Puskesmas,
bahwa ada petugas laboratorium tertular penyakit dua orang, yakni satu orang Tuberkulosis paru dan satu orang lagi menderita penyakit Hepatitis.
Rohani Panggabean : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur Sop Di Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008, 2008
USU Repository © 2008
Dalam pelaksanaan penerapan Standar Operasional Prosedur SOP laboratorium Puskesmas terdapat beberapa kelemahan sehingga SOP belum
dilaksanakan sepenuhnya, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor perilaku petugas laboratorium meliputi pengetahuan dan sikap masih kurang. Di samping hal itu, tidak
adanya pengawasan dari pimpinan dan instansi terkait sehingga petugas laboratorium tidak patuh dalam menerapkan Standar Operasional Prosedur, tidak adanya sanksi
terhadap petugas laboratorium yang tidak menerapkan Standar Operasinal Prosedur dan masih ada petugas laboratorium yang belum mendapat pelatihan tentang
pelaksanaan SOP laboratorium dan upaya pengendalian infeksi. Dari fenomena di tas, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul;
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas Laboratorium terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur SOP di Puskesmas Kota Pekanbaru
Tahun 2008.