Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Dari makhluk yang diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan inilah Allah menciptakan manusia berkembang biak dan berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya 2 , sebagaimana yang tercantum dalam surat An-Nisa ayat 1. ⌧ ☯ ⌧   ءﺎﺴﻨﻟا : ١ ”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. An-Nisa Ayat 1 Dari ayat ini jelas bahwa Islam mengatur manusia dalam hidup berjodoh-jodohan itu melalui pintu perkawinan yang ketentuannya dirumuskan dalam wujud aturan-aturan yang disebut Hukum Perkawinan Dalam Islam. 3 Dewasa ini sering terdengar akan banyaknya permasalahan poligami yang terjadi di sekitar kita, adalah kasus Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym yang begitu menghebohkan tepatnya di tahun 2006, ketika beliau memutuskan untuk beristri lebih dari satu atau poligami. Dari sinilah pro kontra wancana sekitar poligami semakin jelas mencuat kepermukaan. Sebenarnya terdapat keunikan dalam 2 Abidin, Slamet, dan Aminuddin H,, Fiqh Munakahat, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, cet. Ke- 1, jilid 1 dan 2. 3 Abdurrahman Ghazali , fiqh Munakahat, Jakarta:Kencana, 2006, cet.ke2. poligami yang diajarkan Islam, di mana dalam poligami dibatasi hanya sampai empat orang istri saja. Hal ini tidak lain memiliki manfaat bagi wanita, sebagai ganti dalam perceraian. Karna perbuatan yang halal, akan tetapi di benci Allah adalah perceraian. Pada dasarnya seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Akan tetapi seorang suami yang ingin beristri lebih dari satu diperbolehkan bila dikehendaki oleh pihak-pihak yeng bersangkutan dan Pengadilan Agama telah memberika izin. Dasar pemberian izin poligami oleh Pengadilan Agama diatur dalam pasal 57 pada Kompilasi Hukum Islam KHI. 4 Pengadilan Agama dapat memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari satu apabila: 5 1. Istri tidak dapat manjalankan kewajibannya sebagai istri. 2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan. 3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan Suatu perkawinan yang dilakukan oleh seseorang, baik poligami maupun monogami hendaknya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Oleh karena itu, suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing- 4 Abdurrahman, H., Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta:CV.Akademika Presindo, 1995, cet.ke-2. 5 Ali, Zainudin, Hukum Perdata Islam di Indonesia. masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material. 6 Di zaman yang modern ini, di mana semua orang memiliki kedudukan yang sama, zamannya emansipasi wanita atas dasar mencari ridho Allah. Emansipasi dalam kehidupan manusia menurut pandangan Islam adalah sesuatu yang wajar dan harus terjadi, agar berkembangnya budaya dan pola kehidupan manusia di alam semesta ini, karena manusia diciptakn oleh Allah SWT, dipermukaan bumi ini mempunyai hak dan kemerdekaan yang sama. Hal telah tercantum dalm surat An-Nahl :97 7 ☺ ☯ ⌦ ☺ “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.An-Nahl:97 Ditambah lagi mengingat kedudukan wanita, peran dan fungsinya dalam kehidupan keluarga maupun bangsa amat penting, sebab dari merekalah anak-anak tumbuh dan tergantung. Kepada merekalah baik dan buruk karakter anak-anak, oleh karena itu, tidak 6 UU RI No. 1 Tahun 1974, Bandung: Citra Umbara, 2007. 7 Pandangan Islam Tentang Poligami. Artikel di akses. Tgl 12112009Http hidayatullah. Com. berlebihan seorang ahli hikmah menggambarkan kaum wanita sebagai tiang atau soko guru suatu bangsa dalam sebuah ungkapan : Wanita adalah Tiang bangsa, jika mereka baik maka baiklah bangsa itu dan jika mereka buruk rusak moralnya maka buruklah bangsa itu. Ungkapan tersebut sangat besar maknanya, kita bisa melihat bangsa mana yang buruk perannya dipermukaan bumi ini, pastinya tidak terlepas dari perilaku buruk kaum wanitanya di dalam bangsa tersebut. 8 Dalam kehidupan manusia, banyak kita temui wanita- wanita karier yang berprestasi lengah terhadap urusan keluarganya, Dalam penerapan emansipasi pada dewasa ini, dapat terlihat dua segi : Pertama : Segi positif yaitu dalam penerapannya mempunyai sasaran yang tepat dan terarah sesuai dengan peraturan agama dan moral yang berlaku. Kedua : Segi negatif yaitu kesalahan penerapan dalam praktek atau pola kehidupan yang tidak sesuai dengan akal sehat yang tentunya tidak dibenarkan oleh agama. Karena pengertian emansipasi itu bervariasi, masing-masing kelompok wanita atau individu mereka punya pandangan dari sudut kepentingan yang berbeda-beda. Sebenarnya, emansipasi itu tidak sekedar persamaan hak atau kewajiban dengan kaum pria dalam arti kata yang sempit, akan tetapi harus diimbangi dengan berpegang teguh pada konsep 8 Gadis Arivia. Lingkungan yang Berhubungah dengan Perempuan, Jurnal Perempuan Edisi 21, 2002. beragama, agar dapat menjadi pegangan dalam menjalan apa yang disebut dengan emansipasi wanita, sehinga tidak menimbulkan emansifasi yang kebablasan. Oleh karena itu, ketika permasalahan poligami meledak kepermukaan, muncullah pro dan kontra tentang poligami, ketika kaum feminis yang secara tegas menolak dan meminta pembatalan terhadap aturan hukum yang telah tercantum dalam UU Perkawinan yang dalamnya mengatur poligami. Maka menelusuri konsep poligami dari persepektif perubahan zaman menjadi penting, mengingat sebagian kalangan ada yang menganggap praktek poligami mendapat legitimasi budaya dan agama. Pertanyaanya adalah, apakah benar Islam melegitimasi praktek poligami yang dinilai hanya menguntungkan kaum lelaki dan melanggar konsep keadilan bagi wanita. Ataukah tradisi poligami yang telah membudaya Dalam Perspektif- tengah masyarakat itu tidak sesuai dengan konsep agama Islam. Jadi, walaupun banyak perbedaan pendapat mengenai masalah tersebut, namun poligami merupakan bagian masalah ajaran agama. Berdasarkan hal ini maka penulis merasa tertarik untuk megangkat skripsi ini dengan judul Rekonstruksi Hukum Poligami Dalam Perspektif Emansipasi Wanita.”

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dan juga mengingat bahwa begitu luas pembahasan mengenai perkawinan, maka pada bahasan skripsi ini akan dibatasi hanya mengenai permasalahannya keberadan hukum poligami yang terkait dengan judul Rekontruksi Hukum Poligami Dalam Perspektif Emansipasi Wanita dengan dasar- dasarnya sebagaimana yang telah terjadi di masa kini di mana hukum poligami harusnya disesuaikan dengan keadaan zaman, dan tidak bertahan pada satu pendapat yang mengatakan poligami itu sunnah.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini, dalam bentuk pertanyaan sebagai beriktut : 1. Bagaimana perspektif hukum Fiqh dan hukum Positf di Indonesia terhadap Poligami ? 2. Bagaimanakah Pemahaman kontektual terhadap ayat poligami? 3. Bagaimanakah menyelaraskan hukum poligami antara hukum Fiqh, Positif dan HAM terhadap dunia modern?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Hukum Fiqh dan Hukum Positif terhadap poligami.