Sebab Yang Merupakan Hak Suami.

Hal-hal yang sering menjadi penyebab putusnya ikatan perkawinan antara seorang suami dan seorang istri yang menjadi pihak-pihak terikat dalam perkawinan, menurut Undang-Undang no.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pasal 38 dinyatakan ada tiga sebab yaitu: a. Karena kematian, b. Perceraian, c. dan Atas Keputusan Pengadilan. 9 Ketiga macam sebab ini, bahwa perceraian itu ada yang merupakan hak dari pihak suami, ada pula yang merupakan pihak istri, dan ada pula yang di luar hak mereka suami istri yakni karena kematian dan sebab atas keputusan pengadilan. Oleh karena itu berikut ini akan dikemukakan mengikuti kategori yang telah dijelaskan di atas yaitu:

a. Sebab Yang Merupakan Hak Suami.

Ikatan perkawinan yang dibangun oleh pihak-pihak dengan dasar sukarela dalam arti bebas dari paksaan pihak luar, termasuk pihak seperti wali, orang tua ataupun penguasa. Oleh karena itu, dalam kondisi tertentu bila ikatan tidak bisa dipertahankan, Islam memperbolehkan untuk memutus ikatannya atas dasar kemauan dari pihak masing-masing. Suami diberi hak untuk melaksanakan sesuatu perbuatan hukum yang akan menjadi sebab pemutusan perkawinan. Perbuatan hukum tersebut disebut talak. Mengenai perbuatan hukum ini yaitu apabila seorang suami 8 Departemen Agama, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,Jakarta: 2001, h. 56 9 Amalia Santoso, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jakarta: 2006, h. 169 melontarkan ucapan kepada istrinya dengan salah satu kata: talaqa, saraha, faraqa, atau semakna dengan itu. Bahkan bisa menggunakan kata semakna dengan itu misalnya ”pulanglah kamu” yang disertai dengan niat dalam hati bahwa kata itu maksudnya adalah untuk pemutusan ikatan perkawinan suami istri tersebut. Penjelasan di atas jelas bahwa talak adalah sebagai perbuatan hukum yang gampang menimbulkan putusnya ikatan perkawinan, sehingga hak yang diletakkan pada pihak suami membutuhkan sifat kehati-hatian dalam arti suami tidak mudah melontarkan kata dan niatannya. Al-Qur’an menjelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 227 yaitu:         ”Dan jika mereka berazam bertetap hati untuk talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” Qs. Al-baqarah: 227. Hak talak ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan yang di hadapi suami dalam melangsungkan situasi rukun damai dalam kehidupan rumah tangga. Rumah tangga yang dibangun melalui akad nikah harus dilandasi dengan rasa cinta kasih antara dua pihak yaitu suami dan istri, sehingga apabila rasa cinta menjadi tidak ada di antara mereka dan sulit dipulihkan namun yang ada hanya saling benci membenci maka terbukalah pintu yang memberi hak talak ini kepada suami. Mengikuti ketentuan pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 maka penggunaan hak talak oleh suami hanya boleh diperkenankan apabila mempunyai alasan sebagai berikut: 1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan, 2. Salah satu pihak suami ataupun istri meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya, 3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinann berlangsung, 4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyayaan berat yang membahayakan pihak yang lain, 5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang suami atau istri, 6. Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan dan persengketaan dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Dari alasan-alasan yang ditentukan pasal 19 ini dipahami bahwa ikatan nikah yang idealnya kekal abadi diberi peluang terputusnya dengan perceraian adalah dengan talak dari suami. 10

b. Sebab Yang Merupakan Hak Istri