1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pesat bidang komunikasi dewasa ini menyebabkan terserapnya kosa kata asing dalam bahasa Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam pengalaman sehari-hari penulis, banyak pemakai bahasa tidak mempunyai kesempatan untuk merunut makna kata-kata serapan tersebut sehingga kerap kali
menimbulkan kekacauan baik dalam pemahaman maupun pemakaian.
1
Perkembangan perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia terus menerus mengalami kemajuan seiring dengan banyaknya kosakata-kosakata baru hasil serapan
dari berbagai kosakata asing. Hal ini membuktikan, bahwa bahasa Indonesia merupakan suatu bahasa yang sangat fleksibel, dan tidak hanya berkutat pada bahasa
ibu itu sendiri. Penyerapan-penyerapan tersebut memang sangat dibutuhkan guna
memampukan diri kita pemakainya guna menyongsong tantangan perkembangan ilmu pengetahuan, sains, tekhnologi dan kebudayaan yang terus berkembang dengan
pesat dan kompleksnya. Sehingga, yang memahaminya dengan cara memperkaya diri dengan istilah-istilah yang kompleks pula.
Kata atau kosakata yang diserap umumnya disesuaikan dengan sistem lisan dengan pelafalan bahasa Indonesia sendiri, yang disesuaikan dengan Ejaan Yang
1
Surawan Martinus, Kamus Kata Serapan Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008 hal: kata pengantar
2
Disempurnakan, serta bereferensi pada Pedoman Umum Pembentukan Istilah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Nomor 0389 U 1988, tanggal 11 Agustus 1988, dan dicermatkan dalam Rapat Kerja Sama Kebahasaan, tanggal 16-20 Desember 1990.
2
Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, lalu digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilihat dari taraf penyerapannya ada
tiga macam kata serapan, yaitu: 1. Kata-kata yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata
ini sudah lazim dieja secara Indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya sebagai kata serapan. Misalnya kata-kata hadir, waktu.
2. Kata-kata yang masih asing, tetapi digunakan dalam konteks bahasa Indonesia. Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya shuttle cock, knock
out, check in, door to door, built up, dan complete knock down.
Dalam kelompok ini termasuk kata-kata yang dipertahankan keasingannya karena sifat keinternasionalannya, seperti istilah-istilah musik andante, moderate,
adagio dan sebagainya.
3 Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan, ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini perubahan ejaan
itu dibuat seperlunya saja sehingga bentuk indonesianya masih dapat dibandingkan
2
Aka Kamarulzaman, M. Dahlan Y. Al Barry, Kamus Ilmiah Serapan. Yogyakarta: Absolut, 2005 hal: kata pengantar
3
dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya aki accu, komisi comission, psikologi psychology dan fase phase.
3
Berdasarkan fakta di atas dapat dipahami bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia banyak menyerap dari bahasa lain seperti bahasa Inggris, bahasa Arab dan
sebagainya. Penyerapan merupakan salah satu faktor yang sangat aktif dalam perkembangan bahasa. Penyerapan disebabkan adanya kontak antara satu bahasa
dengan bahasa-bahasa yang lain. Seorang penerjemah tidak mungkin hanya mengandalkan pemaknaan teks
pada kamus, karena pada kasus-kasus tertentu kamus tidak menyediakan makna yang tepat. Wawasan mengenai konteks menjadi sesuatu yang niscaya dimiliki oleh
seorang penerjemah. Wawasan ini tidak mungkin begitu saja dimiliki tanpa ada penyelaman yang mendalam dan kedekatan “emosional” antara dirinya dengan teks
itu sendiri.
4
Sebagai contoh kata fitnah. Pada awalnya kata finah berarti membakar, dalam Kamus B
ahasa Indonesia kata ini diartikan sebagai “perkataan yang bermaksud menjelekkan orang lain
”. Misalnya pada Qs. al-An‟am: 23 fitnah pada ayat ini bermakna ucapan dan jawaban yang tidak berdasar.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kata fitnah dapat berkedudukan sebagai nomina kata benda berarti perkataan bohong atau tanpa berdasarkan
3
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000, h. 62
4
Nurrachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, Flores: Nusa Indah, 1986, hal. 62
4
kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekan orang, seperti; menodai nama baik, merugikan kehormatan dan sebagainya. Kata fitnah dapat juga berkedudukan
sebagai kata kerja verba, artinya menjelekan nama orang seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan dan sebagainya.
5
Berbeda halnya makna fitnah menurut KBBI di atas dengan makna seperti yang terdapat dalam al-
Qur‟an Depag tidak menerjemahkan kata fitnah. Melainkan kata fitnah diterjemahkan apa adanya. Padahal hal itu dapat menimbulkan
kesalahpahaman apalagi bagi masyarakat yang tidak mempelajari bahasa Arab secara mendalam. Tidak mungkin semua kata fitnah yang ada mempunyai maksud sama
karena konteks pada setiap ayat pasti berbeda. Misalnya; pada Qs. Yunus: 85 pada
terjemahan Depag fitnah diartikan apa adanya. Sedangkan pada al- Qur’an dan
Maknanya
mengartikan dengan siksa dan gangguan, sasaran. Pada Qs. al-Anfal: 39 Depag tidak mengartikan kata fitnah pada ayat itu. M. Quraish Shihab
mengartikannya dengan kekacauan, penindasan, penganiayaan dan syirik. Pada Qs. Mumtahanah: 5 Depag tidak mengartikan kata fitnah tersebut. Sedangkan M. Quraish
Shihab mengartikan cobaan dan siksaan. Pada Qs. al-Imran: 7 dalam al- Qur‟an dan
Maknanya diartikan kekacauan dan kerancuan berpikir serta keraguan dikalangan
5
Frista Artmanda w, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Jombang: Lintas Media, 2008, hal: 318
5
orang beriman . Al-Baqarah: 193 M. Quraish Shihab mengartikan syirik dan
penganiayaan .
6
Dengan melihat latar belakang di atas, maka Penulis mengambil judul Analisis Semantik Kontekstual Atas Penerjemahan Kata Arab Serapan Studi Kasus
Kata Hikmah, Fitnah dan Amanah.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah