Gejala Hidung a.
Epistaksis Umumnya berupa ingus bercampur darah yang dapat terjadi berulang-ulang
dan biasanya jumlahnya sedikit. Gejala ini timbul akibat permukaan tumor rapuh sehingga pada iritasi ringan dapat terjadi perdarahan.
b. Obstruksi hidung
Gejala ini biasanya menetap dan bertambah berat. Gejala ini akibat pertumbuhan massa tumor menutupi koana. Gejala ini kadang-kadang disertai
gangguan penciuman. Bila terjadi obstruksi hidung total menunjukkan stadium yang lanjut dari KNF.
Tabel 2.5. Penelitian sebelumnya tentang karakteristik gejala hidung penderita KNF Peneliti
Tahun dan Tempat Hasil Penelitian
Suryanto 2006, RSCM Jakarta
Keluhan Hidung tersumbat sebesar 60,0 dan
epistaksis sebesar 56,7
2. Gejala Lanjut
a. Limfadenopati servikal Ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe regional yang merupakan
penyebaran terdekat secara limfogen dari KNF. Dapat terjadi unilateral atau bilateral. Kelenjar limfe retrofaringeal Rouviere merupakan tempat pertama penyebaran sel
tumor ke kelenjar, tetapi pembesaran kelenjar limfe ini tidak teraba dari luar. Ciri
Universitas Sumatera Utara
yang khas penyebaran KNF ke kelenjar limfe leher yaitu terletak di bawah prosesus mastoid kelenjar limfe jugulodigastrik, dibawah angulus mandibula, di dalam otot
sternocleidomastoid, konsistensi keras, tidak terasa sakit, tidak mudah digerakkan terutama bila sel tumor telah menembus kelenjar dan mengenai jaringan otot
dibawahnya. Lebih dari 40 dari seluruh kasus KNF, keluhan adanya tumor di leher ini
yang paling sering dijumpai dan yang mendorong penderita untuk datang berobat Soetjipto, 1989; Ahmad, 2002.
b. Gejala Neurologis Sindroma petrosfenoidal
, akibat penjalaran tumor primer ke atas melalui foramen laserum dan ovale sepanjang fosa kranii media sehingga mengenai saraf
kranial anterior berturut-turut yaitu saraf VI, saraf III, saraf IV, sedangkan saraf II paling akhir mengalami gangguan. Dapat pula menyebabkan parese saraf V. Parese
saraf II menyebabkan gangguan visus, parese saraf III menyebabkan kelumpuhan otot levator palpebra dan otot tarsalis superior sehingga menimbulkan ptosis, dan
parese saraf III, IV, dan IV menyebabkan keluhan diplopia karena saraf-saraf tersebut berperan dalam pergerakan bola mata, dan saraf V trigeminus dengan
keluhan rasa kebas di pipi dan wajah yang biasanya unilateral Neel dan Witte, 1998.
3. Gejala Metastase Jauh
Metastase jauh dari KNF dapat secara limfogen atau hematogen, yang dapat mengenai spina vertebra torakolumbar, femur, hati, paru, ginjal, dan limfa. Metastase
jauh dari KNF terutama ditemukan di tulang 48, paru-paru 27, hepar 11 dan kelenjar getah bening supraklavikula 10. Metastase sejauh ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
prognosis yang sangat buruk, biasanya 90 meninggal dalam waktu 1 tahun setelah diagnosis ditegakkan Chiesa dan De Paoli, 2001.
2.2.6 Diagnosis a. Anamnesis