Keluarga dengan Anak yang Menderita Penyakit Kronis

22 Mika Vera Aritonang : Pengalaman Keluarga dengan Anak yang Menderita Penyakit Kronis, 2008. USU Repository © 2009 keluarga bermakna lain merupakan masalah yang terutama menyakitkan untuk anak antara yang berusia 6 bulan sampai 4 tahun karena immaturitas fisik, sosial, serta kognitif yang dan hubungan dekat serta bergantung dengan orang tua mereka. Hospitalisasi dapat menjadi tempat yang menakutkan dan menimbulkan rasa kesepian pada dirinya Boyse, 2008. Penting untuk meminimalkan perumah sakitan dengan memanfaatkan pemanfaatan perawatan-berbasis rumah atau unit bedah-harian, serta untuk membatasi penggunaan prosedur invasif atau nyeri pada situasi yang sudah tidak memiliki alternatif. Kontrol optimal untuk setiap nyeri yang berhubungan dengan keadaan sakit atau pengobatannya harus merupakan tujuan utama pada perawatan pediatrik Rudolph, 1999

3. Keluarga dengan Anak yang Menderita Penyakit Kronis

Setiap orang dengan penyakit kronis tumbuh dan berkembang dalam suatu lingkungan keluarga dan budaya yang unik spesifik, juga dengan berbagai variasi kebutuhan, ketakutan, perhatian dan harapan yang berbeda-beda. Setiap kasus mempunyai permasalahan yang berbeda, akibat dari adanya perbedaan latar belakang budaya, agama ataupun etnik, juga system penanggulangan kesehatan yang tidak sama dalam setiap keluarga Widyawati, 2002. National Jewish Health 2008 menyatakan bahwa setiap keluarga dengan atau tanpa anak yang menderita penyakit kronis selalu memiliki masalah yang biasanya muncul dalam keluarga. Masalah itu antara lain: financial, persaingan antar saudara sekandung, perhatian terhadap anak-anak, proses 23 Mika Vera Aritonang : Pengalaman Keluarga dengan Anak yang Menderita Penyakit Kronis, 2008. USU Repository © 2009 menjadi orang tua dan tekanan dalam pernikahan, kemampuan untuk mengatasi periode penting dalam perkembangan anak, dan sekaligus keluarga dituntut untuk mempertahankan kehidupan sosialnya. Ketika anak menderita penyakit kronis , tugas dan tanggungjawab yang secara normal dihadapi keluarga akan bertambah dan kemungkinan akan menyulitkan anggota keluarga untuk menghadapinya dengan normal. Oleh karena adanya perubahan kondisi, maka keluarga sebagai manusia, harus mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan yang berubah-ubah dalam keluarganya sebagaimana interaksi antara jasmani, rohani dan lingkungannya Sunaryo, 2004. Penyakit kronis tidak hanya merupakan masalah medis atau biologis semata, namun juga mempunyai dampak psikososial yang dalam bagi anak dengan penyakit kronis maupun keluarganya. Masalah psikososial ini harus ditangani dengan hati-hati. Sebaiknya keluarga tidak hanya memperhatikan pengaruh dari anak dengan kondisi kesehatan kronis dari segi masalah fisiologi- nya saja ataupun pencegahan timbulnya disabilitas fisik, tetapi juga diharapkan mempunyai perhatian pada berbagai gangguan alam perasaannya, rasa tidak amannya, rasa terisolasi dan masalah keluarga terdekatnya orangtua, istri, anak dan saudara kandung. Mengontrol masalah kesehatan fisik dan keadaan yang mengancam jiwa anak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan seorang anak , namun anak juga berhak menjalani kehidupan yang manis dan menyenangkan layaknya anak-anak lain seusianya. Kini kita mengetahui semakin banyak data yang menunjukkan bahwa faktor-faktor psikologis tidak hanya mempunyai efek 24 Mika Vera Aritonang : Pengalaman Keluarga dengan Anak yang Menderita Penyakit Kronis, 2008. USU Repository © 2009 pada kualitas hidup seseorang tetapi juga dapat mempengaruhi berbagai fungsi biologisnya Widyawati, 2002. Apabila seseorang mengalami hambatan atau kesulitan dalam beradaptasi , baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress Sunaryo, 2004. Demikian juga halnya dengan keluarga dari anak yang menderita sakit kronis. Mereka sangat beresiko pada keadaan yang memberatkan emosi dan ketidakmampuan dalam penyesuaian diri yang sangat penting dalam merawat anak dengan kondisi penyakit kronis Farmer, 2004. Timbulnya suatu penyakit yang kronis dalam suatu keluarga memberikan tekanan pada system keluarga tersebut dan menuntut adanya penyesuaian antara si penderita sakit dan anggota keluarga yang lain. Penderita sakit ini sering kali harus mengalami hilangnya otonomi diri, peningkatan kerentanan terhadap sakit, beban karena harus berobat dalam jangka waktu lama. Sedangkan anggota keluarga yang lain juga harus mengalami “hilangnya” orang yang mereka kenal sebelum menderita sakit berbeda dengan kondisi sekarang setelah orang tersebut sakit, dan kini biasanya mereka mempunyai tanggungjawab pengasuhan Widyawati, 2002.. Kondisi anak dengan penyakit kronis sangat beresiko menimbulkan stress dan depresi pada anggota keluarga yang lain. Sebagai contoh, Madden dan kawan-kawan meneliti respon emosi ibu yang menpunya anak hemofilia, dikatakan bahwa respon ibu bervariasi dari sikap menerima sampai mengalami distres psikologis yang berat. Rasa takut akan akibat pengobatan yang bakal diterima anaknya, seperti kesakitan, handicap, bahkan kemungkinan meninggal, 25 Mika Vera Aritonang : Pengalaman Keluarga dengan Anak yang Menderita Penyakit Kronis, 2008. USU Repository © 2009