Potensi seksual laki-laki tergantung pada banyak faktor, seperti kekuatan libidonya, daya ereksi, dan kemampuan mempertahankan ereksi selama waktu
tertentu. Apabila ketiga faktor tersebut atau salah satunya tidak dimiliki oleh suami, maka ia tidak akan mampu melakukan kontak seksual sebagaimana mestinya. Untuk
itu kita harus mengerti tentang penyebab faktor mengapa suami bisa tidak bisa memberikan keturunan, jangan asal menceraikan saja tanpa tahu penyebabnya.
Dengan demikian jelas bahwa yang dikatakan impoten dalam uraian di atas menurut bahasa adalah orang yang tidak sanggup bersetubuh, sedangkan menurut
istilah Syara’ adalah orang yang tidak sanggup bersenggama pada kemaluan istrinya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun
skripsi yang berjudul ”PERCERAIAN AKIBAT SUAMI IMPOTEN SUATU STUDY PERSEPSI KARYAWATI FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN
JAKARTA”.
B. Pembatasan masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan judul di atas, perlu dibatasi masalah yang akan diteliti, sehingga dalam pembahasan permasalahan tidak keluar dari sasaran yang
hendak diteliti. Studi ini hanya meneliti tentang apakah Impotensi dapat dijadikan sebagai alasan untuk perceraian.
Setelah mengetahui batasan masalah, maka untuk menghindari terjadinya kesimpang siuran dalam penyusunan, maka perumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana pandangan Hukum Islam tentang perceraian yang disebabkan oleh suami Impoten
2. Bagaimana persepsi karyawati UIN Jakarta tentang perceraian yang disebabkan oleh suami impoten khususnya karyawati Syariah dan Hukum
UIN Jakarta
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam tentang perceraian yang disebabkan suami impoten
2. Untuk mengetahui persepsi karyawati Fakultas Syariah dan Hukun UIN Jakarta tentang perceraian yang disebabkaan oleh suami impoeten.
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, seperti yang dilakukan oleh saudara Gufron Tamim SHI, dalam karya skripsinya yang
berjudul ”Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Impotensi Sebagai Alasan Percereraian”.
Namun disini penulis meninjau sisi yang lain, tidak sedikit para mahasiswa di Fakultas Syariah dan Hukum yang mengetahui tentang perceraian yang diakibatkan
oleh impoten. Maka penulis disini ingin mencoba mengetahui tentang Perceraian yang diakibatkan oleh suami impoten dan menanyakan kepada karyawati UIN
Syariah dan Hukum yang sudah berumah tangga tentang pendapat di atas, karena fenomena ini sering terjadi kepada pasangan suami istri dan terkadang ada pasangan
yang mengalaminya salah satu dari pasangan mengalami impotensi Dalam skripsi ini penulis ingin mencoba mengetahui apakah yang akan wanita
lakukan apabila pasangan mereka suami mengalami impotensi, karena saudara Gofron Tamim SHI dengan judulnya” Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif
Terhadap Impotensi Sebagai Alasan Perceraian” tidak menjelaskan apa yang akan dilakukaan oleh istri bila suami impoten. Apakah si isteri akan langsung mengggugat
suami untuk bercerai atau akan mencari jalan keluar agar tidak terjadi perceraian seperti:
1. Mengadopsi anak, 2. Intropeksi diri atau memberikan waktu kepada suami untuk membuktikan
bahwa si suami bisa memberikan keturunan kepada isterinya. 3. Dan berobat ke dokter.
E. Metodologi Penelitian