Pengertian Nilai KAJIAN TEORI

12 Alisuf Sabri mengatakan bahwa pendidikan ialah “usaha sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anakpeserta didik secara teratur dan sistematis secara kedewasaan. 11 Menurut Ahmad Tafsir pendidikan ialah “pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain guru. Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati. ” 12 Sedangkan Muzayyin Arifin mengatakan bahwa pendidikan adalah “menumbuhkan personalitas kepribadian serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan m anusia”. 13 Sementara itu, Ahmad Syalabi dan Ibn Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurthubiy sebagaimana dikutip oleh Samsul Nizar berpendapat bahwa : “Pendidikan pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al- ta‟dib, dan al-ta‟lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan ialah term al-tarbiyah. Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. ” 14 Dari definisi-definisi di atas, penulis dapat memahami bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh si pendidik untuk perkembangan jasmani dan rohani peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan menuju terbentuknya kepribadian utama bagi 11 Ibid. 12 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 7, h. 26 13 Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Cet. 1, h. 7. 14 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002,Cet. 1. h. 25-26 13 peranannya dimasa yang akan datang, agar nantinya menjadi manusia yang bertanggung jawab. Selanjutnya pengertian akhlak. Ditinjau dari segi bahasa, kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab akhlâq yang berarti “perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan sant un agama”. Pengertian “akhlak” dari segi bahasa berasal dari bahasa arab jama’ dari kata “khulqun” atau “khuluq” yang berarti budi pekerti. 15 Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa latin, yaitu etos yang berarti “kebiasaan”. Sedangkan moral berasal dari kata mores yang berarti “kebiasaannya”. Menurut terminology, kata “budi pekerti” terdiri atas budi dan pekerti. “Budi” ialah yang ada pada manusia, berhubungan dengan kesadaran, dan didorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut karakter. Sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behaviour. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada tingkah laku manusia. 16 Arti akhlak menurut istilah yang dikemukakan oleh para tokoh, antara lain: Imam Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa akhlak adalah : sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 17 Akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali tidak hanya terbatas pada apa yang dikenal dengan “teori menengah” dalam keutamaan seperti yang disebut oleh Aristoteles, dan pada sejumlah sifat keutamaan yang bersifat pribadi, tapi juga menjangkau sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Akhlak menurut Al-Ghazali mempunyai tiga dimensi : 15 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai AkhlakBudi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf, Jakarta: Karya Mulia, 2005, Cet. II, h. 25. 16 Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam : Lanjutan teori dan praktik, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, Cet. 1, H. 91 17 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2008, h. 3- 4