Tafsir Surat Yusuf ayat 58-62

29 “Benar Kami bersaudara 12 orang; yang paling kecil diantara kami telah hilang di waktu dia masih kecil, binasa di tengah belantara, dan dia adalah anak yang paling dikasihi oleh ayah kami. Maka tinggallah saudaranya yang seribu; anak satu-satunya itulah yang tinggal terus dengan ayah kami, untuk mengobat hatinya yang gundah karena kehilangan saudara kami yang di cintainya itu”. Setelah mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang demikian, mulailah Yusuf AS. sikapnya. Diperintahkannya supaya orang-orang itu disambut dengan hormat, sebagai tetamu dan dikatakan kepadanya bahwa segala kehendak mereka hendak membeli barang-barang itu segera dipenuhi, sampai mereka pulang ke kampung dengan selamat. Setelah mereka hendak bersiap pulang, Nabi Yusuf AS. memerintahkan pagawai-pegawainya menyediakan pembekalan mereka, atau tukaran barang-barang yang mereka kehendaki itu. 4 Sementara dalam kitab Fi Zhilalil Qur’an redaksi ini disimpulkan bahwa Yusuf AS. menerima dan menyambut mereka dengan baik dan menempatkan mereka dalam kedudukan yang baik. Yusuf AS. mulai memberikan pelajaran pertama kepada mereka. 5 Untuk memenuhi permintaan Yakub AS, berangkatlah saudara-saudara Yusuf AS. kecuali Bunyamin karena tidak diizinkan oleh Yakub AS., untuk membeli bahan makanan yang sangat mereka perlukan. Ketika sampai disana mereka langsung menemui Yusuf AS. dengan harapan akan segera dapat membeli bahan makanan, karena urusan ini sepenuhnya berada ditangan Yusuf AS. Ketika mereka masuk menghadap, tahulah Yusuf AS. bahwa yang datang itu adalah saudara-saudaranya sendiri, karena rupa dan jenis pakaian mereka masih melekat dalam ingatannya apalagi dengan jumlah mereka sepuluh orang pula. Berkatalah Yusuf AS. dalam hatinya, tidak diragukan lagi mereka ini adalah saudara-saudara saya. Sebaiknya mereka tidak tahu sama sekali bahwa yang mereka hadapi adalah saudara mereka sendiri. 4 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, Juz. 13, h. 17-18 5 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, Cet.1, h. 295 30 Mereka semua tidak lagi ingat bentuk Yusuf AS. karena sudah lama berpisah apalagi yang mereka hadapi adalah seorang perdana menteri dengan pakaian kebesaran dan tanda-tanda penghargaan berkilau dibajunya. Tidak mungkin Yusuf AS. akan sampai kepada martabat yang amat tinggi itu karena mereka telah membuangnya kedalam sumur dan kalau dia masih hidup tentulah dia akan menjadi budak belian yang diperas tenaganya oleh tuannya. 6 Menurut Penulis, ayat ini menjelaskan bahwa ket ika negeri Kan’an dan Syam mengalami musibah seperti yang dialami oleh Mesir, Nabi Yakub AS. memerintahkan kepada anak-anaknya saudara-saudara Yusuf AS. untuk mencari makanan. Maka kemudian datanglah saudara-saudara Yusuf AS. itu ke Mesir dengan maksud untuk mendapatkan makanan. Ketika mereka masuk, mereka langsung bertemu dengan Yusuf AS. yang ketika itu mengawasi langsung pembagian makanan. Yusuf AS. telah mengetahui bahwa yang datang itu adalah saudara-saudaranya, namun mereka tidak mengenal Yusuf AS. karena sudah lama berpisah. Meskipun Yusuf AS. telah mengetahui bahwa yang datang adalah saudara-saudaranya namun Yusuf AS. menyambut mereka dengan sangat hormat dan segala keinginan mereka dikabulkan oleh Yusuf AS.                    Dan tatkala dia memerintahkan untuk menyiapkan untuk mereka bahan makanan yang akan mereka bawa pulang, dia berkata kepada rombongan saudara- saudaranya itu, “Lain kali bila kamu datang, bawalah kepadaku saudara kamu yang seayah dengan kamu yakni Benyamin agar kamu mendapat tambahan jatah. Tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan sukatan, tidak merugikan kamu bahkan melebihkannya 6 Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Al- Qur’an dan Tafsirnya, Yogyakarta: PT. Dhana Bhakti Wakaf, 1990, jld. 5, h. 11. 31 demi mencapai keadilan penuh dan aku adalah sebaik-baik penerima tamu? ”. 7 Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Yusuf AS. terlibat langsung serta aktif dalam upaya pembagian makanan dan pengawasannya, tidak melimpahkan pekerjaan itu kepada bawahannya. Ini terbukti dari pertemuannya dengan saudara-saudaranya di lokasi pembagian itu serta masuknya mereka untuk menemuinya di tempat tersebut. Apa yang dilakukan Nabi Yusuf AS. ini menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab beliau. Dan itu juga merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi siapa pun dalam menjalankan tugas. 8 Setelah dia memuati kendaraan mereka dengan bahan pangan, dan membekali mereka perbekalan lain serta keperluan yang biasa diperlukan oleh para musafir sesuai dengan kesanggupan dan lingkungan mereka. Yusuf AS. berkata, “Bawalah saudara kalian kepadaku dari ayah kalian.” Yang dimaksud ialah saudara kandungnya, Bunyamin. Hal ini disebabkan Yusuf AS. tidak pernah memberikan kepada setiap orang lebih dari satu muatan unta. Sedangkan saudara-saudaranya berjumlah 10 orang, maka dia memberi mereka 10 muatan pula. Mereka berkata, “Sesungguhnya kami mempunyai ayah yang sudah tua renta dan seorang saudara yang tinggal bersamanya.” Karena usianya yang sudah lanjut dan kesedihannya yang sangat mendalam, ayah mereka tidak bisa hadir bersama mereka, sedang saudaranya tinggal untuk berbakti kepadanya. Mereka berdua harus mendapatkan makanan. Maka, Yusuf AS. menyediakan dua unta lain untuk mereka berdua, seraya berkata, “Bawalah saudara kalian itu kepadaku, agar aku mengetahuinya.” Dalam Sifrut Takwin diceritakan, bahwa Yusuf AS. menginterogasi saudara-saudaranya sambil berpura-pura tidak mengenalnya-dia mengenal mereka, sedang mereka tidak mengenalnya-dan menuduh bahwa mereka adalah mata-mata yang datang untuk melihat kelemahan negara. Mereka membantah tuduhan tersebut dan memberitahukan perkara yang sebenarnya, 7 M.Quraish Shihab, loc.cit. 8 Ibid., h. 477 32 seraya berkata padanya, “Kami adalah budak anda, dua belas orang bersaudara, dan kami putra seorang tua di negeri kan’an; yang paling kecil bungsu sekarang berada di sisi ayah kami, sedang seorang lagi hilang.” Yusuf AS. berkata kepada mereka. “Itulah yang aku katakan kepada kalian. Sungguh, kalian adalah mata-mata. Oleh sebab itu, kalian diuji. Demi kehidupan fir’aun, kalian tidak akan bisa keluar dari sini sebelum kalian mendatangkan saudara kalian yang bungsu kemari. Tinggalkanlah salah seorang di antara kalian sebagai jaminan di sisiku, dan bawalah saudara kalian kemari dari ayah kalian”. Setelah mengadakan undian, terpilihlah syam’un sebagai jaminan. Lalu, mereka meninggalkannya di sisi Yusuf AS. Kemudian, Yusuf AS. memerintahkan supaya mengisi karung-karung mereka dengan gandum, dan mengembalikan perak pembayaran kepada masing-masing, serta membeli bekal perjalanan. Demikianlah dia berbuat terhadap mereka. 9 Tidaklah kalian melihat bahwa aku telah menyempurnakan takaran, tidak menguranginya, bahkan aku menambahkan satu unta untuk saudara kalian. Dengan demikian, sesungguhnya aku adalah sebaik-baik tuan rumah bagi para tamunya. Memang, Yusuf AS. telah menjamu para tamunya dengan sebaik-baiknya, dan membekali mereka dengan perbekalan yang cukup selama dalam perjalanan. Dari sini, dapatlah diketahui bahwa riwayat tentang dituduhnya mereka sebagai mata-mata adalah lemah, karena tidak layak bagi seorang Nabi yang selalu berlaku benar-sedang dia mengetahui kebatilan riwayat itu, kecuali jika tuduhan itu terpaksa harus dilakukan untuk suatu tujuan yang benar, seperti menuduh mereka mencuri. 10 “Dan tatkala disediakannya bagi mereka bekal mereka, dia berkata: “Bawa kepadaku saudara yang sebapa dengan kamu itu.” pangkal ayat 59. Kamu telah menerangkan bahwa kamu bersaudara 12 orang, yang satu hilang di waktu kecil, yang satu tinggal di kampung bersama ayah, aku ingin berkenalan dengan kalian semuanya, sebab itu kalau kembali lagi kemari bawalah saudara kalian itu: “Tidakkah kamu lihat bahwasannya aku 9 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, op.cit., h. 15-16 10 Ibid. 33 memenuhi sukatan dan aku adalah sebaik- baik orang yang menerima tamu?” ujung ayat 59. 11 Sementara Sayyid Quthb menyimpulkan bahwa Yusuf AS. membiarkan mereka melupakan perihal dirinya. Kemudian sedikit demi sedikit Yusuf AS. mengingatkan mereka tentang siapa sebenarnya mereka secara terperinci. Ia memberitahukan bahwa mereka memiliki seorang saudara laki-laki yang lebih kecil dari mereka yang merupakan saudara sebapak dan tidak hadir bersama mereka, karena bapaknya sangat menyayanginya dan tidak kuat berpisah dengannya. tatkala Yusuf AS. menyiapkan bahan makanan untuk perjalanan mereka, ia berkata pada mereka bahwa ia ingin melihat saudara tiri mereka ini. “bawalah kepadaku saudaramu yang seayah dengan kamu bunyamin. ” Tidakkah kalian melihat bahwa aku memenuhi perbekalan kantong para pembeli, maka akupun akan menyempurnakan jatah kalian jika kalian datang dengan saudara tiri kalian itu? Kalian pun melihat sendiri bagaimana aku memuliakan setiap tamu yang mampir. Sehingga, tidak perlu ada yang dikhawatirkan bila dia ikut. Karena mereka yakin sekali akan cinta mendalam dari ayah mereka terhadap saudara mereka yang terkecil khususnya setelah Yusuf AS. menghilang, mereka serta merta menyatakan bahwa perkara itu bukanlah sesuatu yang mudah. Namun, dalam realisasinya penuh dengan rintangan dan penghalang dari bapak mereka. Meskipun demikian, mereka akan tetap berusaha meyakinkan bapak mereka, dengan penekanan keinginan mereka yang kuat untuk menghadirkan saudara mereka ketika mereka kembali lagi. 12 Yusuf AS. mengabulkan permintaan mereka membeli barang-barang mereka dan menukarkan dengan bahan makanan dan memerintahkan supaya disiapkan untuk mereka 10 pikul bahan makanan dan keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan dalam perjalanan, karena mereka berjumlah 10 orang, 11 Hamka, op.cit., h. 18 12 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, Cet.1, h. 295 34 masing-masing berhak mendapat satu pikul. Tetapi mereka menceritakan bahwa di kampung mereka ada lagi 2 orang yang sangat memerlukan bahan makanan yaitu seorang saudara dan seorang ayah mereka sendiri. Mereka memohon supaya kepada mereka diberikan 12 pikulan sebab yang sepuluh pikulan itu hanya cukup untuk mereka saja: “Ayah kami tidak dapat datang kemari karena sudah tua dan lemah sedang saudara kami sengaja kami tinggalkan untuk menjaga dan menyenangkan hatinya”. Mendengar keterangan saudara-saudaranya itu Yusuf AS. berkata: “Kalau demikian bawalah saudaramu itu kemari sebagai bukti bagi kami atas kebenaranmu dan kami akan mengabulkan permintaanmu itu. Kami telah melihat sendiri bahan- bahan, makanan yang disediakan untuk kamu berjumlah 10 pikulan, karena kami hanya sanggup menyerahkan satu pikulan untuk satu orang. Selain dari itu selama disini kau semua sudah kami perlakukan dengan baik sebagai tamu kami karena begitulah biasanya kami memperlakukan tamu dengan sebaik- baiknya. Sekarang pulanglah kamu semua dan bawalah bahan makanan itu, kemudian kamu datang kembali membawa barang daganganmu untuk ditukar dengan bahan makanan tetapi dengan syarat kamu harus membawa saudaramu. Sebagai bukti kebenaran dan kejujuranmu”. 13 Penulis memahami bahwa dalam ayat ini Nabi Yusuf AS. membiarkan mereka melupakan perihal dirinya. Nabi Yusuf AS. mengabulkan permintaan mereka membeli barang-barang mereka dan menukarkan dengan bahan makanan dan disiapkan untuk mereka 10 pikul bahan makanan dan keperluan- keperluan lain yang dibutuhkan dalam perjalanan, karena mereka berjumlah 10 orang, masing-masing berhak mendapat satu pikul. Tetapi mereka menceritakan bahwa di kampung mereka ada lagi 2 orang yang sangat memerlukan bahan makanan yaitu seorang saudara dan seorang ayah mereka sendiri. Mereka memohon supaya kepada mereka diberikan 12 pikulan sebab yang sepuluh pikulan itu hanya cukup untuk mereka saja. Kemudian Nabi Yusuf AS. berkata: “Bawalah saudara kalian kepadaku dari ayah kalian.” Yang dimaksud ialah saudara kandungnya, Bunyamin. Hal ini disebabkan 13 Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, op.cit. , h. 12. 35 karena Nabi Yusuf AS. tidak pernah memberikan kepada setiap orang lebih dari satu muatan unta. Sedangkan saudara-saudaranya berjumlah 10 orang, maka dia memberi mereka 10 muatan pula. Nabi Yusuf AS. berkata kepada mereka bahwa beliau telah menyempurnakan takaran, tidak menguranginya, bahkan telah menambahkan satu unta untuk saudaranya Bunyamin. Dengan demikian, sesungguhnya beliau adalah sebaik-baik tuan rumah bagi para tamunya. Memang, Nabi Yusuf AS. telah menjamu para tamunya dengan sebaik-baiknya, dan membekali mereka dengan perbekalan yang cukup selama dalam perjalanan.            Selanjutnya Yusuf AS. memperingatkan mereka bahwa jika kamu tidak membawanya kepadaku saat kedatanganmu yang akan datang, maka kamu tidak akan mendapat sukatan lagi dariku namun aku tidak akan menghalangi jika kamu mendapatkannya dari selainku dan di tempat lain dan karena itu janganlah kamu mendekatiku dan mendekati wilayah ini untuk maksud apa pun. 14 Jika kalian datang kembali ke mari untuk mendapatkan makanan bagi keluarga kalian, sedang kalian tidak membawa saudara kalian yang bungsu, maka kalian tidak akan memperoleh takaran dari negeriku, apalagi memperoleh takaran yang sempurna seperti yang kalian peroleh dariku. Dan kalian tidak akan boleh mendekatiku dengan memasuki negeriku, apalagi akan memperoleh kebajikan dengan dipersilahkan bertamu dan menerima jamuan. Di sini terdapat isyarat, bahwa mereka selalu mempunyai niat untuk mendapatkan makanan, dan hal itu diketahui oleh Yusuf AS. Secara dzahir, apa yang diperbuat oleh Yusuf AS. bersama mereka adalah dengan wahyu. Jika tidak, sudah tentu dia akan segera berbuat kebajikan kepada – dan memanggil – ayahnya. Hikmahnya, barangkali Allah berkehendak untuk 14 M.Quraish Shihab, op.cit., h. 476 36 menyempurnakan pahala Yakub AS. dalam ujiannya. Dia akan berbuat apapun yang dikehendaki-Nya terhadap makhluk-Nya. 15 Sedangkan dalam Tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa Yusuf AS. yang telah tahu bahwa mereka itu adalah saudara-saudaranya semua, dan mereka tidak tahu bahwa yang dipertuan itu Yusuf AS., maka di tuduhlah mereka oleh Yusuf AS. sebagai mata-mata yang hendak mengintip-intip ke dalam negeri Mesir. Tentu saja mereka bersumpah-sumpah bahwa mereka bukan mata- mata, tetapi Yusuf AS. meminta bukti, yaitu kalau memang mereka bukan orang baik-baik, bukan mata-mata negeri lain, hendaklah dibawanya saudaranya yang seorang lagi itu, dan yang lain boleh pulang mengantarkan gandum, sedang seorang diantara mereka yang bernama S yam’un dijadikan sandera, ditahan dalam penjara sampai mereka kembali semua di Mesir membawa Bunyamin. Di sini kita lihat dari perbedaan Wahyu al-Quran dengan “Perjanjian Lama” yang Taurat aslinya telah hilang, lalu tinggal catatan manusia yang tidak terang sampai sekarang dimana naskah aslinya. Pada al-Quran diterangkan bahwa dengan siasat yang halus sekali Yusuf AS. telah menawan hati mereka. Mereka tidak tahu bahwa orang besar ini adalah saudara kandung mereka. Mereka semua anak dusun yang telah dihormati demikian rupa oleh Yang Mulia. Mereka merasa sangat berhutang budi. Sehingga Yusuf AS. mengatakan kalau kalian kembali kemari tetapi saudara kalian itu tidak kalian bawa serta, artinya aku tidak akan mempercayai kalian lagi. Dan tidak pula boleh lagi mendekat kepadanya. Cukup berurusan dengan pegawai-pegawai saja, sebagai pembeli-pembeli lain. Maka terhimpit lah lidah mereka untuk menjawab bahwa ayah mereka tidak sudi melepaskan adik mereka itu pergi. 16 Sementara dalam tafsiran yang lain menjelaskan bahwa jika kamu tidak membawa saudaramu itu maka kamu tidak akan mendapatkan bahan makanan sama sekali karena terbuktilah bagi kami, kamu bukan orang-orang yang jujur. Orang-orang yang pembohong dan pendusta tidak akan 15 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, op.cit., h. 16 16 Hamka, op.cit., h. 18 37 mendapatkan layanan dari kami dan kami sangat membencinya. Sekali lagi kami tegaskan kepadamu, kalau kamu tidak membawa saudaramu itu janganlah diharapkan bahwa kamu akan diberi bahan makanan dan janganlah mencoba mendekat ke negeri kami apalagi menghadap kepada kami karena tidak ada tempat disini bagi orang-orang yang tidak jujur. 17 Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Yusuf AS. memperingatkan kepada saudara-saudaranya bahwa ketika mereka akan kembali lagi untuk mendapatkan makanan, mereka harus membawa saudaranya yang bungsu Bunyamin, mereka diperingatkan karena Nabi Yusuf AS. mengetahui niat mereka untuk berlangganan terhadap beliau. Oleh sebab itu Nabi Yusuf AS. memperingatkan bahwa mereka tidak akan memperoleh takaran darinya, apalagi memperoleh takaran yang sempurna seperti yang telah mereka peroleh. Dan mereka tidak akan boleh mendekati dengan memasuki negerinya, apalagi akan memperoleh kebajikan dengan dipersilahkan bertamu dan menerima jamuan.        Kami akan berusaha keras dan mencari siasat untuk membawa Bunyamin dari tangan ayah. Kami akan memalingkan kehendaknya untuk membiarkan Bunyamin selalu berada disisinya kepada kehendak kami dan kehendakmu, serta membujuknya untuk mengutus Bunyamin bersama kami, sebagaimana anda sukai. Hal seperti itu tidak mustahil dan tidak sulit bagi kami. 18 Jawaban saudara-saudara Yusuf AS. menyangkut kehadiran Bunyamin mengesankan bahwa izin ayah mereka tidaklah mudah. Rupanya cinta ayah kepada Nabi Yusuf AS. beralih kepada adiknya itu. Dan karena itu pula, kakak-kakaknya menyadari bahwa izin membawanya menemui penguasa Mesir itu memerlukan upaya yang sungguh-sungguh. 19 17 Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, op.cit., h. 12 18 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, op.cit., h. 17 19 M.Quraish Shihab, op.cit., h. 477 38 Dalam Tafsir al-Azhar dijelaskan bahwa mereka merasa berhutang budi dengan “orang besar mesir” itu. Dapatlah dikira-kirakan sendiri bahwa orang-orang dari desa itu tidak menyangka bahwa mereka akan disambut demikian rupa, sehingga mereka telah terlanjur berjanji untuk membujuk ayah mereka sendiri, supaya jika mereka kembali lagi ke mesir, bunyamin dapat mereka bawa. Dan kekurangan gandum makanan mereka akan memaksa juga, tidak boleh tidak, mereka mesti kembali ke mesir lagi. 20 Sedangkan dalam Tafsir Fi Zhilalil Q ur’an menjelaskan Kata nurawidu menggambarkan betapa usaha yang harus mereka keluarkan untuk merealisasikannya. Yusuf AS. telah memerintahkan para pegawainya agar meletakkan kembali bawaan saudara-saudaranya yang ingin di tukarkan dengan gandum dan bahan makanan. Bawaan tersebut bisa jadi adalah campuran dari uang dan hasil-hasil padang pasir lainnya seperti hasil pohon- pohonan padang pasir. Bisa juga terdiri dari kulit, bulu, dan lain lain yang biasa digunakan sebagai barter dalam perdagangan di pasar. Yusuf AS. memerintahkan para pegawainya agar menyelipkan di kantong-kantong mereka. Sehingga, mereka mengenalnya sebagai barang bawaan mereka ketika mereka kembali ketempat tinggalnya. 21 Dalam ayat ini dapat penulis pahami bahwa saudara-saudara Yusuf AS. merasa bahwa untuk mendatangkan Bunyamin ke Mesir dan bertemu Nabi Yusuf AS. bukanlah hal yang mudah. Karena kecintaan ayahnya terhadap Yusuf AS. telah berpindah terhadap adik kandungnya Bunyamin. Namun mereka memberikan kepastian dan berjanji bahwa mereka akan berusaha keras dan mencari siasat untuk membawa Bunyamin dari tangan ayahnya. Mereka akan membujuknya untuk mengutus Bunyamin bersama mereka dan membawanya ke Mesir untuk bertemu Nabi Yusuf AS. 20 Hamka, op.cit., h. 19 21 Sayyid Quthb, op.cit., h. 296 39                Dia berkata kepada bujang-bujangnya yang menakar makanan. “Letakkanlah barang yang mereka tukarkan dengan makanan_yaitu terompah dan kulit_di dalam tempat makanan mereka, tanpa mereka mengetahuinya”. Agar mereka mengetahui bahwa kami mempunyai hak untuk menghormati mereka dengan mengembalikan barang-barang itu kepada mereka, dan memberikan makanan kepada mereka secara cuma-cuma, apabila mereka kembali kepada keluarga dan membuka makanan mereka, lalu mendapatkan barang itu didalamnya. Kemudian, Yusuf AS. mengemukakan alasannya, mengapa mereka dikehendaki untuk mengetahui barang yang dikembalikan kepada mereka: Mudah-mudahan mereka kembali kepada kami karena sangat ingin mendapatkan kebajikan kami, karena kebutuhan kepada makanan pokok merupakan faktor terkuat yang mendorong mereka untuk kembali. 22 Inilah pukulan budi yang kedua, sesudah mereka di hormati sebagai tetamu, sekarang harga gandum yang mereka telah beli dikembalikan. Dengan demikian, mereka terpaksa mesti kembali lagi kelak membawa bunyamin. Sedang mereka masih tidak tahu bahwa mereka sudah disiasati secara halus oleh Yusuf AS. Mereka bangga dihormati oleh orang besar kerajaan. 23 Sementara itu, dalam tafsir yang lain dijelaskan bahwa Yusuf AS. kemudian memerintahkan kepada petugas-petugasnya yang mengurus bahan makanan agar semua barang-barang yang dibawa mereka di masukkan kembali ke dalam karung-karung bahan makanan tanpa sepengetahuan mereka. Barang-barang itu terdiri dari berbagai macam bahan hasil produksi padang pasir seperti kulit bulu domba dan lain sebagainya. Dengan mengembalikan barang-barang itu, Yusuf AS. bermaksud supaya bila mereka 22 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, op.cit., h. 17-18 23 Hamka, op.cit., h. 19 40 sampai dikampung halaman dan membuka barang-barang itu semua dan terdapat di dalamnya selain bahan makanan ada pula barang-barang dagangan yang mereka bawa sendiri, tentulah mereka akan menyadari sepenuhnya betapa baiknya hati penguasa mesir itu, dan betapa tinggi budi dan jasanya terhadap mereka. Mereka telah di perlakukan sebagai tamu selama di mesir kemudian di beri pula bahan makanan serta barang-barang dagangan mereka sendiri di kembalikan, lagi pula seakan-akan bahan makanan yang sepuluh pikul itu di berikan kepada mereka dengan cuma-cuma sebagai hadiah yang bagi mereka sendiri sangat diperlukan dan tak ternilai harganya. Dengan kesadaran itu semoga timbullah tekad yang kuat dalam hati mereka untuk kembali ke Mesir membawa barang-barang dan membawa Bunyamin sekaligus sebagaimana diamanatkan oleh Yusuf AS. 24 Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Yusuf AS. memerintahkan kepada para petugas-petugasnya yang mengurus bahan makanan agar semua barang- barang yang dibawa mereka di masukkan kembali ke dalam karung-karung bahan makanan yang mereka tanpa sepengetahuan mereka. Dengan mengembalikan barang-barang itu, Nabi Yusuf AS. bermaksud supaya bila mereka sampai dikampung halaman dan membuka barang-barang itu semua dan terdapat di dalamnya selain bahan makanan ada pula barang-barang dagangan yang mereka bawa sendiri, mereka akan merasa berhutang budi, karena telah diberikan pelayanan yang terbaik dan semua barang penukar yang mereka bawa dikembalikan serta dikabulkan pula segala keinginan mereka. Oleh sebab itu, diharapkan timbul tekad yang semakin kuat diantara mereka untuk membawa Bunyamin untuk menghadap Nabi Yusuf AS. 24 Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, op.cit., h. 13. 41

BAB IV ANALISIS NILAI PENDIDIKAN AKHLAK PADA AL-

QUR’AN SURAT YUSUF AYAT 58-62 Berdasarkan hasil analisis, penulis menemukan beberapa nilai pendidikan akhlak yang terkandung di dalam Q.S. Yusuf ayat 58-62, antara lain : akhlak pemaaf, sabar, tanggung jawab, dermawan, dan kejujuran.

A. Pemaaf

Dalam surat Yusuf ayat 58 menjelaskan bahwa saudara-saudara Yusuf AS. datang ke Mesir untuk membeli bahan makanan yang sangat mereka perlukan. Ketika sampai disana mereka langsung menemui Yusuf AS. dengan harapan dapat membeli bahan makanan, karena urusan ini sepenuhnya berada di tangan Yusuf AS. Ketika mereka masuk untuk menghadap, Yusuf AS. telah mengetahui bahwa yang datang itu adalah saudara-saudaranya sendiri, karena rupa dan jenis pakaian mereka masih melekat dalam ingatannya apalagi dengan jumlah mereka sepuluh orang. Meskipun Yusuf AS. telah mengetahui bahwa yang datang adalah saudara-saudaranya, tetapi Yusuf AS. tetap bersikap ramah tanpa ada perasaan dendam sedikitpun, padahal beliau telah disakiti oleh saudara-saudaranya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Yusuf AS. mempunyai sikap pemaaf, karena meskipun telah disakiti beliau tidak ingin menyakiti saudara-saudaranya, sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap Yusuf AS. Dalam bahasa arab sifat pemaaf disebut dengan al-afwu yang secara etimologis berarti menghapus. Dalam konteks bahasa ini, memaafkan berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati. 1 Jadi, pemaaf dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dapat menghapus rasa sakit yang ada di dalam hati serta menerima kekurangan orang lain dengan lapang dada. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak,Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam LPPI, 1999, Cet. 1, h. 140 42 Allah SWT. memerintahkan kita untuk menjadi pribadi yang pemaaf, sebagaimana firman-Nya :         Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. Q.S. Al- A’raf : 199 Ayat di atas menjelaskan bahwa kita sebagai umatnya diperintahkan untuk menjadi pribadi yang pemaaf. Sifat pemaaf merupakan salah satu sikap ketaqwaan kepada Allah SWT. sebagaimana yang dinyatakan dalam firman- Nya :                             “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”Q.S. Al-Imran [3]: 133-134 Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu pemohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah menyadari kesalahannya dan berniat untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Apalagi bagi orang-orang yang merasa status sosialnya lebih tinggi daripada orang yang dimintai maaf itu. Misalnya seorang pemimpin kepada rakyatnya, seorang bapak kepada anaknya, seorang manager kepada karyawannya, atau yang lebih tua kepada yang lebih muda. Barangkali itulah salah satu hikmahnya, kenapa Allah SWT. memerintahkan 43 kita untuk memberi maaf sebelum dimintai maaf. 2 Adapun keutamaan memaafkan sebagaimana sabda Nabi SAW. : Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Harta tidak akan berkurang karena shadaqah. Allah swt. pasti akan menambah kemuliaan seseorang yang suka memaafkan. Dan, seseorang yang merendahkan diri karena Allah swt., niscaya Allah swt. yang Mahamulia Lagi Maha Agung akan meninggikan derajatnya.” H.R.Muslim 3 Hadits diatas menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki akhlak pemaaf akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Adapun contoh akhlak pemaaf Nabi SAW. yaitu pada saat seorang lelaki arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi SAW. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah di sandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Nabi SAW. tinggal. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Nabi SAW., langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab RA. langsung menghadang karena ia melihat gelagat buruk pada penampilannya. Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik? ”Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab : “Aku datang ke negri ini hanya untuk membunuh Muhammad”. Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung menghajarnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Nabi SAW., 2 Ibid., h. 141 3 Mustofa Said Al-Khin, dkk., Syarah dan Terjemah Riyadhus Shalihin, Jakarta: Al- I’tishom, 2013, Cet. Ke-10, h. 625 44 kemudian Nabi SAW. pun segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Apakah di antara kalian sudah ada yang memberinya makan?”. Para sahabat Nabi SAW. yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi SAW. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Nabi SAW. untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Nabi SAW. Maka Umar memberanikan diri bertanya, “Makanan apa yang Anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam” Namun Nabi SAW. tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata: “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat itu”. Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Nabi SAW. Setelah memberi minum Tsumamah, Nabi SAW. dengan sopan berkata kepadanya: “Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah Tiada Tuhan selain Allah.” Si musyrik itu menjawab dengan ketus, “Aku tidak akan mengucapkannya”. Nabi SAW. membujuk lagi, “Katakanlah, Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah.” Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras: “Aku tidak akan mengucapkannya”. Para sahabat Nabi SAW. yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Nabi SAW. malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negrinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Nabi SAW. dengan wajah ramah berseri. Ia berkata: “Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul Allah. Nabi SAW. tersenyum dan bertanya : “Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk islam semata- mata karena mengharap keridhaan Allah Robbil Alamin.” Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, “Ketika aku memasuki kota