Defisiensi Nutrisi Etiologi Keilitis Angularis

menggunakan dot. 10,18 Pada orang tua, bila terjadinya kehilangan ketinggian oklusal disebabkan kerana kehilangan gigi atau pasien dengan gigi tiruan yang tidak pas akan menyebabkan kurangnya dimensi vertikal, dan seterusnya membentuk lipatan-lipatan pada sudut mulut. Saliva akan berakumulasi pada lipatan tersebut, menyebabkan lembab dan menyediakan habitat yang sempurna untuk Candida albicans. 18,19 Pada anak-anak, kebiasaan menjilat sudut bibir dan menghisap jari akan menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut dan tanpa disadari turut menyediakan lingkungan yang sempurna untuk Candida albicans. 10

2.1.1.3 Defisiensi Nutrisi

Defisiensi nutrisi merupakan hasil ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan yaitu ketika pasokan gizi tidak memadai untuk memenuhi tuntutan tubuh. Ketidakseimbangan ini mungkin hasil dari satu dari tiga penyebab utama yaitu kurang asupan, gangguan pencernaan dan penyerapan, atau makin banyaknya ekskresi. Defisiensi pada satu jenis nutrisi dapat berperan kepada defisiensi nutrisi-nutrisi yang lainnya. 20 Defisiensi nutrisi seperti defisiensi besi, asam folat dan vitamin B B 2, B 6, B 12 dapat dikaitkan dengan keilitis angularis. 10,18,22 Ini menunjukkan pola makanan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya keilitis angularis. 21,22 Walaupun hubungan defisiensi nutrisi dengan keilitis angularis tidak dijelaskan dengan lebih lanjut dalam sains medis, tetapi terdapat indikasi yang jelas bahwa keduanya saling berhubungan. Satu penjelasan yang nyata yaitu, bahwa vitamin dan mineral adalah esenssial untuk mempertahankan sistem imun, bila tidak mencukupi, sistem imun akan menjadi Universitas Sumatera Utara lemah dan mikroorganisme yang biasa menjadi flora normal seperti Candida albicans dapat berproliferasi dan menyebabkan infeksi. Terutama pada anak-anak karena sering tidak menjaga nutrisi yang baik sehingga menyebabkan defisiensi nutrisi. 22 Untuk mengukur status nutrisi, paramater yang sering digunakan ialah antropometri gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, dan lain- lain. Antropometri yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan berat badan dan tinggi badan adalah dengan indeks massa tubuh BMI. Indeks massa tubuh ini dapat dibahagikan atas dua indeks yaitu indeks massa tubuh untuk anak-anak usia 2- 20 tahun dan indeks massa tubuh untuk orang dewasa. Untuk anak-anak indeks massa tubuh dihitung dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dipangkat dua BBTB 2 . Hasil perhitungan indeks massa tubuh dicocokkan dengan kategori yang terdapat dalam tabel baku pertumbuhan indeks massa tubuh menurut umur anak untuk dapat mengetahui status gizi anak termasuk dalam kategori underweight, normal, overweight atau obese. Bagi orang dewasa, perhitungan hanya dilakukan dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dipangkat dua BBTB 2 dan kemudian nilai yang didapatkan dicocokkan dengan kategori underweight, normal, overweight atau obese. 23

2.1.1.4 Defisiensi Imun