13
peranannya dimasa yang akan datang, agar nantinya menjadi manusia yang bertanggung jawab.
Selanjutnya pengertian akhlak. Ditinjau dari segi bahasa, kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab akhlâq
yang berarti “perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan sant
un agama”. Pengertian “akhlak” dari segi bahasa berasal dari bahasa arab jama’ dari kata “khulqun” atau “khuluq” yang berarti
budi pekerti.
15
Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, yaitu etos
yang berarti “kebiasaan”. Sedangkan moral berasal dari kata mores
yang berarti “kebiasaannya”. Menurut terminology, kata “budi pekerti” terdiri atas budi dan pekerti. “Budi” ialah yang ada pada manusia,
berhubungan dengan kesadaran, dan didorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut karakter. Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia
karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada tingkah
laku manusia.
16
Arti akhlak menurut istilah yang dikemukakan oleh para tokoh, antara lain: Imam Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata
mengatakan bahwa akhlak adalah : sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
17
Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal dengan
“teori menengah” dalam keutamaan seperti yang disebut oleh
Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan
masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Akhlak
menurut Al-Ghazali mempunyai tiga dimensi :
15
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai AkhlakBudi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, Jakarta: Karya Mulia, 2005, Cet. II, h. 25.
16
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam : Lanjutan teori dan praktik, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, Cet. 1, H. 91
17
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2008, h. 3- 4
14
1. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadah
dan shalat. 2.
Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya dengan sesamanya.
3. Dimensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya.
18
Sejalan dengan pendapat tersebut, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah : sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan, baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
19
Menurut Abuddin Nata: “akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah
daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.”
20
Sedangkan yang dikutip oleh Ahmad Daudy, yaitu : Menurut Al-Farabi dalam kitabnya yang berjudul
“Risalah fit-Tanbih „Ala Subuli „s-sa‟adah, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi
yang dirindui dan diusahakan oleh setiap manusia. Jika seseorang tidak memiliki akhlak yang terpuji, ia dapat memperolehnya dengan adat kebiasaan,
yakni melakukan sesuatu kerja berulang kali dalam waktu lama dan dalam masa yang berdekatan.
21
Menurut Konsepsi Ibn Maskawaih, akhlak adalah “suatu sikap mental
halun li‟n-nafs yang mendorongnya untuk berbuat, tanpa pikir dan pertimbangan”. Keadaan atau sikap jiwa ini terbagi kepada dua : ada yang
berasal dari watak dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan.
22
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana dipaparkan di atas tidaklah bertentangan, melainkan
saling melengkapi, yakni suatu sikap yang tertanam kuat dalam jiwa yang
18
Moh. Ardani, op.cit., h. 28.
19
Abuddin Nata, loc.cit.
20
Ibid., h. 5
21
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, cet. 3, h. 47
22
Ibid, h.61
15
nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia
sebagai fitrah, sehingga mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat.
Dari definisi pendidikan dan akhlak di atas, maka dapat dikatakan bahwa pengertian pendidikan akhlak ialah usaha sadar yang dilakukan oleh
pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada peserta didik sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah SWT.
C. Tujuan Pendidikan Akhlak
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang berproses dan terencana sudah
tentu mempunyai tujuan. Tujuan tersebut berfungsi sebagai titik pusat perhatian dalam melaksanakan kegiatan serta sebagai pedoman guna
mencegah terjadinya penyimpangan dalam kegiatan. Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia, pasti tidak
terlepas dari tujuan. Demikian halnya dengan tujuan pendidikan akhlak, tidak berbeda dengan tujuan pendidikan islam itu sendiri. Tujuan tertingginya ialah
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Muhammad Atiyyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa tujuan pendidikan
akhlak adalah “untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, berkemauan keras, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah
laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci”.
23
Sedangkan menurut Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany tujuan pendidikan akhlak adalah menciptakan kebahagiaan dua kampung dunia dan
23
Muhammad Aţiyyah al-Abrâsyî, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, Cet. 1, h. 109.
16
akhirat, kesempurnaan jiwa bagi individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi masyarakat. Agama islam atau akhlak
islam tidak terbatas tujuannya untuk mencapai kebahagiaan akhirat yang tergambar dalam mendapat keridhoan, ampunan, rahmat, dan pahalanya, dan
juga mendapat kenikmatan akhirat yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. kepada orang-orang baik dan orang-orang bertakwa yang telah ditunjukkan
oleh banyak ayat-ayat al- Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW.
24
Sementara itu, menurut Asmaran pendidikan akhlak bertujuan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan yang
buruk, agar manusia dapat memegang teguh sifat-sifat yang baik dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang jahat sehingga terciptalah tata tertib
dalam pergaulan di masyarakat, dimana tidak ada benci- membenci.”
25
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pendidikan akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui
perbuatan yang baik atau yang buruk.
26
Dengan demikian, tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membuat peserta didik mampu mengimplementasikan
keimanan dengan baik.
D. Macam-macam Pendidikan Akhlak
Akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua : Akhlak Terpuji Akhlak mahmudah dan Akhlak Tercela Akhlak mazmumah. Jika
sesuai dengan perintah Allah SWT. dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji. Sedangkan
jika ia sesuai dengan apa yang dilarang Allah SWT. dan Rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan
akhlak tercela.
27
24
Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1979,h. 346
25
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994, Cet. 2, h. 55
26
Abuddin Nata, op.cit., h. 15
27
Moh Ardani, Nilai-nilai akhlak budi pekerti dalam ibadat, Jakarta: Karya Mulia, Cet. 1, h. 54
17
1. Akhlak Mahmudah Akhlak al-Karimah
Akhlak yang baik ialah segala tingkah laku yang terpuji mahmudah juga bisa dinamakan fadhilah kelebihan. Akhlak yang baik
dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik. Oleh karena itu, dalam hal jiwa manusia dapat menelurkan perbuatan-perbuatan lahiriah. Tingkah laku
dilahirkan oleh tingkah laku batin, berupa sifat dan kelakuan batin yang juga dapat berbolak-balik yang mengakibatkan berbolak-baliknya
perbuatan jasmani manusia. Oleh karena itu, tindak-tanduk batin hati itupun dapat berbolak-balik.
28
Dalam berusaha, manusia harus menunjukkan tingkah laku baik, tidak bermalas-malasan, tidak menunggu tetapi segera mengambil
keputusan. Sesuatu yang dapat dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai dengan yang diharapkan, dapat
dinilai positif oleh orang yang menginginkannya. Perbuatan baik merupakan akhlak al-karimah yang wajib dikerjakan.
Akhlak al-karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Al-
Ghazali menerangkan adanya empat pokok keutamaan akhlak yang baik, yaitu sebagai berikut :
a Mencari Hikmah.
Hikmah ialah keutamaan yang lebih baik. Ia memandang bentuk hikmah yang harus dimiliki seseorang, yaitu jika berusaha untuk
mencapai kebenaran dan ingin terlepas dari semua kesalahan dari semua hal.
b Bersikap Berani.
Berani berarti sikap yang dapat mengendalikan kekuatan amarahnya dengan akal untuk maju. Orang yang berakhlak baik biasanya
pemberani, dapat menimbulkan sifat-sifat yang mulia, suka menolong, cerdas, dapat mengendalikan jiwanya, suka menerima saran dan kritik
orang lain, penyantun, memiliki perasaan kasih dan cinta.
28
M. Yatimin Abdullah, op.cit., h. 39
18
c Bersuci Diri.
Suci berarti mencapai fitrah, yaitu sifat yang dapat mengendalikan syahwatnya dengan akal dan agama. Orang yang memiliki sifat fitrah
dapat menimbulkan sifat-sifat pemurah, pemalu, sabar, toleransi, sederhana, suka menolong, cerdik, dan tidak rakus.
d Berlaku Adil.
Adil, yaitu seseorang yang dapat membagi dan member haknya sesuai dengan fitrahnya, atau seseorang mampu menahan kemarahannya dan
nafsu syahwatnya untuk mendapatkan hikmah dibalik peristiwa yang terjadi. Adil juga berarti tindakan keputusan yang dilakukan dengan
cara tidak berat sebelah atau merugikan satu pihak tetapi saling menguntungkan.
Orang yang mempunyai akhlak baik dapat bergaul dengan masyarakat secara luwes, karena dapat melahirkan sifat saling cinta-
mencintai dan saling tolong-menolong. Akhlak yang baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk, melainkan akhlak sebagai tindak-
tanduk manusia yang keluar dari hati.
29
Akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan
manusia dengan manusia, akhlak yang mulai itu dapat dibagi kepada tiga bagian. Yaitu :
1 Akhlak Terhadap Allah SWT.
Titik tolak akhlak terhadap Allah SWT. adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat
terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.
Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal sebagai berikut :
a Karena Allah SWT. telah menciptakan manusia dengan segala
keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan
29
Ibid., h. 42