2.6 Pisang sebagai Bahan Pangan Bayi
Makanan yang paling baik untuk bayi yang masih berumur 0-6 bulan adalah ASI Ekslusif. Bayi hanya menerima ASI saja selama 6 bulan berturut-turut tanpa ada
tambahan apapun. Namun, pada kenyataannya banyak sekali bayi yang tidak mendapatkan ASI esklusif dan justru memberikan MP ASI lebih dini. MP ASI yang
paling sering digunakan oleh ibu bayi adalah pisang. Berdasarkan penelitian Puspita 2011 di Desa Paloh gedeng menemukan
bahwa kelompok umur yang paling banyak mulai diberikan MP ASI berupa pisang adalah kelompok umur 0-6 bulan yaitu sebanyak 96,8. Hal serupa juga ditemukan
oleh Saragih 2008 bahwa pada kelompok usia bayi 0-6 bulan sudah diberikan MP ASI yaitu sebanyak 91,8 di kabupaten Nias Selatan. Sedangkan sebanyak 83,3
kelompok usia 0-6 bulan juga ditemukan sudah diberikan MP ASI di Desa Weujengka oleh Sari 2010.
Pisang dipilih sebagai MP ASI karena teksturnya yang lembut sehingga hal ini akan memudahkan bayi untuk mengenal dan menelannya. Pisang juga mempunyai
rasa yang manis, sehingga rasa manis ini mudah dikenali karena ASI juga mempunyai rasa yang manis sehingga bayi cepat beradaptasi dengan pisang. Pisang juga mudah
dicerna oleh usus bayi Kumar et al 2012 menyatakan bahwa pisang merupakan makanan padat
terbaik untuk diperkenalkan kepada bayi dan buah pisang masak dapat dijadikan makanan bayi yang sangat sederhana dan sehat. Pisang sangat mudah dicerna dan
jarang menyebabkan reaksi alergi. Penelitian yang dipublikasikan dalam digestive
Universitas Sumatera Utara
disease and sciences menggarisbawahi bahwa pisang dapat meningkatkan penyerapan zat gizi. Dalam studi tersebut, 57 bayi usia 5-12 bulan yang mengalami diare persisten
selama minimal 14 hari diberi pengobatan satu minggu dengan diet berbasis beras yang salah satunya mengandung pisang hijau, pectin apel atau beras saja. Pengobatan
dengan pisang hijau dan pectin apel mengakibatkan penurunan 50 berat kotoran bayi, yang menunjukkan bahwa penyerapan zat gizi pada bayi secara signifikan lebih
baik. Penelitian yang dilakukan oleh Scriver dan Ross 1928 terhadap 59 bayi
berusia 2-24 bulan yang dibagi menjadi empat kelompok perlakuan dimana makanan bayi tersebut disubstitusi dengan pisang matang menggantikan kentang dan sereal.
Selama 2 minggu, setiap kelompok menunjukkan perkembangan yang berbeda namun menuju hal yang sama yaitu para bayi mau mengonsumsi buah pisang dan tidak
terdapat masalah dengan berat badan dan kesehatannya. Pisang sebagai MP ASI diberikan dengan beberapa cara. Ada pisang yang
dikerok saja dan langsung diberikan kepada bayi, ada yang dilumatkan terlebih dahulu, ada pula yang dilumatkan dan dicampur dengan nasi, dan ada juga yang
dilumatkan lalu dicampur dengan susu Puspita, 2011. Masih berdasarkan penelitian Puspita 2011 frekuensi pemberian pisang yang diberikan kepada bayi sebanyak dua
kali sehari adalah 53,3 dengan jumlah satu buah pisang setiap kali pemberian. Pemberian MP ASI kepada bayi khususnya yang berumur 0-6 bulan dirasakan
terlalu dini. Hal ini sangat berisiko terhadap gangguan pencernaan seperti risiko bayi terkena diare, muntah, ataupun sembelit. Namun, berdasarkan hasil penelitian Puspita
Universitas Sumatera Utara
2011, sebanyak 72,2 bayi justru tidak mengalami gangguan pencernaan, dan hanya 27,8 yang mengalami gangguan pencernaan, termasuk diare, muntah, atau sembelit.
Keadaan yang baik pada pencernaan bayi salah satunya dipengaruhi oleh faktor imunitas tubuh. Semakin baik imunitas tubuhnya maka semakin baik pula
kondisi tubuhnya untuk bisa mencegah datangnya penyakit. Gizi yang baik adalah salah satu jalan untuk mendapatkan imunitas yang baik. Gizi tersebut dapat diperoleh
dari makanan. Pisang yang dikonsumsi oleh bayi juga memiliki gizi yang baik. Apalagi dalam pisang ternyata mengandung zat yang berfungsi sebagai prebiotik, zat
yang bisa merangsang pertumbuhan bakteri nonpatogen dalam saluran pencernaan. Sumber prebiotik alami menurut Surono 2004 adalah air susu ibu ASI dalam
bentuk oligosakarida yang terkandung dalam kolostrum, yaitu oligosakarida N-acetyl glucosamine, yang hanya sedikit sekali dapat dicerna di usus 5 dan mendukung
pertumbuhan bakteri Bifidobacterium. Salah satu jenis prebiotik tersebut adalah inulin. Fungsi pertahanan tubuh sangat kompleks, melibatkan organ-organ yang
berbeda, mekanisme yang berbeda dan target lawan potensial yang berbeda. Salah satu objek utama dari ilmu pangan fungsional adalah untuk mengidentifikasi komponen
makanan yang memiliki kapasitas untuk mengatur fungsi pertahanan tubuh secara positif sehingga mampu membantu individu untuk memperkuat, menyimpan dan
menyeimbangkan kembali fungsinya. Banyak data yang mendukung bahwa inulin merupakan bahan pangan yang potensial untuk memainkan peran tersebut. Inulin
membawa efek yang baik pada fungsi saluran pencernaan dengan mengatur stuktur
Universitas Sumatera Utara
dan komposisi dengan baik seperti bermacam-macam aktivitas dari mukosa dan mikroflora. Roberfroid, 2007
Kadar inulin yang terdapat pada buah pisang diketahui sebesar 0,3-0,7 berdasarkan penelitian dari Van Lo et al 1995. Namun tidak diketahui jenis pisang
apa yang digunkan dalam penelitian. Sedangkan pisang yang dijadikan bahan makanan bayi tidaklah sama pada setiap tempat. Seperti pisang awak digunakan oleh
masyarakat Desa Paloh Gedeng Aceh Puspita 2011, pisang barangan diberikan pada bayi di Desa Weujengka Sari, 2010, dan pisang kepok diberikan pada bayi etnis
Banjar di Lerong Ilir Suriah, 2012. Hal ini jelas menimbulkan pertanyaan seberapa banyak kandungan inulin yang terdapat pada setiap jenis pisang tersebut.
Selain jenis pisang, jumlah pisang yang dimakan oleh bayi juga menentukan banyaknya inulin yang diperoleh bayi setiap harinya. Ada yang mendapatkan 2 kali
pemberian dengan satu buah pisang setiap kali pemberian, namun ada juga yang lebih dari dua kali dengan setengah buah pisang setiap kali pemberian. Ini tentu saja akan
mempengaruhi kuantitas inulin yang diperoleh. Sedangkan kadar inulin sebelumnya diketahui hanya sekitar 0,3-0,7, yaitu dalam setiap 100 gram pisang terdapat inulin
sebanyak 0,3-0,7 gram. Jumlah kandungan inulin pada pisang sebelumnya masih sangat jauh dari
rekomendasi BPOM 2011 pada pengawasan klaim dalam label dan iklan pangan olahan yang menyatakan bahwa kebutuhan akan prebiotik termasuk inulin adalah
sekurang-kurangnya 3grsajian harian. Jumlah tersebut juga masih sesuai menurut
Universitas Sumatera Utara
Surono 2004 yang menyarankan jumlah prebiotik yang efektif adalah 1-3 gram per hari untuk anak-anak dan 5-15 gram per hari untuk orang dewasa.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB III METODE PENELITIAN