b. Sanksi Disiplin Sedang, terdiri atas : 1 Penundaan pemberian kompensasi yang sebelumnya telah dicanangkan
sebagaimana tenaga kerja lainnya. 2 Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasa diberikan.
3 Penundaan program promosi bagi tenaga kerja yang bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi.
c. Sanksi Disiplin Ringan, terdiri atas : 1
Teguran lisan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. 2
Teguran tertulis. 3
Pernyataan tidak puas secara tertulis. Pihak yang berwenang dalam pemberian sanksi terhadap karyawan yang
melanggar disiplin kerja adalah manajemen puncak, akan tetapi dalam praktek hal ini didelegasikan kepada manajer tenaga kerja. Manajer puncak maupun manajer
tenaga kerja harus berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dari pemerintah. Pemberian hukuman bagi karyawan yang melanggar
disiplin kerja hendaknya dipertimbangkan dengan cermat, teliti, dan seksama sehingga sanksi yang dijatuhkan setimpal dengan kesalahan yang dilakukan
karyawan. Bagi karyawan yang melakukan kesalahan yang sama berulang kali perlu dijatuhi sanksi hukuman yang lebih berat, dengan tetap berpedoman pada
kebijakan pemerintah.
D. Kedisiplinan Kerja
a. Pengertian Kedisplinan Menurut Fathoni 2006:126 kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
Universitas Sumatera Utara
berlaku. Kedisiplinan dapat diartikan bilamana karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi
semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan, karena tanpa dukungan
disiplin karyawan yang baik maka sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. b. Indikator-indikator Kedisiplinan
Menurut Fathoni 2006:127 pada dasarnya banyak indikator-indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya ialah :
1. Tujuan dan kemampuan 2. Teladan pimpinan
3. Balas jasa 4. Keadilan
5. Waskat Pengawasan Melekat Waskat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan karyawan karena dengan waskat ini atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
bawahannya. Hal ini berarti bahwa atasan harus selalu adahadir di tempat pekerjaannya, supaya dia dapat mengawasi dan memberikan petunjuk jika
ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan. Jadi, waskat ini menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan
bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. 6. Sanksi hukuman
7. Ketegasan 8. Hubungan kemanusiaan
Universitas Sumatera Utara
c. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja Terdapat 4 empat perspektif yang menyangkut disiplin kerja menurut Rivai
2004:444 yaitu : 1. Disiplin Retributif
Para pengambil keputusan mendisiplinkan dengan suatu cara yang proporsional terhadap sasaran dengan tidak melakukan hal seperti itu akan
dianggap tidak adil oleh orang-orang yang bertindak secara tidak tepat. Tujuan akhirnya adalah menghukum sipelanggar.
2. Disiplin Korektif Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan harus diperlakukan sebagai
masalah-masalah yang harus dikoreksi daripada sebagai pelanggaran yang mesti di hukum. Hukuman akan lunak sebatas pelanggar menunjukkan
kemauan untuk merubah perilakunya. Tujuan akhirnya yaitu membantu karyawan mengoreksi perilaku yang tidak dapat diterima sehingga dia
dapat terus dikaryakan oleh perusahaan. 3. Perspektif Hak-Hak Individual
Disiplin hanya tepat jika terdapat alasan yang adil untuk menjatuhkan hukuman. Hak-hak karyawan lebih diutamakan daripada tindakan disiplin.
Tujuan akhirnya yaitu melindungi hak-hak individu. 4. Perspektif Utilitarian
Tingkat tindakan disiplin diambil tergantung pada bagaimana disiplin itu akan mempengaruhi produktivitas dan profitabilitas. Biaya penggantian
karyawan dan konsekuensi-konsekuensi memperkenankan perilaku yang tidak wajar perlu dipertimbangkan karena biaya penggantian karyawan
Universitas Sumatera Utara
akan melambung, maka kerasnya disiplin hendaknya semakin menurun. Karena konsekuensi membiarkan perilaku yang tidak terpuji terus
meningkat maka demikian pula keras hukumnya. Tujuan akhirnya yaitu memastikan bahwa faedah-faedah tindakan disiplin melebihi konsekuensi-
konsekuensi negatif. d. Jenis-jenis Disiplin
1 Disiplin Diri Disiplin diri merupakan hasil proses belajar sosialisasi dari keluarga dan
masyarakat. Penanaman nilai-nilai yang menunjang disiplin, baik yang ditanamkan oleh orang tua, guru ataupun masyarakat sebagai bekal positif
bagi tumbuh dan berkembangnya disiplin diri. Penanaman nilai-nilai disiplin dapat berkembang apabila didukung oleh
situasi dan lingkungan yang kondusif yaitu situasi yang diwarnai perlakuan yang konsisten dari orang rua, guru dan pimpinan. Selain itu
orang tua, guru dan pimpinan yang berdisiplin tinggi merupakan model peran yang efektif bagi berkembangnya disiplin diri.
Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui disiplin diri seorang karyawan selain menghargai dirinya juga
menghargai orang lain. 2 Disiplin Kelompok
Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata. Selain disiplin diri juga diperlukan disiplin kelompok. Disiplin kelompok
akan tercapai jika disiplin diri telah tumbuh dalam diri karyawan. Artinya kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-masing
Universitas Sumatera Utara
anggota kelompok dapat memberikan andil yang sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya.
Kaitan antara disiplin diri dan disiplin kelompok seperti dua sisi mata uang. Keduanya saling melengkapi dan menunjang. Bersifat komplementer. Disiplin diri
tidak dapat dikembangkan secara optimal tanpa dukungan disiplin kelompok. Sebaliknya disiplin kelompok tidak dapat ditegakkan tanpa adanya dukungan dari
disiplin diri. e. Tindakan Pendisiplinan Kerja
Beberapa pendekatan untuk meningkatkan disiplin kerja, meliputi : 1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendorong karyawan untuk menaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi
pelanggaran atau bersifat mencegah tanpa ada yang memaksa yang pada akhirnya akan menciptakan disiplin diri.
2. Disiplin Korektif Disiplin korektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah
supaya kesalahan tidak terulang kembali sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya.
3. Disiplin Progresif Disiplin progresif merupakan pengulangan pelanggaran yang sama akan
mengakibatkan hukuman yang lebih berat. Pendisiplinan progresif adalah pendekatan pemecahan masalah yang menerapkan sanksi sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Dharma 2004:402 langkah-langkah dalam melakukan pendisiplinan yang umum dijumpai dalam perusahaan yang mengelola sumber daya manusianya
secara efektif antara lain : a. Pembicaraan Informal
Jika pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan adalah pelanggaran kecil, seperti terlambat masuk kerja atau istirahat siang lebih lama dari yang
ditentukan, atau karyawan bersangkutan juga tidak memiliki catatan pelanggaran peraturan sebelumnya pembicaraan informal akan memecahkan
masalah. b. Peringatan Lisan
Peringatan lisan perlu dipandang sebagai dialog atau diskusi bukan sebagai ceramah atau kesempatan untuk “mengumpat” karyawan. Karyawan perlu
didorong untuk mengemukakan alasannya melakukan pelanggaran. Jika dilakukan dengan bijaksana karyawan, kebanyakan karyawan akan mengakui
kesalahan yang dilakukan dan selanjutnya akan bekerja sama untuk menegakkan peraturan perusahaan.
c. Peringatan Tertulis Peringatan tertulis adalah untuk karyawan yang telah melanggar peraturan
berulang-ulang. Tindakan ini biasanya didahului dengan pembicaraan dengan karyawan yang melakukan pelanggaran, sama halnya dengan yang dilakukan
pada waktu mengadakan peringatan lisan. d. Pengrumahan Sementara
Pengrumahan sementara adalah tindakan pendisiplinan yang dilakukan terhadap karyawan yang telah berulangkali melakukan pelanggaran. Ini berarti
Universitas Sumatera Utara
bahwa langkah pendisiplinan sebelumnya tidak berhasil mengubah perilakunya. Tindakan ini dapat dilakukan sebagai alternatif dari tindakan
pemecatan jika pimpinan perusahaan memandang bahwa karier karyawan itu masih dapat diselamatkan. Namun, tindakan ini biasanya dilakukan setelah
dilakukan penyelidikan seksama dan pembicaraan tuntas dengan karyawan. e. Pemecatan
Pemecatan adalah langkah terakhir dan paling drastis dalam pendisiplinan progresif. Tindakan ini hanya dilakukan untuk pelanggaran yang sangat serius
atau untuk pelanggaran yang terlalu sering dilakukan dan tidak dapat diperbaiki dengan langkah pendisiplinan sebelumnya. Karena keseriusan
dampaknya, langkah ini perlu dilakukan jika tidak ada pilihan lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN