Lampu penerangan Dupa atau hio Bunga Air

dijadikan sebagai objek penghormatan. 70 Puja Bhakti maupun penghormatan pada stupa adalah suatu sikap mental dengan tujuan merenungkan dan selalu ingat akan perbuatan atau perilaku baik orang-orang suci yang peninggalan atau relicnya terdapat dalam stupa pada masa hidupnya, agar umat Buddha dapat meneladaninya. Inilah makna dari penghormatan pada stupa tersebut. Stupa yang ada di vihara Jakarta Dhammacakka jaya adalah stupa dalam bentuk kecil dan diletakkan di altar.

3. Cakka atau Cakra

Kata cakka atau cakra ini dikenal dalam agama Buddha yang disebut Dhammacakka Pali atau Dhammacakra Sansekerta yang berarti roda dhamma, yaitu sebagai lambang permulaan pembabaran dhamma yang diajarkan Buddha Gotama kepada murid pertama 5 petapa. Lambang ini berbentuk lingkaran, di dalamnya terdapat ruji-ruji serta porosnya. Semua itu menggambarkan bahwa ban dari lingkaran roda itu sebagai belas kasihan yang tidak berhenti. Ruji-ruji di dalam lingkaran itu sebanyak delapan buah adalah menggambarkan Jalan Mulia Berunsur Delapan, yang harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari demi tercapainya pembebasan mutlak atau nibbana. Lambang cakka di vihara ini diletakkan di pintu masuk Uposathagara. Lambang-lambang lain yang terdapat di cetiya adalah lampulilin, dupa, bunga dan air.

a. Lampu penerangan

Dalam melaksanakan puja di depan Sang Buddha digunakan lampu penerangan. Lampu ini melambangkan cahaya yang menerangi kegelapan. Ruangan yang semula gelap gulita, dapat menjadi terang dengan cahaya lampu. 70 Coerneles Wowor, Pelajaran Agama Buddha untuk SMA kelas 1 Jakarta: CV. Felita Nursatama Lestari, 2003, h. 4-5. Demikian juga dhamma dapat menerangi batin yang gelap menuju penerangan sempurna.

b. Dupa atau hio

Di dalam vihara biasanya ada bau harum dari dupa yang ditancapkan di tempat khusus di altar. Dalam hal ini dupa melambangkan harumnya kebajikan yang dilakukan oleh siapa saja. Namun bau harumnya dupa tidak dapat melawan arah angin, sebaliknya bau harumnya kebajikan atau nama baik dapat melawan arah angin. Dalam Dhammapada disebutkan: Harumnya bunga tak dapat melawan arah angin. Begitu pula harumnya kayu cendana, bunga tagara dan melati. Tetapi harumnya kebajikan dapat melawan arah angin; harumnya nama orang bajik dapat menyebar kesegala penjuru. 71 Harum juga nama Sang Buddha karena beliau penemu jalan kebenaran. Inilah yang patut direnungkan dengan objek dupa yang ada.

c. Bunga

Bunga adalah lambang ketidakkekalan Anicca, bunga segar yang diletakkan di altar setelah beberapa waktu akan menjadi layu. Begitu pula dengan badan dan jasmani, suatu waktu pasti akan menjadi tua, lapuk dan akhirnya mati. Pada saat dipetik dan dipersembahkan di cetiya, bunga masih segar dan harumnya membuat altar kelihatan indah dan agung namun beberapa waktu kemudian akan layu dan hancur. Begitulah ketidak kekalan anicca akan dialami oleh setiap perpaduan dari unsur-unsur baik yang hidup ataupun yang mati.

d. Air

Air dalam agama Buddha melambangkan kerendahan hati, kesejukkan, kemurnian, dan kebersihan karena air mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 71 Dhammapada, Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama, tt, h. 29 • Air dapat membersihkan noda-noda. • Air dapat memberikan tenaga hidup kepada makhluk-makhluk. • Air dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan. • Air selalu mencari tempat yang rendah. • Air kelihatannya lemah, akan tetapi suatu saat akan menjadi tenaga yang sangat besar. Selain itu air juga melambangkan kesucian, oleh karena itu hendaknya manusia mampu berbuat seperti air. Sifat air yang dapat membersihkan kekotoran memberikan arti tersendiri dalam kehidupan manusia. Bagaikan air manusia juga dapat membersihkan segala kekotoran batinnya dengan cara melaksanakan meditasi. Kegiatan yang dilaksanakan di Vihara Dhammacakka Jaya ini meliputi kegiatan keagamaan, pendidikan keagamaan dan kegiatan sosial keagamaan. 1. Kegiatan Keagamaan

a. Kegiatan Rutin