Analisis Manajemen Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM EKSTENSI MEDAN

ANALISIS MANAJEMEN PEMBIAYAAN PADA PT. BANK

SYARIAH MANDIRI (PERSERO) TBK

CABANG PEMBANTU KISARAN

Draft Skripsi

OLEH :

ADE IRMA SARI DAULAY 060521131

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Ade Irma Sari Daulay : Analisis Manajemen Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran (Dibimbing oleh Drs. Syahyunan, SE, MSi; Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi; Drs. Nakman Harahap, SE, MSi; Dra. Lisa Marlina, SE, MSi).

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis manajemen pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran. Penelitian ini memakai data primer yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan staf bagian Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dan data sekunder yaitu berupa Standar Operasional Prosedur PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dan kolektibilitas Pembiayaan tahun 2006 hingga 2008. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran menjalankan kegiatan pembiayaan mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Pembiayaan yang telah disesuaikan dengan ketentuan Bank Indonesia dan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) serta dari tahun 2006 hingga tahun 2008 manajemen Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran tidak berjalan dengan baik yang ditunjukkan dengan perolehan NPF melebihi ketentuan bank Indonesia yaitu lebih besar dari 5%.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas karunia dan berkah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulisan serta penyusunan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis manajemen pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran. Bantuan dari berbagai pihak yang berupa moril maupun material telah menjadi dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan serta penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dalam kesempatan ini penulis memberikan ruang tersendiri untuk mengucapkan rasa terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu. Allah SWT. Pasti membalas segala bantuan dan dorongan yang telah penulis terima.

Adapun pihak-pihak yang telah membantu proses penulisan serta penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi, selaku Ketua Departeman Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahyunan, SE, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.


(4)

6. Ibu Dra. Lisa Marlina, SE, MSi, selaku Dosen Penguji II

7. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan mengabdikan dirinya sebagai guru bangsa dengan memberikan serta mengajarkan ilmu pengetahuan yang baik serta berguna terutama kepada penulis.

8. Seluruh staff dan Civitas Akademik di limgkungan Fakultas Ekonomi Unoversitas Sumatera Utara.

9. Kedua oarng tua saya, ayah (H. Nukman Daulay), mama (Hj. Sumarni) yang sangat saya kasihi. Terima kasih atas dukungan doa dan materiil, bahkan buat semangatnya.

Penulis berharap agar skripsi ini berguna bagi semua pihak, terutama bagi Depatemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juni 2009 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL……… v

DAFTAR GAMBAR……… vi

BAB I : PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Perumusan Masalah……….. 6

C. Kerangka Konseptual………. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 9

E. Metode Penelitian………... 10

1. Batasan Operasional……….. 10

2. Definisi Operasional……….. 10

3. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 12

4. Jenis Data……… 12

5. Teknik Pengumpulan Data……… 12

6. Metode Analisis Data………. 13

BAB II : URAIAN TEORITIS……….. 14

A. Penelitian Terdahulu………... 14

B. Pengertian Bank………. 14

C. Pengertian dan Jenis Pembiayaan Bank Syariah.. 15


(6)

1. Perencanaan Jumlah Pembiayaan…………... 17

2. Penentuan Bagi Hasil dan Margin………….. 18

3. Prosedur Pemberian Pembiayaan………. 19

4. Analisis Pemberian Pembiayaan………... 23

5. Pengelolaan dan Pengawasan Pembiayaan…... 26

6. Pengendalian atau Penanganan Pembiayaan Bermasalah……….. 30

BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………... 33

A. Sejarah Perusahaan……… 33

B. Visi dan Misi Perusahaan……….. 35

C. Budaya Perusahaan……… 35

D. Struktur Organisasi Perusahaan……… 37

E. Uraian Tugas………. 38

F. Jenis Pembiayaan Perusahaan………... 40

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN………. 43

A. Hasil Penelitian………. 43

B. Analisis Deskriptif Manajemen Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran………. 60

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN……… 64

A. Kesimpulan……….. 64

B. Saran………. 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Realisasi Penyaluran Pembiayaan PT. Bank Syariah

Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran…………. 2 Tabel 1.2 Kolektibilitas PT. Bank syariah Mandiri (Persero)Tbk.


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual………. 9 Gambar 1.2 Struktur Organisasi Perusahaan………. 37


(9)

ABSTRAK

Ade Irma Sari Daulay : Analisis Manajemen Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran (Dibimbing oleh Drs. Syahyunan, SE, MSi; Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, MSi; Drs. Nakman Harahap, SE, MSi; Dra. Lisa Marlina, SE, MSi).

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis manajemen pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran. Penelitian ini memakai data primer yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan staf bagian Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dan data sekunder yaitu berupa Standar Operasional Prosedur PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dan kolektibilitas Pembiayaan tahun 2006 hingga 2008. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran menjalankan kegiatan pembiayaan mengacu pada Pedoman Pelaksanaan Pembiayaan yang telah disesuaikan dengan ketentuan Bank Indonesia dan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) serta dari tahun 2006 hingga tahun 2008 manajemen Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran tidak berjalan dengan baik yang ditunjukkan dengan perolehan NPF melebihi ketentuan bank Indonesia yaitu lebih besar dari 5%.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara manajemen bank syariah dengan bank umum (konvensional) adalah terletak pada pinjaman dan pemberian balas jasa, baik yang diterima oleh bank maupun investor. Jika dilihat pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah disebut pembiayaan atau finance. Untuk balas jasa yang diberikan atau diterima pada bank umum berupa bunga dalam persentase pasti, sedangkan pada bank syariah dengan sistem syariah, hanya memberi dan menerima balas jasa berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil. Dalam perbankan syariah dikenal dengan istilah mudharabah, murabahah, dan musyarakah untuk program pembiayaan. Bank syariah akan memperoleh keuntungan berupa bagi hasil dari proyek yang dibiayai oleh bank tersebut.

Pembiayaan bermasalah pada perbankan syariah mengalami peningkatan cukup berarti dalam dua tahun terakhir. Pada tahun 2005 gross NPF (Non

Performing Finance) baru sekitar 2,82%, namun pada akhir tahun 2006

meningkat tajam menjadi 4,75% dan hingga akhir triwulan 2007 berada pada posisi 6,63%. Peningkatan pembiayaan bermasalah pada perbankan syariah terjadi karena berbagai faktor, baik dari manajemen pembiayaan bank syariah tersebut (faktor internal) dan faktor eksternal.

PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran merupakan badan usaha milik negara yang bergerak di bidang keuangan, dimana


(11)

jenis-jenis pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran yang telah mendapatkan persetujuan dari dewan pengawas syariah, adalah terdiri dari pembiayaan Murabahah, pembiayaan Mudharabah, dan pembiayaan Musyarakah. Pembiayaan yang ditawarkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran kepada masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis yang bertujuan agar masyarakat dapat bebas memilih pembiayaan mana yang sesuai dengan kebutuhannya. Tiap jenis pembiayaan ini memiliki manajemen pembiayaan yang berbeda-beda mulai dari perencanaan, prosedur pemberian pembiayaan, pengawasan pembiayaan sampai dengan pengelolaannya.

Tabel 1.1 disajikan data mengenai perkembangan realisasi pembiayaan yang disalurkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran dari tahun 2006-2008.

Tabel 1.1

Realisasi Penyaluran Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran

Tahun 2006 hingga 2008 (Dalam Ribuan Rupiah)

Tahun Anggaran Realisasi Pencapaian (%)

2006 68.323.643,69 73.789.535,19 108

2007 92.176.542,78 106.003.024,2 115

2008 131.555.486,3 157.866.583,5 120

Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran, 2009 (data diolah)

Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran dari tahun 2006 sampai dengan 2008 mengalami peningkatan yang terlihat dari persentase pencapaian setiap tahunnya. Akan tetapi dari kegiatan penyaluran


(12)

pembiayaan yang mengalami peningkatan, PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran mengalami masalah dalam penagihan pembiayaan dari debiturnya yang dibuktikan dengan NPF (Non Performance

Finance), dimana NPF digunakan untuk mengetahui perkembangan pembiayaan

yang disalurkan dan berapa persentase pembiayaan bermasalah dari total keseluruhan pembiayaan yang disalurkan. Batasan NPF yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral adalah sebesar 5%, hal ini bertujuan untuk mengendalikan kemungkinan timbulnya pembiayaan yang macet yang dapat merugikan bank yang bersangkutan.


(13)

Tabel 1.2

Kolektibilitas PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran

Tahun 2006 hingga 2008 (Dalam Ribuan Rupiah)

Keterangan

2006 2007 2008

Murabahah Mudharabah Musyarakah Murabahah Mudharabah Musyarakah Murabahah Mudharabah Musyarakah L 34.010.463,48 12.826.499,73 15.752.667,59 48.045.093,62 26.606.663,02 18.097.310,11 74.788.925,73 41.393.793,45 28.197.446,32 DPK 5.549.760,896 - - 5.181.738,057 264.057,135 1.688.542,459 4.073.455,48 200.882,736 1.305.737,784 KL 1.173.895,781 9.423,859 269.071,135 717.571,2845 26.590,07 512.726,304 1.390.335,165 56.101,2435 992.748,0915 D 521.530,9685 10.139,3545 1.440.686,294 1.605.168,62 1.177,3585 670.368,396 1.196.254,15 842,4325 487.768,4175 M 1.790.853,498 23.728,9965 410.833,59 1.202.945,483 7.789,364 1.375.282,919 1.751.201,428 6.564,585 2.023.526,488 TP 43.046.484,62 12.869.791,94 17.873.258,61 56.752.517,07 26.906.276,94 22.344.230,19 83.200.171,95 41.659.184,45 33.007.227,1 TPB 3.486.260,244 43.292,21 2.120.591,02 3.525.685,393 35.556,785 2.558.377,19 4.337.790,743 64.508,261 3.504.042,997

NPF (%) 7,65 5,77 5.,01

Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran, 2009 (data diolah)

Keterangan :

L : Lancar


(14)

KL : Kurang Lancar

D : Diragukan

M : Macet

TPB : Total Pembiayaan Bermasalah

TP : Total Pembiayaan


(15)

Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan yang macet sangat tinggi bila dibandingkan dengan pembiayaan kurang lancar dan pembiayaan diragukan. Jika pengelolaan terhadap pembiayaan tidak dilaksanakan dengan baik maka kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah secara khusus pembiayaan macet sangat besar dan dalam jumlah yang lebih besar pula tentu saja akan menimbulkan kerugian bagi bank tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas manajemen pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dengan mengadakan penelitian yang berjudul “Analisis Manajemen Pembiayaan Pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu “Bagaimana Manajemen Pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran selama tahun 2006 hingga 2008?”

C. Kerangka Konseptual

Peranan bank syariah sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah pembiayaan karena pemberian pembiayaan merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan pembiayaan sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka akan menyebabkan bank


(16)

tersebut rugi. Pembiayaan pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang kedua belah pihak untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari.

Bank harus melakukan pengelolaan pembiayaan dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah pembiayaan, penentuan bagi hasil dan margin, prosedur pemberian pembiayaan, analisis pemberian pembiayaan sampai kepada pengendalian atau penanganan pembiayaan yang bermasalah. Kegiatan pengelolaan pembiayaan disebut dengan istilah manajemen pembiayaan.

Bank akan memperoleh kegiatan pembiayaan yang optimal, jika pihak bank menerapkan manajemen pembiayaan yang baik dan benar sesuai dengan yang telah ditetapkan. Adapun manajemen pembiayaan yang diharapkan dapat mendukung kegiatan pembiayaan yang optimal terdiri dari :(Kasmir, 2000 : 93) 1. Perencanaan Jumlah Pembiayaan, penentuan besarnya volume pembiayaan

dipengaruhi oleh Reserve Requirement (RR),Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

2. Penentuan Bagi Hasil dan Margin, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan bagi hasil dan margin adalah : Komposisi pendanaan, tingkat persaingan, resiko pembiayaan, jenis nasabah, kondisi perekonomian, dan tingkat keuntungan yang diharapkan bank.

3. Prosedur Pemberian Pembiayaan, sebelum debitur memperoleh pembiayaan terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal pembiayaan dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis pembiayaan sampai dengan pembiayaan yang dikucurkan atau dicairkan.


(17)

4. Analisis Pemberian Pembiayaan, merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan pembiayaan bank cukup layak (Feasible), umumnya dilakukan dengan prinsip 6C (Character, capacity,

capital, collateral, condition, dan constrains) dan 7P (Personality, party, purpose, prosfect, payment, profitability, protection).

5. Pengelolaan dan Pengawasan Pembiayaan, merupakan proses penilaian dan pemantuan pembiayaan sejak analisis bukanlah mencari kesalahan atau penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan pembiayaan melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana pembiayaan.

6. Pengendalian Pembiayaan Bermasalah, yang dapat dilakukan dengan beberapa tindakan penyelamatan seperti reschedulling (penjadwalan kembali),

reconditioning, restructuring, eksekusi dan kombinasi 3R.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembiayaan akan berjalan dengan lancar bila didukung dengan manajemen pembiayaan yang baik. Kerangka konseptual yang telah diuraikan dapat digambarkan sebagai berikut :


(18)

Sumber : Kasmir (2000:93) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang manajemen pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah debiturnya. 2. Bagi Peneliti

Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan secara khusus bidang pembiayaan syariah.

Manajemen Pembiayaan :

1. Perencanaan Jumlah Pembiayaan 2. Penentuan Bagi Hasil dan Margin 3. Prosedur Pemberian Pembiayaan 4. Analisis Pemberian Pembiayaan

5. Pengelolaan dan Pengawasan Pembiayaan 6. Pengendalian Pembiayaan Bermasalah

Kegiatan Pembiayaan yang


(19)

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Memberikan sumbangan pemikiran atau referensi bagi peneliti yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

E. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian yang ditetapkan adalah sebagai berikut : a. Perencanaan jumlah pembiayaan

b. Penentuan bagi hasil dan margin c. Prosedur pemberian pembiayaan d. Analisis pemberian pembiayaan

e. Pengelolaan dan pengawasan pembiayaan

f. Pengendalian atau penanganan pembiayaan bermasalah.

Pembiayaan yang disalurkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran yang terdiri dari pembiayaan murabahah, pembiayaan mudharabah, dan pembiayaan musyarakah.

2. Definisi Operasional Variabel

Manajemen pembiayaan yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari : a. Perencanaan Jumlah Pembiayaan, merupakan upaya yang dilakukan oleh

pihak bank sebelum memutuskan berapa jumlah pembiayaan yang akan disalurkan dengan memperhatikan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.


(20)

b. Penentuan Bagi Hasil dan Margin, merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak bank sebelum menentukan besar kecilnya bagi hasil dan margin dengan memperhatikan tingkat resiko dari masing-masing pembiayaan.

c. Prosedur Pemberian Pembiayaan, merupakan tahapan-tahapan yang telah ditetapkan bank yang harus dilalui calon debitur sebelum memperoleh pembiayaan

d. Analisis Pemberian Pembiayaan, merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan pembiayaan bank cukup layak (feasible).

e. Pengelolaan dan Pengawasan Pembiayaan, merupakan upaya yang dilakukan oleh pihak bank untuk mengusahakan agar pembiayaan yang diberikan tidak bermasalah.

f. Pengendalian atau Penanganan Pembiayaan Bermasalah, merupakan upaya pihak bank untuk mengatasi pembiayaan bermasalah yang timbul secara khusus pembiayaan macet.

Jenis pembiayaan yang disalurkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran terdiri dari :

a. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

b. Pembiayaan Murabahah adalah pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya


(21)

kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati

c. Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran yang beralamatkan di Jalan Imam Bonjol No. 195 Kisaran. Penelitian ini direncanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2009.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya yaitu wawancara dengan staf bagian pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang telah terdokumentasi di PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran juga melalui literatur ilmiah yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Studi Dokumentasi

Dengan cara mengumpulkan data yang telah terdokumentasi di PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran berupa laporan bulanan, rencana kerja, dan anggaran (RKA), sejarah perusahaan maupun


(22)

struktur organisasi yang ada di dalam perusahaan tersebut serta teori yang berkaitan untuk mendapat gambaran masalah yang diteliti.

b. Wawancara

Mengumpulkan data pendukung dengan melakukan wawancara / tanya jawab dengan staf bagian pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran.

6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yaitu dengan mengadakan pengumpulan dan penganalisaan data yang diperoleh sehingga dapat dimengerti dan kemudian diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai manajemen pembiayaan pada PT.Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran.


(23)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Sari (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pembiayaan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk cabang syari’ah Medan”, dengan perumusan masalah adanya penemuan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk cabang syari’ah Medan bahwa jumlah dana yang disalurkan dan jumlah nasabah pada pembiayaan murabahah lebih besar dari jenis pembiayaan yang lain pada tahun 2006. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan dengan metode analisis data deskriptif dan deduktif, menjelaskan bahwa rata-rata jumlah pembiayaan yang disalurkan pada pembiayaan murabahah secara persentase jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis pembiayaan yang lain, yaitu sebesar 50.8%, hal ini disebabkan resiko pada pembiayaan murabahah paling rendah dari jenis pembiayan yang lain serta rata-rata jumlah nasabah debiturnya secara persentase pada pembiayaan murabahah juga mengalami kenaikan sebesar 53,6%, hal ini disebabkan nasabah cenderung membutuhkan pembiayaan konsumtif, karena mengalami kesulitan dalam pengadaan dana tunai.

B. Pengertian Bank

Bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Segi imbalan atau jasa atas


(24)

penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi Bank konvensional, yaitu bank yang dalam penggunaan aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan imbalan berupa bungua atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu biasanya ditetapkan pertahun. Sedangkan Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syari’ah jual beli dan bagi hasil (Sri Susilo,dkk, 2000 : 110 ).

C. Pengertian dan Jenis Pembiayaan Bank Syari’ah

Menurut UU No. 7 Tahun 1992 yang telah dirubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Dalam analisis pemberian kredit bank harus berpedoman pada prinsip 5C dan 3R, yaitu character, collateral, capital, capacity, condition,

dan return, repayment serta risk. Penilaian kredit harus memenuhi beberapa

Kriteria yaitu keamanan kredit (safety) artinya harus benar-benar diyakini bahwa kredit tersebut dapat dilunasi kembali, terarahnya tujuan penggunaan kredit (Suitability) artinya kredit yang akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat atau setidaknya tidak bertentangan dengan peraturan


(25)

yang berlaku, dan menguntungkan (profitable) artinya kredit yang diberikan menguntungkan bagi bank maupun bagi nasabah.

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi:

a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi

b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk dipakai memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi:

1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan (1) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (2) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu(Antonio, 2001:160).

D. Manajemen Pembiayaan

Manajemen pembiayaan lebih cenderung untuk melihat keberhasilan sasaran pembiayaan yang tepat guna berdasarkan rencana usaha yang sudah digariskan. Manajemen pembiayaan juga harus merupakan penyelenggaraan pembiayaan yang terencana, dimana dengan pelaksanaan yang terkendali dapat


(26)

tercapainya tujuan usaha. Peranan bank syariah sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah pembiayaan. Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian pembiayaan merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan pembiayaan sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka akan menyebabkan bank akan rugi.

Pengelolaan pembiayaan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit atau pembiayaan, penentuan bagi hasil, prosedur pemberian pembiayaan, analisis pemberian pembiayaan sampai kepada pengendalian pembiayaan yang macet. Kegiatan pengelolaan pembiayaan dikenal dengan istilah manajemen pembiayaan.

Bank akan memperoleh kegiatan pembiayaan yang optimal, jika pihak bank menerapkan manajemen pembiayaan yang baik dan benar sesuai dengan yang telah ditetapkan. Adapun manajemen pembiayaan yang diharapkan dapat mendukung kegiatan pembiayaan yang optimal terdiri dari:

1. Perencanaan Jumlah Pembiayaan

Manajer keuangan perusahaan terlebih dahulu menghitung berapa besarnya kebutuhan tambahan dana perusahaan baik untuk tambahan modal kerja maupun untuk tambahan investasi pembelian mesin-mesin atau aktiva tetap lainnya. Kebutuhan tambahan dana itulah yang merupakan besarnya pembiayaan yang akan diajukan kepada bank. Penentuan jumlah pembiayaan ditetapkan berdasarkan realisasi atau persentase pencapaian pembiayaan yang dicapai bank dalam satu tahun berjalan bila ditinjau dari pihak bank.


(27)

Perencanaan jumlah pembiayaan ini sangat perlu baik bagi pihak debitur maupun kreditur agar sasaran dari pembiayaan tersebut dapat tercapai dan pembiayaan tersebut dapat digunakan sesuai dengan sasaran yang direncanakan. Perencanaan pembiayaan merupakan hal yang mutlak yang harus dilakukan agar kebijaksanaan prosedur pemberian pembiayaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Bank harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral dalam menentukan besarnya volume pembiayaan yang akan diberikan. Penentuan besarnya volume pembiayaan dipengaruhi oleh :

a. Reserve Requirement (RR), adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk

menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum berupa rekening giro bank tersebut pada Bank Indonesia sebesar 5%.

b. Loan to Deposit Ratio (LDR), adalah rasio antara besarnya seluruh volume

kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber dengan batas toleransi berkisar 85% sampai dengan 100%.

c. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), adalah ketentuan tentang tidak diperbolehkannya suatu bank untuk memberikan kredit (baik kepada nasabah tunggal maupun kepada nasabah grup) yang besarnya melebihi 20% dari besarnya modal bank yang bersangkutan(Dendawijaya, 2005 : 58-59).

2. Penentuan Bagi Hasil dan Margin

Perhitungan bagi hasil adalah atas dasar laba dan rugi bulanan (dengan sistem revenue sharing). Sistem revenue sharing adalah suatu sistem bagi hasil


(28)

yang didasarkan kepada tingkat pendapatan usaha. Sedangkan Sistem profit sharing adalah suatu sistem bagi hasil yang didasarkan pada tingkat laba usaha. Secara umum, prinsip bagi hasil dalam Perbankan Syari’ah dapat dilakukan dalam 4 (empat) akad utama, yaitu : al–musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah dan

al–musaqah. Sungguh pun demikian prinsip yang paling banyak dipakai adalah

al–musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzara’ah dan al–musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing (pembiayaan pertanian) oleh beberapa bank islam.(Siamat, 2005:427).

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan margin dan bagi hasil antara lain (Muhammad, 2004 : 205) :

a. Komposisi Pendanaan b. Tingkat persaingan c. Resiko Pembiayaan d. Jenis nasabah

e. Kondisi perekonomian

f. Tingkat keuntungan yang diharapkan bank

3. Prosedur Pemberian Pembiayaan

Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 8 ayat 1 menyebutkan: “dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan yang dimaksud”.


(29)

Bank harus berhati-hati (prudent) dalam memberikan kredit pada calon nasabahnya. Bank harus dapat menjaga likuiditas dan solvabilitasnya. Yang dimaksud dengan likuiditas disini adalah kemampuan bank di dalam menjamin terbayarnya hutang-hutang jangka pendeknya sedangkan yang dimaksud dengan solvabilitas adalah kemampuan bank untuk melunasi semua hutang-hutangnya baik yang jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas bank tergantung dari solvabilitas masing-masing nasabahnya. Jadi bank harus menyelidiki terlebih dahulu calon debiturnya apakah calon debitur tersebut dapat dipercaya dan juga diandalkan (bankable).

Sebelum debitur memperoleh pembiayaan terlebih dahulu melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal pembiayaan dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis pembiayaan sampai dengan pembiayaan dicairkan. Tahapan-tahapan dalam dalam memberikan pembiayaan itu dikenal dengan prosedur pemberian pembiayaan yang bertujuan untuk memastikan apakah suatu permohonan pembiayaan itu layak diterima atau ditolak.

Prosedur pemberian kredit dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.

Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan dan badan hukum, yang secara umum dapat di jelaskan sebagai berikut (Kasmir, 2002:110-114):


(30)

1. Pengajuan berkas-berkas

Pengajuan proposal kredit hendaklah yang berisi antara lain : a. Latar belakang perusahaan

b. Maksud dan tujuan

c. Besarnya kredit dan jangka waktu d. Cara pengembalian kredit

e. Jaminan kredit

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

a. Akte notaris

b. Tanda daftar perusahaan (TDP) c. Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP)

d. Neraca dan laporan rugi laba 3 tahun terakhir e. Bukti diri dari pimpinan perusahaan

f. Foto copy sertifikat jaminan

Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari neraca dan laporan rugi laba yang ada dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut :

a. current ratio

b. inventory turn over c. sales to receivable ratio d. profit margin ratio e. return on net worth f. working capital


(31)

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

3. Wawancara I

Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam.

4. On the Spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokan dengan hasil wawancara I.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.

6. Keputusan Kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup :

a. jumlah uang yang diterima b. jangka waktu


(32)

7. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit. 8. Realisasi kredit

Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

9. Penyaluran/penarikan

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit, yaitu : a. sekaligus atau

b. secara bertahap

4. Analisis Pemberian Pembiayaan

Analisis pembiayaan merupakan langkah penting untuk realisasi pembiayaan di bank syariah, sebab dari analisa pembiayaan bank syariah dapat mengukur tingkat kemungkinan pembiayaan tersebut akan mengalami kegagalan. Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh pelaksana pembiayaan di bank syariah, dimaksudkan untuk :

a. Menilai kelayakan usaha calon peminjam

b. Menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan c. Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak

Prinsip analisis pembiayaan adalah pedoman-pedoman yang harus diperhatikan oleh pejabat pembiayaan. Secara umum, prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada prinsip 6C yaitu :


(33)

a. Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pembiayaan

b. Capacity, artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan

mengembalikan pembiayaan yang diambil

c. Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan untuk pembiayaan

d. Collateral, artinya jaminan yang telah dimilki yang diberikan nasabah

pembiayaan kepada bank

e. Condition, artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.

f. Constrains, artinya penilaian terhadap faktor hambatan atau rintangan berupa

beberapa faktor psikologis yang ada pada suatu daerah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan (Dendawijaya, 2005 : 89-92).

Selain prinsip 6C juga terdapat 7P dan 3R terdiri dari :

a. Personaliy, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah

lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.

b. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau

golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. c. Purpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

d. Prosfect, yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa akan datang

menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prosfek atau sebaliknya

e. Payment, yaitu ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang


(34)

f. Profitability, yaitu untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam

mencari laba.

g. Protection, yaitu bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan

perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.(Kasmir, 2002 : 106-107).

Prinsip 3R terdiri dari :

a. Return, merupakan hasil yang akan diperoleh oleh calon mudharib ketika

pembiayaan telah dimanfaatkan nantinya. Hasil yang diperoleh tersebut mestinya dapat diantisipasi oleh calon mudharib di awal.

b. Repayment, yaitu kemampuan membayar dari calon mudharib, kemampuan

tersebut harus sesuai dengan jadwal pembayaran kembali dari pembiayaan yang akan diberikan tersebut.

c. Risk Bearing Ability, yaitu kemampuan calon mudharib untuk menanggung

resiko dari pembiayaan yang diberikan.

Tujuan analisis pembiayaan tersebut untuk menyakinkan bank bahwa pembiayaan yang dimohonkan itu adalah layak dan dapat dipercaya serta tidak fiktif. Suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok (Antonio, 2001:33-34), yaitu :

a. Apakah obyek pembiayaan halal atau haram?

b. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat? c. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila?

d. Apakah proyek berkaitan dengn perjudian?

e. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata yang illegal atau berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh massal?


(35)

f. Apakah proyek dapat merugikan syiar islam, baik secara langsung maupun tidak langsung?

5. Pengelolaan dan Pengawasan Pembiayaan

Setelah pembiayaan tersebut disetujui oleh bank syariah dan dinikmati oleh nasabah maka untuk menghindari kegagalan pembiayaan, bank syariah harus melakukan pengawasan dan pembinaan secara aktif dan terus menerus sepanjang jangka waktu (masa) pembiayaan belum jatuh tempo atau belum terlunasi. Tujuan pengawasan pembiayaan yang dilakukan bank syariah adalah agar :

1. Kekayaan bank akan selalu terpantau dan menghindari adanya penyelewengan-penyelewengan baik oleh oknum dari luar maupun dari dalam bank syariah.

2. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran data administrasi di bidang pembiayaan.

3. Untuk memajukan efesiensi di dalam pengelolaan tata laksana usaha di bidang peminjaman dan sasaran yang ditetapkan.

Kebijakan manajemen bank syariah akan dapat lebih rapi dan mekanisme prosedur pembiayaan akan lebih terpenuhi.

Bentuk pengawasan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengecekan secara langsung ke tempat usaha, memantau laporan keuangan, realisasi kerja, dan laporan stok secara rutin. Bersamaan dengan itu perlu juga dilakukan pembinaan dengan memberi saran, informasi maupun pembinaan teknis yang bertujuan untuk menghindari kegagalan pembiayaan. Hal ini sebagai upaya menjaga dana masyarakat yang telah diamanahkan di bank syariah, karena tidak semua nasabah pembiayaan memiliki karakter bisnis yang sama satu dengan yang lain.


(36)

Bank syariah wajib untuk menggolongkan kualitas aktiva produktif sesuai dengan kriterianya dan dinilai secara bulanan, sehingga jika bank syariah tidak melakukannya maka akan dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 UU Perbankan.

Aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, Qardh, Surat Berharga Syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia.

Dalam peraturan Bank Indonesia No. 8/21/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah pasal 9 ayat (2), bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu :

a. Lancar (L)

b. Dalam Perhatian Khusus (DPK) c. Kurang Lancar (KL)

d. Diragukan (D) e. Macet (M)

Penilaian kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dinilai berdasarkan : a. Prospek usaha

b. Kinerja (performance) nasabah, dan c. Kemampuan membayar

Penetapan tingkat kolektibilitas dari kualitas aktiva produktif akan memberikan signal bagi bank syariah tentang kondisi usaha nasabah, sehingga


(37)

bank syariah dapat segera mencari solusi untuk menyelamatkan atau menyelesaikan pembiayaan tersebut.

Pada jangka waktu (masa) pembiayaan tidak mustahil terjadi suatu kondisi pembiayaan bermasalah yaitu adanya suatu penyimpangan utama dalam hal pembayaran kembali pembiayaan, yang menyebabkan keterlambatan dalam pembayaran atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss.

Menurut praktisi perbankan, yang dapat dikategorikan sebagai pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dalam golongan pembiayaan dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Istilah lain yang digunakan dalam perbankan adalah Non Performance Finance (NPF) dalam arti pembiayaan tidak berprestasi.

Keadaan turunnya mutu pembiayaan tidak terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi selalu memberikan “warning sign” atau faktor-faktor penyebab terlebih dahulu dalam masa pembayaran. Ada beberapa faktor penyebab, yaitu :

1. Faktor Intern (berasal dari pihak bank)

a. Pertumbuhan pembiayaan yang berlebihan

1. Pemberian pembiayaan melebihi kebutuhan debitur (ada peluang side

streaming)

2. Kurangnya pemahaman atas bidang usaha nasabah yang disebabkan lemahnya sumber daya manusia dalam melakukan analisa pembiayaan b. Menyimpang dari prosedur baku

1. Perbankan terdorong oleh rasa yang terlalu agresif dan motivasi untuk mengejar pertumbuhan yang cepat sehingga proses pemberian pembiayaan


(38)

lengah dan mengabaikan prinsip kehati-hatian dalam tata cara dan prosedur pemberian pembiayaan yang sehat.

2. Sistem pengawasan internal yang lemah

3. Terjadinya erosi mental : kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara nasabah dengan pejabat bank, sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak berdasarkan pada praktek perbankan yang sehat.

2. Faktor Ekstern

a. Kondisi ekonomi : terjadinya krisis ekonomi

b. Adanya kebijakan pemerintah : peraturan tentang usaha produk atau sektor ekonomi atau industri berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industri tersebut.

c. Nasabah :

1. Kondisi manajemen nasabah :

a. Berkaitan dengan kemampuan manajemen dan karakter nasabah yang bersangkutan. Nasabah dapat memenuhi kewajibannya sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan serta itikad baik dari nasabah.

b. Meningkatnya key person

c. Ada perselisihan antar direksi atau pemilik perusahaan 2. Kegagalan usaha nasabah

a. Nasabah belum berpengalaman dalam bidang usahanya b. Kurang peka terhadap perubahan permintaan pasar c. Produk kalah bersaing


(39)

3. Ketidak jujuran nasabah dalam memberikan informasi dan laporannya tentang kegiatan usahanya, posisi keuangan, hutang, piutang , persediaan dan lain-lain.

Pembiayaan bermasalah tentunya akan membawa akibat bagi bank syariah yaitu : 1. Kolektibilitas dan penyisihan penghapusan aktiva semakin meningkat

2. Kerugian semakin besar atau laba yang diperoleh menjadi menurun 3. Modal semakin menurun akibatnya hilang kesempatan usaha 4. CAR dan tingkat kesehatan bank semakin menurun

5. Menurunnya reputasi bank yang berakibat investor lain tidak berminat menanamkan modalnya

6. Dari aspek moral bank tidak bertindak hati-hati (bertindak dhalim) sehingga bank tidak dapat memberikan porsi bagi hasil pada nasabah

7. Meningkatnya biaya operasional untuk penagihan

8. Jika kesulitan bank dapat membahayakan sistem perbankan maka izin usaha bank dapat dicabut.

6. Pengendalian atau Penanganan Pembiayaan Bermasalah

Bank syariah akan mengambil langkah-langkah penyelesaian pembiayaan bermasalah agar dana yang telah disalurkan dapat diterima kembali oleh bank. Karena dana yang telah disalurkan pada nasabah pembiayaan adalah dana masyarakat yang telah mempercayakan pada bank syariah. Bank syariah sebagai penerima amanat memiliki tanggung jawab untuk mengelola dana tersebut dengan baik.

Kebijakan bank syariah dalam mencegah dan atau menyelesaikan pembiayaan bermasalah didasarkan pendekatan sebagai berikut :


(40)

a. Bersifat terbuka

Bank tidak membiarkan atau menutup-nutupi adanya pembiayaan bermasalah. Bank harus transparan dan objektif dalam menangani pembiayaan bermasalah. b. Ada analisa awal

Bank harus mendeteksi secara dini adanya pembiayaan bermasalah dan diduga akan menjadi pembiayaan bermasalah.

c. Penanganan secara dini

Penanganan pembiayaan bermasalah juga harus dilakukan secara dini, agar tidak berlarut-larut dan tidak terjadinya penumpukan masalah yang bisa menyebabkan semakin ruwet.

d. Tidak melakukan penyelesaikan dengan cara plafondering

Bank syariah dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah tidak melakukan penyelesaian dengan cara menambah plafon pembiayaan dari akumulasi tunggakan-tunggakan margin atau mengkapitalisasi tunggakan margin tersebut atau lazim dikenal pada bank konvensional sebagai praktek plafondering. e. Tidak melakukan pengecualian

Bank tidak boleh melakukan pengecualian dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah khususnya untuk pembiayaan bermasalah kepada nasabah-nasabah besar.

Bank syariah dalam menangani pembiayaan bermasalah, upaya yang pertama kali dilakukan bank syariah adalah melakukan evaluasi ulang pembiayaan yang menyangkut :

a. Aspek manajemen b. Aspek pemasaran


(41)

c. Aspek produksi d. Aspek keuangan e. Aspek yuridis f. Aspek jaminan g. Aspek nilai jaminan

Khusus untuk aspek yuridis dan jaminan dimintakan opini legal, untuk penyempurnaan kelemahan-kelemahan yang mungkin ada dalam pengikatan pembiayaan maupun jaminan, agar tidak terdapat peluang bagi nasabah dan pihak ketiga untuk melakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank.

Banyaknya faktor yang menyebabkan pembiayaan menjadi bermasalah, menjadikan bermacam-macam pula tindakan bank dalam usaha menyelamatkan dan menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut.

a. Penjadwalan kembali pembiayaan (reschedulling) b. Menambah fasilitas pembiayaan


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

PT. Bank Susila Bakti (PT. Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT. Bank Dagang Negara dan PT. Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.

Terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah


(43)

(dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (Persero).

PT. Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris : Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris : Sutjipto, SH nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.

Tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri.

Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (Persero).

PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni


(44)

antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.

B. Visi dan Misi Perusahaan

Visi :

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha Misi :

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.

2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.

3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat.

4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.

C. Budaya Bank Syariah Mandiri

Proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkat “ETHIC”. :

1. Excellence

Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan berkesinambungan.


(45)

2. Teamwork

Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.

3. Humanity

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius.

4. Integrity

Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.

5. Customer Focus

Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan.


(46)

D. Struktur Organisasi Perusahaan

Sumber : PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran Gambar 1.2 Struktur Organisasi

Pimpinan

Marketing officer

Operasional Officer

Ass. Marketing Officer

Security Customer

Service Teller Back Office

Office Boy


(47)

E. Uraian Tugas

Uraian tugas dan wewenang jabatan pada struktur organisasi PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran adalah :

1. Pimpinan, tugasnya adalah :

a. Mempersiapkan, mengusulkan, melakukan negosiasi, merevisi dan mengupayakan perencanaan.

b. Menciptakan dan menjamin kelancaran pelayanan operasional di kantor cabang pembantu.

c. Membina dan mengkoordinasikan uniy-unit kerja dibawahnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

d. Memfungsikan semua unit kerja dibawahnya dan pekerjaan binaan dalam melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan guna mewujudkan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi nasabah.

e. Menjamin bahwa seluruh trasaksi yang disetujui atau disahkan sesuai dengan kewenangannya dalam rangka menjaga kepercayaan nasabah. f. Menjamin pengelolaan kas dan surat-surat berharga telah dilaksanakan

sesuai ketentuan untuk menjamin keamanan dan kepastian secara optimal.

g. Memastikan hasil data harian dan penyampaiannya sesuai ketentuan agar terjamin keamanan dan kerahasiaannya.

2. Pengelola Pemasaran, tugasnya adalah :

a. Memasarkan produk dan jasa perbankan kepada nasabah dan calon nasabah


(48)

b. Mengelola permohonan kredit ritel, pemantauan nasabah dan kolektibilitas pembiayaan pembiayaan atau kredit.

c. Melakukan penelitian potensi daerah dan menyusun peta bisnis

d. Membina hubungan yang saling menguntungkan dengan pihak sumber dana.

3. Asisten pemasaran, tugasnya adalah :

a. Memasarkan dan mengelola kredit standart (customer loan)

b. Membantu mengelola pemasaran bisnis dalam memasarkan produk/ jasa perbankan, penelitian ekonomi daerah dan menyusun peta bisnis c. Membina hubungan dan memantau aktivitas nasabah Whole sale dan

Middle

4. Operasional Officer, tugasnya adalah :

a. Mengelola sistem otomasi di kantor cabang pembantu b. Memeriksa kebenaran / akurasi transaksi keuangan c. Mengelola output dari sistem

d. Mengendalikan transaksi pembukuan rekening nasabah dan rekening keuangan kantor cabang pembantu

e. Mengelola data informasi tentang kondisi keuangan cabang pembantu dan rekening nasabah

f. Mengendalikan posisi likuiditas kantor cabang pembantu g. Mengelola administrasi umum dan kearsipan

h. Mengelola masalah kepegawaian 5. Teller, tugasnya adalah :


(49)

b. Mengelola kas besar dan kas ATM

c. Menyediakan informasi dan melayani transakasi produk / jasa dalam negeri

d. Melayani transaksi giro,tabungan, deposito dan ONH

e. Menyusun data dan laporan ke Bank Indonesia mengenai giro, tabungan dan deposito serta membuat laporan pajak atas bunga giro, tabungan dan deposito.

6. Customer service, tugasnya adalah :

a. Melayani informasi mengenai produk dan jasa dalam negeri b. Melayani transaksi jasa dalam negeri

c. Melayani transaksi kiriman uang

d. Menyusun data dan laporan ke Bank Indonesia mengenai giro, tabungan dan deposito serta membuat laporan pajak atas bunga tabungan dan deposito.

F. Jenis Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran

1. Pembiayaan Mudharabah BSM

Pembiayaan Mudharabah BSM adalah pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

a. Manfaat :

1. Membiayai total kebutuhan modal usaha nasabah 2. Nisbah bagi hasil tetap antara Bank dan Nasabah


(50)

3. Angsuran berubah-ubah sesuai tingkat revenue atau realisasi usaha nasabah (revenue sharing)

b. Fasilitas :

1. Pembiayaan dalam valuta rupiah atau US Dollar 2. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan

3. Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan atau sekaligus diakhir periode)

4. Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing 5. Pembiayaan dapat dalam berupa Rupiah dan US Dollar 2. Pembiayaan Murabahah BSM

Pembiayaan Murabahah BSM adalah pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati.

a. Manfaat :

1. Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang konsumsi seperti rumah, kendaraan atau barang produktif seperti mesin produksi, pabrik dan lain-lain

2. Nasabah dapat mengangsur pembayarannya dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian

b. Fasilitas :

1. Pembiayaan dalam valuta rupiah atau US dollar

2. Jangka waktu : 5 tahun (untuk kendaraan) dan 10 tahun (untuk rumah) 3. Untuk pembelian kendaraan bermotor baru ataupun bekas


(51)

Jenis Pembiayaan : a. Pembiayaan rumah

1. Maksimum 70% dari harga beli 2. Jangka waktu 10 tahun

b. Pembiayaan kendaraan

1. Maksimum 80% dari harga beli

2. Jangka waktu untuk kendaraan baru adalah 5 tahun dan untuk kendaraan bekas pakai, maksimum usia kendaraan saat jatuh tempo adalah 10 tahun

3. Pembiayaan Musyarakah BSM

Pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.

a. Manfaat :

1. Lebih menguntungkan karena berdasarkan prinsip bagi hasil

2. Mekanisme pengembalian yang fleksibel sesuai dengan realisasi usaha b. Fasilitas :

1. Mekanisme pengembalian pembiayaan yang fleksibel (bulanan atau sekaligus diakhir periode)

2. Bagi hasil berdasarkan perhitungan revenue sharing 3. Pembiayaan dapat dalam berupa Rupiah dan US Dollar


(52)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data-data yang telah dikumpulkan berkaitan dengan manajemen pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran adalah sebagai berikut :

2. Perencanaan Jumlah Pembiayaan

a. Pembiayaan murabahah

2. Pembiayaan rumah, Maksimum 70% dari harga beli 3. Pembiayaan kendaraan, Maksimum 80% dari harga beli b. Pembiayaan Mudharabah

Besarnya jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah total kebutuhan modal usaha nasabah atau membiayai 100% modal usaha nasabah.

c. Pembiayaan Musyarakah

Besarnya jumlah pembiayaan ini tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan oleh nasabah, dimana sebagian modal usaha nasabah berasal dari PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran.

3. Penentuan Jumlah Margin dan Bagi Hasil

a. Penentuan Margin untuk Pembiayaan murabahah

Penentuan margin untuk pembiayaan murabahah bersifat tetap (flat), yang tidak akan terjadi perubahan harga, baik dalam kondisi ekonomi yang stabil ataupun tidak stabil, dan berlaku sejak akad pembiayaan ditandatangani antara pihak nasabah dengan pihak bank hingga masa jatuh tempo dari waktu


(53)

pembiayaan. Jika dalam jual beli murabahah Lembaga Keuangan Syariah mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah didiskon; karena diskon adalah hak nasabah (Fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/IX/2000)

Penetapan margin keuntungan bagi bank syariah tentunya banyak faktor yang akan menjadi pertimbangan bank dalam menentukan besaran margin yang harus dibebankan pada suatu pembiayaan. Tampaknya dalam pembiayaan murabahah, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan margin adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi, suku bunga berjalan, kebijakan moneter, bahkan suku bunga luar negeri, serta marketabilitas barang-barang murabahah, dan tidak terlepas dari itu adalah tingkat laba yang diharapkan dari barang-barang tersebut.

b. Penentuan Bagi Hasil untuk Pembiayaan mudharabah dan musyarakah

Porsi nisbah bagi hasil, yang ditentukan saat negoisasi di awal pembiayaan, ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Jenis Pembiayaan 2. Porsi modal

3. Tingkat keuntungan 4. Tingkat resiko

Metode penentuan nisbah bagi hasil yang digunakan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran adalah revenue sharing atau nisbah bagi hasil berdasarkan pendapatan.

3 . Prosedur Pemberian Pembiayaan

1. Pembiayaan Murabahah


(54)

a. Berstatus karyawan dengan penghasilan tetap b. WNI cakap hukum

c. Usia minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan

d. Maksimum pembiayaan 70% dari harga beli rumah

e. Besar angsuran tidak melebihi 40% dari penghasilan bulanan bersih f. Dokumen yang diperlukan: :

1. Foto copy KTP pemohon 2. Foto copy Kartu Keluarga

3. Foto copy Surat Nikah (bila sudah menikah) 4. Asli slip Gaji & Surat Keterangan Kerja

5. Foto copy Tabungan/Rekening Koran 3 bulan terakhir 6. Foto copy NPWP untuk pembiayaan di atas Rp 50 juta 7. Foto copy rekening telepon dan listrik

8. Foto copy SHM/SHGB

9. Foto copy IMB dan Denah Bangunan 2. Pembiayaan mudharabah

Persyaratan untuk Pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut : a. Pembiayaan koperasi :

1. Surat permohonan 2. Foto copy NPWP 3. Foto copy SIUP 4. Foto copy TDP


(55)

6. Surat pengesahan dari Departemen Koperasi

7. Susunan Pengurus koperasi yang disahkan oleh Departemen Koperasi 8. Laporan keuangan 2 tahun terakhir

9. Laporan Rapat Anggaran Tahunan (RAT) selama 2 tahun terakhir 10.Cash flow projection selama masa Pembiayaan

11.Data jaminan

12.Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha

13.Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran.

b. Pembiayaan korporasi (PT dan CV)

1. Surat permohonan

2. Foto copy NPWP 3. Foto copy SIUP

4. Foto copy TDP dan kelengkapan izin usaha lainnya 5. Foto copy KTP Direksi

6. Company Profile

7. Akta pendirian dan perubahannya

8. Surat pengesahan dari Departemen Kehakiman

9. Foto copy rekening koran 3 bulan terakhir 10. Laporan keuangan 2 tahun terakhir

11. Cash flow projection selama masa Pembiayaan 12. Data jaminan


(56)

14. Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran.

3. Pembiayaan Musyarakah a. Pembiayaan koperasi :

1. Surat permohonan 2. Foto copy NPWP 3. Foto copy SIUP 4. Foto copy TDP

5. AD/ART Koperasi dan perubahannya 6. Surat pengesahan dari Departemen Koperasi

7. Susunan Pengurus koperasi yang disahkan oleh Depatemen Koperasi 8. Laporan keuangan 2 tahun terakhir

9. Laporan Rapat Anggaran Tahunan (RAT) selama 2 tahun terakhir 10.Cash flow projection selama masa pembiayaan

11.Data jaminan

12.Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha

13.Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran.

b. Pembiayaan korporasi (PT dan CV) 1. Surat permohonan

2. Foto copy NPWP 3. Foto copy SIUP

4. Foto copy TDP dan kelengkapan izin usaha lainnya 5. Foto copy KTP Direksi


(57)

6. Company Profile

a. Akta pendirian dan perubahannya

b. Surat pengesahan dari Departemen Kehakiman c. Foto copy rekening koran 3 bulan terakhir d. Laporan keuangan 2 tahun terakhir

e. Cash flow projection selama masa pembiayaan

f. Data jaminan

g. Dokumen-dokumen lain yang menunjang usaha

h. Nasabah harus melakukan mutasi keuangan di PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran.

Prosedur pemberian untuk ketiga pembiayaan tersebut adalah :

a. Nasabah debitur mengajukan permohonan Pembiayaan ke bank syariah mandiri lalu Customer service memberikan form Pembiayaan kepada nasabah debitur

b. Customer service meminta form permohonan pembiayaan dan melayani,

memeriksa persyaratan kelengkapannya (Customer mengembalikan form permohonan Pembiayaan apabila belum lengkap pengisian dan kelengkapan persyaratannya)

c. Customer service menjelaskan dan menegaskan jenis Pembiayaan yang dipilih

berikut jangka waktu dan cara pengembaliannya. Customer service menstimulasi Kartu Angsuran sesuai dengan Pembiayaan yang dipilih oleh nasabah dengan menggunakan sistem

d. Customer service mengirimkan form yang telah lengkap ke bagian


(58)

e. Bagian administrasi pembiayaan mengisi data calon nasabah pembiayaan ke sistem, status pembiayaan adalah pengajuan. Selanjutnya administrasi pembiayaan akan mempersiapkan berkas untuk diproses lebih lanjut ke Analis Pembiayaan dan Komite Pembiayaan.

f. Analis Pembiayaan menerima dan memeriksa ulang kelengkapan pengisian dan persyaratan. Map Pembiayaan akan dikembalikan ke customer service jika belum lengkap.

g. Setelah melakukan pengecekan terhadap kelengkapan syarat administrasi, berkas Pembiayaan akan diberikan oleh Analis Pembiayaan kepada Surveyor untuk dilakukan pengecekan, termasuk pula analisa dan pengecekan masalah fisik jaminan.surveyor meneliti dan mempelajari kelengkapan dan kebenaran/keabsahan dokumen jaminanyang diserahkan oleh calon nasabah pembiayaan atau nasabah debitur.

h. Surveyor melakukan peninjauan setempat (on the spot) untuk mengetahui dan

menilai keadaan fisik barang-barang yang akan dijaminkan, apakah sesuai dengan yang tercantum dalam berkas-berkas dokumen yang ada dan penjelasan lain dari calon nasabah debitur.

i. Administrasi Pembiayaan menyerahkan berkas hasil survey dan dokumen-dokumen pembiayaan kepada Komite Pembiayaan.

j. Komite Pembiayaan mengadakan rapat untuk memutuskan status dari permohonan tersebut dengan mempergunakan data hasil survey dan perhitungan analisa pembiayaan.

k. Jika ditolak atau ditangguhkan, Komite Pembiayaan akan membubuhkan tanda tangan pada kolom penolakan di dalam lembar persetujuan Komite dan


(59)

memberikan surat jawaban penolakan yang dibuat oleh administrasi pembiayaan.

l. Jika disetujui, Komite Pembiayaan membubuhkan tanda tangan pada kolom persetujuan di dalam lembar persetujuan komite.

4. Analisis Pemberian Pembiayaan

Pemberian putusan pembiayaan oleh staf pembiayaan tidak boleh

semata-mata didasarkan atas pertimbangan permohonan untuk satu transaksi atau satu rekening pembiayaan dari pemohon, namun harus atas dasar penilaian seluruh pembiayaan yang telah diberikan dan akan diberikan oleh Bank Syariah Mandiri atau yang dikenal dengan dengan istalah konsep hubungan total permohonan pembiayaan. Dimana setiap pemberian pembiayaan harus mendapat putusan staf pembiayaan atau Komite Pembiayaan yang berwenang.

Pemberian putusan pembiayaan tersebut harus dilakukan secara tertulis dan dibuktikan dengan membubuhkan tanda tangan pada formulir Putusan Pembiayaan. Pemberian pemutusan pembiayaan dilakukan berdasarkan Four Eyes

Principle, yaitu suatu prinsip dalam pelaksanaan kewenangan memutus

pembiayaan yang harus dilakukan bersama-sama oleh minimal 2 (dua) staf pembiayaan, yang salah satu atau kadua-duanya mempunyai kewenangan yang cukup, baik dilaksanakan dangan cara simetri maupun asimetri.

Pelaksanaan secara simetri yaitu putusan pembiayaaan yang dilakukan secara bersama-sama oleh staf pembiayaan jajaran RM (Relationship

Management) dan staf pembiayaan jajaran FRM (Financial Risk Managemen)

yang salah satu atau kadua-duanya memiliki limit kewenangan pembiayaan yang cukup.


(60)

Pembubuhan tanda tangan pada formulir Putusan Pembiayaan adalah sebagai bukti pemberian putusan pembiayaan dan merupakan wujud tanggung jawab Staf Pemutus. Oleh karena itu sebelum membubuhkan tanda tangan, staf pembiayaan harus :

a. Memastikan bahwa setiap pembiayaan yang diberikan telah memenuhi ketentuan perbankan syariah dan sesuai asas-asas pembiayaan yang sehat. b. Memastikan bahwa pelaksanaan pemberian pembiayaan sesuai dengan prinsip

syariah berlaku.

c. Memastikan bahwa pemberian pembiayaan telah didasarkan pada penilaian yang jujur, objektif, cermat dan seksama serta terlepas dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon pembiayaan.

d. Meyakini bahwa pembiayaan yang akan diberikan dapat dilunasi pada waktunya dan tidak akan berkembang menjadi pembiayaan bermasalah.

Analisis dan evaluasi dilakukan secara tertulis yang mencakup analisa kelayakan dan dilakukan penilian seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, kondisi atau prosfek usaha debitur atau yang lebih dikenal dengan 5 C’s dan penilian terhadap sumber pelunasan kredit yang dititkberatkan pada hasil usaha atau penghasilan dari pemohin serta menyajikan evaluasi aspek yuridis Pembiayaan dengan tujuan untuk melindungi PT. Bank Syariah Mandiri

(Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dari resiko yang mungkin timbul.

Analisis 5 C’s yang dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran meliputi :


(61)

1. Character (karakter)

Analisis ini dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran untuk mengetahui karakter atau sifat-sifat calon nasabah debitur yang akan menerima kredit yang disalurkan. Adanya karakter yang baik menunjukkan calon nasabah debitur memiliki kemauan untuk membayar/melunasi kredit yang akan diterimanya nanti. Sedangkan karakter yang tidak baik tentu saja akan mengancam pihak bank syariah dengan kemungkinan timbulnya pembiayaan yang bermasalah secara khusus pembiayaan macet.

2. Capital (Modal)

Calon nasabah debitur harus memiliki modal sendiri ketika ia mengajukan pinjaman, bukan mengandalkan pinjaman yang akan diberikan oleh pihak bank. Modal yang diteliti meliput i modal sendiri, modal pinjaman serta keuntungan usaha yang merupakan sumber modal kerja. Dari analisis ini juga dapat diketahui berapa pendapatan bersih calon debitur sehingga dapat diketahui apakah calon debitur mampu untuk mengembalikan / membayar angsuran pembiayaan.

3. Capacity (kemampuan)

Kemampuan adalah kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya dan kemampuan untuk mengembalikan pembiayaan yang diperoleh. PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran memperoleh gambaran tentang kemampuann calon debitur dengan meminta keterangan-keterangan di luar hasil wawancara yang telah dilakukan.

4. Collateral (jaminan)

Jaminan diserahkan oleh calon debitur kepada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran harus dapat menutupi nilai/jumlah


(62)

permohonan pembiayaan yang diajukannya. Secara garis besar jaminan pembiayaan yang diterima oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran adalah tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesin-mesin, bank garansi dan saham (surat-surat berharga). Selain itu, PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran juga menerima agunan kas

(cash collateral)berupa:

a. Setoran jaminan kas dalam mata uang Rupiah atau dolar

b. Deposito berjangka, seretifikat deposito dan jenis simpanan lainnya yang diterbitkan oleh kanca Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran.

c. Deposito dan sertifikat deposito yang diterbitkan oleh Kanca Bank Syariah Mandiri lain.

5. Conditions of Economy (kondisi perekonomian)

Kondisi perekonomian adalah bagaimana perkembangan perekonomian dimasa yang akan datang dan perekonomian dimasa yang lalu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kondisi perekonomian baik secara mikro maupun makro yang dapat mempengaruhi usaha calon debitur sehingga dapat diperhitungkan bagaimana prospek calon nasabah debitur dimasa yang akan datang.

Analisis dan evaluasi pembiayaan dibuat secara lengkap,akurat dan obyektif yang sekurang-kurangnya menyajikan hal-hal sebagai berikut:

a. Semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian atas informasi pembiayaan yang disediakan oleh Bank Indonesia.


(63)

b. Penilaian atas kelayakan jumlah pemohon pembiayaan dengan proyek atau kegiatan usaha yang akan dibiayai, untuk menghindari kemungkinan terjadinya praktek mark-up yang dapat merugikan Bank Syariah Mandiri

c. Penilaian yang obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon pembiayaan dan dengan permohonan pembiayaan, sehingga bukan merupakan suatu formalitas yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi prosedur pembiayaan.

Pembiayaan yang telah disetujui dan disepakati oleh pemohon pembiayaan wajib dituangkan dalam akad pembiayaan secara tertulis. Bentuk dan format akad pembiayaan tersebut disesuaikan dengan keperluan dan jenis pembiayaan yang diberikan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi kepentingan Bank Syariah Mandiri

b. Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali pembiayaan, tujuan penggunaan serta persyaratan-persyaratan pembiayaan sebagaimana ditetapkan dalam persetujuan yang dimaksud.

c. Membuat perjanjian accesoir (perjanjian tambahan) yang menunjuk pada perjanjian Pembiayaan.

Setelah perjanjian pembiayaan dibuat maka selanjutnya pembiayaan akan dicairkan. Sebelum pencairan pembiayaan dilakukan, staft Financial Support yang melaksanakan fungsi administrasi pembiayaan harus memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan telah diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang memadai bagi PT. Bank Syariah Mandiri


(64)

apapun yang boleh dicairkan, dibayarkan atau dibukukan sebelum staf Financial

Support yang melaksanakan fungsi administrasi pembiayaan meneliti dan

menetapkan bahwa:

a. Semua dokumen yang berhubungan dengan persetujuan pemberian pembiayaan telah ditanda tangani oleh staf pemutus pembiayaan yang lengkap dan sesuai dengan kewenangannya.

b. Semua dokumen yang mendukung pemberian pembiayaan dan syarat-syarat pembiayaan yang telah ditetapkan telah dipenuhi dengan lengkap.

c. Biaya-biaya yang disyaratkan harus disetor sebelum pencairan pembiayaan telah disetor oleh debitur antara lain biaya provisi, biaya notaris, biaya pengikatan jaminan, biaya premi asuransi, biaya percetakan/administrasi dan biaya biro jasa.

6. Pengelolaan dan Pengawasan Pembiayaan

Pengawasan pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran dilakukan secara ketat yakni melalui pengawasan secara aktif dan pasif. Pengawasan pasif berarti PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk.

Cabang Pembantu Kisaran melakukan pengawasan dengan mengumpulkan

dokumen-dokumen mengenai pembiayaan yang telah diberikan. Sedangkan pengawasan aktif berarti PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang

Pembantu Kisaran melakukan pengawasan dengan cara mengadakan kunjungan

secara langsung ke lokasi usaha debitur.

Dokumen pembiayaan diperoleh selama proses pembiayaan berlangsung dimulai dari prakarsa atau permohonan pembiayaan sampai dengan perlunasan pembiayaan. Yang mencakup atau merekam semua tahapan pemberian


(65)

pembiayaan dan dokumen dan dokumen yang dipersyaratkan oleh staf pemutus untuk keamanan dalam pemberian pembiayaan. Dengan dokumen pembiayaan yang lengkap, akurat, relevan dan dibawah penguasaan bank syariah, maka bank syariah akan berada dalam posisi yang kuat dalam pengembalian pembiayaan yang telah disalurkan. Yang dimaksud dengan dokumen pembiayaan adalah seluruh dokumen yang diperlukan dalam rangka pemberian pembiayaan, yang merupakan bukti perjanjian/perikatan hukum antara PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dengan debitur dan bukti kepemilikan barang agunan, serta dokumen pembiayaan lainnya yang merupakan perbuatan hukum dan atau mempunyai akibat hukum.

Dokumen-dokumen yang harus dikuasai oleh bank syariah untuk dapat membuktikan kepemilikan asset secara yuridis serta dokumen analis dan putusan pembiayaan terdiri dari: identitas debitur, identitas usaha debitur, analisis dan putusan pembiayaan, akad pembiayaan, instruksi pencairan pembiayaan, bukti kepemilikan agunan dan pengikatannya serta dokumen Asuransi.

Jenis-jenis dokumen yang diperlukan sekurang-kurangnya harus ada: a. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan identitas atau legalitas debitur dan

usahanya.

b. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan permohonan, analisis dan evaluasi, negoisasi, rekomendasi, persetujuan pembiayaan

c. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perjanjian dan pencairan pembiayaan


(66)

e. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembinaan, pengawasan, dan penyelamatan atau penyelesaian pembiayaan.

Adanya dokumen pembiayaan mempermudah bank syariah untuk melakukan administrasi terhadap pembiayaan yang diberikan, dimana administrasi pembiayaan bertujuan untuk mendukung langkah-langkah pembinaan atau penilaian atas perkembangan pembiayaan dan usaha debitur serta sebagai alat pengawasan pembiayaan sehingga kepentingan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dapat terlindungi, dalam artian pembiayaan yang disalurkan tidak menjadi pembiayaan bermasalah. Dengan administrasi pembiayaan, pihak PT. Bank Syariah Mandiri (Persero)Tbk Cabang Pembantu Kisaran juga dapat melakukan penilaian terhadap kualitas pembiayaan yang diberikan. Penilaian kualitas pembiayaan dilakukan berdasarkan tingkat kolektibilitasnya.

Penilaian tingkat kolektibilitas pembiayaan tersebut didasarkan atas prospek usaha, kinerja (performance) dan kemampuan membayar. Penilaian terhadap prospek usaha, meliputi penilaian atas potensi pertumbuhan usaha, kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan, kualitas menajemen dan permasalahan tenaga kerja, dukungan dari group atau afiliasi, dan upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara lingkungan hidup (bagi debitur berskala besar yang memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup).

Penilaian terhadap kinerja (performance) debitur, meliputi penilaian atas perolehan laba, struktur permodalan,arus kas, dan sensitifitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi penilaian atas ketepatan membayar pokok dan bunga, ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan


(1)

pembiayaan yang akan diputus. Tentu saja hal ini bertujuan agar pembiayaan yang akan diberikan memiliki kepastian hukum apabila kelak pembiayaan tersebut tidak bisa kembali seperti yang diharapkan.

4. Analisis Pemberian Pembiayaan

Analisis pembiayaan yang dilakukan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran sebelum memutuskan apakah suatu permohonan pembiayaan diterima atau tidak adalah dengan prinsip 5 C’s yang disertai dengan penilaian terhadap sumber pelunasan pembiayaan yang dititik beratkan pada hasil usaha atau penghasilan dari pemohon serta menyajikan evaluasi aspek yuridis pembiayaan.

5. Pengelolaan dan Pengawasan Pembiayaan

Kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap Pembiayaan yang telah disalurkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dilakukan oleh staf pembiayaan dalam hal ini adalah analis pembiayaan dengan mengadakan visit atau kunjungan ke lokasi usaha nasabah debitur maupun ke lokasi agunannya untuk melihat apakah pembiayaan yang telah diberikan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang terjadi agar tidak menyebabkan timbulnya pembiayaan bermasalah di kemudian hari.

6. Pengendalian Pembiayaan Bermasalah

Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa total pembiayaan bermasalah secara khusus pembiayaan macet yang dihadapi oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2008


(2)

mengalami fluktuasi demikian juga dengan persentase nilai NPF yang diperoleh.

Pembiayaan macet disebabkan oleh kegagalan pada pembiayaan musyarakah, dimana pada tahun 2007 pembiayaan macetnya sebesar 1.375.282,919 dan tahun 2008 sebesar 2.007.227,1. Hal ini disebabkan karena kegagalan dari usaha nasabah debitur.

PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran untuk mengatasi timbulnya pembiayaan macet dan NPF yang diperoleh melakukan restrukturisasi pembiayaan bagi pembiayaan yang masih memiliki prospek usaha yang baik dan nasabah debitur memiliki kemauan untuk membayar. Apabila pembiayaan tidak dapat direstrukturisasi lagi maka PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran akan melakuka n penyelesaian baik secara hukum maupun non hukum (secara damai).

Kegiatan manajemen pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran secara khusus kegiatan pengendalian pembiayaan macet berjalan dengan baik yang dibuktikan dengan total pembiayaan macet dan NPF yang dicapai. Data tersebut menunjukkan kalau kegiatan pengendalian pembiayaan bermasalah secara khusus pembiayaan macet berjalan dengan efektif dengan persentase NPF yang dicapai menunjukkan penurunan setiap tahunnya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data yang diperoleh baik melalui studi pustaka maupun dari penelitian langsung yang dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yang perlu dikemukakan agar dapat lebih dimengerti maksud dan tujuan dari penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Manajemen Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran” sehingga dapat dilihat hubungan antara teori dan praktek yang dilakukan pada perusahaan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, ditarik kesimpulan tentang Manajemen Pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran sebagai berikut:

1. Dalam menjalankan kegiatan pembiayaan, PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran mengacu pada pedoman Pelaksanaan Pembiayaan yang telah disesuaikan dengan ketentuan Bank Indonesia selaku bank sentral dan fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional). 2. Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri

(Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan total pembiayaan bermasalah dan persentase NPF mengalami fluktuasi setiap tahunnya.


(4)

3. Untuk tahun 2006, 2007 dan 2008 kegiatan manajemen pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran tidak berjalan dengan baik yang ditunjukkan dengan perolehan NPF melebihi ketentuan Bank Indonesia yaitu tahun 2006 sebesar 7,65%, tahun 2007 sebesar 5,77% dan tahun 2008 sebesar 5,01%.

4. Pengawasan pembiayaan yang dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran sebagai antisipasi timbulnya pembiayaan bermasalah adalah pengawasan secara aktif yaitu langsung ke lokasi usaha debitur dan pengawasan secara pasif yakni melalui dokumen-dokumen yang dikumpulkan.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan untuk PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran dan peneliti selanjutnya adalah: 1. Agar PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran

lebih mempertahankan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah debiturnya agar dikemudian hari tidak terjadi pembiayaan bermasalah khususnya pembiayaan macet dalam jumlah yang lebih besar.

2. Agar PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk. Cabang Pembantu Kisaran dapat mempertahankan kondisi pembiayaan yang telah dicapai dan jika memungkinkan untuk lebih ditingkatkan lagi yakni dengan total pembiayaan yang semakin menurun demikian juga dengan persentase NPF diperoleh.

3. Agar PT. Bank Syariah Mandiri (Persero) Tbk Cabang Pembantu Kisaran lebih meningkat pengawasan pembiayaan baik secara langsung maupun


(5)

secara administrasi sehingga kemungkinan timbulnya pembiayaan bermasalah dalam jumlah yang lebih besar dapat segera diatasi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek. Gema Insani, Jakarta

Arianto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. PT. Rineka Cipta, Jakarta Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan, Edisi Kedua. Ghalia

Indonesia, Jakarta

Djohan, Warman. 1999. Kredit Bank, Alternatif Pembiayaan dan Pengajuannya. Mutiara Sumber Widya, Jakarta

Sari, Inna Purna. 2006. Analisis Pembiayaan Pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Cabang Syariah Medan. Skripsi, Fakultas Ekonomi USU (tidak dipublikasikan)

Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan, Cetakan Kedua. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

---. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Cetakan Keenam. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Muhammad. 2004. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Unit Penerbit Percetakan (UPP) AMP YKPN Yogyakarta

Peraturan Bank Indonesia No. 8/21/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006

Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter dan Perbankan, Edisi Kelima. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Jakarta

Sri Susilo,Dkk. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Salemba Empat, Jakarta

Untung, Budi. 2005. Kredit Perbankan di Indonesia, Edisi Kedua. Andi, Yogyakarta

Wiroso. 2005. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta