Analisis semantik konstektual atas penerjemahan kata arab serapan : studi kasus kata fitnah, hikamh dan amanah dalam al-qur'an dan maknanya karya quraish shihab

(1)

ANALISIS SEMANTIK KONTEKSTUAL ATAS

PENERJEMAHAN KATA ARAB SERAPAM

(STUDI KASUS KATA FITNAH, HIKMAH DAN AMANAH)

DALAM ”AL

-

QUR’AN DAN MAKNANYA” KARYA M.

QURAISH SHIHAB

Oleh:

SA’ADAH

NIM: 107024001989

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS SEMANTIK KONTEKSTUAL ATAS

PENERJEMAHAN KATA ARAB SERAPAM

(STUDI KASUS KATA FITNAH, HIKMAH DAN AMANAH)

DALAM ”AL

-

QUR’AN DAN MAKNANYA” KARYA M.

QURAISH SHIHAB

Oleh:

SA’ADAH

NIM: 107024001989

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa pencabutan gelar.

Jakarta, 13 Juni 2011

SA’ADAH

NIM: 107024001989


(4)

ANALISIS SEMANTIK KONTEKSTUAL ATAS

PENERJEMAHAN KATA ARAB SERAPAM

(STUDI KASUS KATA FITNAH, HIKMAH DAN AMANAH)

DALAM ”AL

-

QUR’AN DAN MAKNANYA” KARYA M.

QURAISH SHIBAH

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra

Oleh:

SA’ADAH

NIM: 107024001989

Di bawah bimbingan:

Prof. Dr. Sukron Kamil, MA

NIP: 19570715 198803 1001

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

iii


(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Semantik Kontekstual atas Penerjemahan Kata

Arab Serapan (Studi Kasus Kata Fitnah, Hikmah dan Amanah) dalam ” Al

-Quran dan Maknanya” Karya M. Quraish Shihab)” Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 13 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 13 Juni 2011

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Penguji, Sekretaris,

Dr. H. Ahmad Saehudin, M.Ag. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum NIP: 1970 0505 200003 1003 NIP: 1979 1229 2005011004

Pembimbing, Penguji,

Prof. Dr. Sukron Kamil, MA Dr. Abdullah, M.Ag

NIP: 150 282 400 NIP: 1996 1082 5199 3031 002


(6)

ABSTRAK Sa‟adah

“Analisis Semantik Kontekstual Atas Penerjemahan Kata Arab Serapan (Studi Kasus Kata Fitnah, Hikmah dan Amanah) Dalam Terjemahan al-Qur‟an M. Quraish Shihab.” Di bawah bimbingan Prof. DR. Sukron Kamil, MA.

Kata serapan adalah kata yang diserap dari bahasa asing yang mengalami perubahan, baik perubahan makna maupun perubahan lafadz. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa daerah asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda dan Inggris. Menurut realitanya kata serapan tersebut memiliki cakupan makna yang luas apalagi jika dilihat dari makna kontekstual.

Skripsi ini mencoba melihat penerjemahan mengenai kata Arab serapan; hikmah, fitnah dan Amanah dengan menggunakan analisis semantik kontekstual. Seringkali terjadi kurangnya pemahaman para penerjemah khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam memahami makna kata serapan yang berasal dari bahasa Arab tersebut. Mereka memahami secara tekstual saja tidak secara kontekstual yang mempunyai cakupan makna yang lebih luas.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara makna kata Arab serapan hikmah, fitnah dan amanah dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Untuk mengetahui keakuratan makna semantik kontekstual penerjemahan kata Arab yang sudah menjadi kata serapan Indonesia di atas dalam buku al-Qur’an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan studi pustaka. Serta, dengan menggunakan media elektronik berupa internet.

Penulis melakukan analisis terhadap al-Qur’an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab. Penulis menarik kesimpulan, bahwa berdasarkan makna semantik kontekstual, maka kata serapan hikmah, fitnah, dan amanah pada buku al-Qur’an dan Maknanya sudah mempunyai makna yang tepat, artinya makna tersebut sudah sesuai dengan makna dalam masing-masing ayat tersebut. Dalam penerjemahan kata serapan (fitnah, amanah dan hikmah) dalam al-Qur’an dan Maknanya ada beberapa ketidak tepatan. Ketidak tepatan hanya terjadi pada tata bahasanya saja, seperti; kurang efektif, ketidak tepatan dalam penempatan kata, penjelasan kurang detail/terperinci, serta ketidak tepatan dalam diksi/pilihan kata.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karuni-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis selesaikan.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhmmad saw., keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapat syafa‟atnya di hari akhir nanti. Amin!

Dalam kata pengentar ini, Penulis akan mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., selaku pembimbing skripsi, yang telah mengorbankan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya membimbing Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, selalu memberi motifasi kepada Penulis. Pembimbing yang sangat luar biasa kebaikan dan kedisiplinannya.

Terima kasih banyak juga Penulis ucapkan kepada Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Dr. Ahmad Saekhudin, M.A., Ketua Jurusan Tarjamah dan Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum., Sekretaris Jurusan Tarjamah.

Ucapan terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah Drs. Ikhwan Azizi, M.A., Irfan Abu Bakar, M.A., Prof. Dr. Ahmad Satori, Prof. Dr. Rofi‟I, Drs.


(8)

H.D Sirojuddin AR, M.Ag., Dr. Ismakun, M.A., Ahmad Syatibi, M.Ag., Dra. Faozah, Karlina Helmanita, M.A., DR. Muhamad Yusuf, M.A., DR. Abdullah, M. Ag., selaku penguji sidang skripsi, Makyun Subuki yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis berbagai ilmu pengetahuan. Semoga kerja keras mereka dalam membimbing mahasiswanya diganti oleh Allah Swt. Amin!

Ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orang tua, ayahanda Waknin yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan ibunda Jumaroh yang sudah menjadi ibu sekaligus sahabat terbaik Penulis. Terima kasih kepada kakak-kakak ku, mbak Wiwin beserta suami, mbak Ugi beserta suami, yang selalu memberikan semangat kepada Penulis. Dua keponakan kecil ku yang lucu, Ghina Tsuraya dan Andika Pratama. Tak lupa terima kasih kepada om Jay, yang selalu membantu apa pun yang Penulis perlukan. Sehingga saat penulisan skripsi ini Penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikannya tanpa rasa lelah. Untuk sahabatku Susi, Iwan, Eva, Atin, yang selalu memberi semangat tiada henti.

Kepada teman-teman Jurusan Tarjamah angkatan 2007, Nurhani, Farida, Siti Aisyah, Ismiati Nurazizah, Nur Rahma Wati, Nur Ahdiani, Sifa Kahfiani, Muhamad Tohadi, Hilman Ridha dan juga teman-teman tarjamah yang lain, Penulis berterima kasih atas segala bantuan dan kerja samanya. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman Tarjamah seluruh angkatan yang tidak bisa disebut satu persatu.


(9)

Penulis juga berterima kasih buat teman-teman kosan mbak Atik, kita pasti bisa meraih impian kita. Ka Nova, ka Yuli, Teh Iis, Ayu teman satu kamar. Erika, Nur Aprianti, Nova Andriani, Via, Yayan, Salma Hermaya, Mutmainah. Semoga skripsi yang sangat sederhana ini bisa bermanfaat bagi seluruh akademisi pada umumnya khususnya bagi peminat penerjemahan. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini. Amin!


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL……….………i

LEMBAR PERNYATAAN……….……...ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……….….iii

LEMBAR PENGESAHAN………..iv

ABSTRAK ………...V KATA PENGANTAR ………Vi DAFTAR ISI ………...………..Vii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ………...………..Viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………...……….1

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah ………...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….6

D. Tinjauan Pustaka………....6

E. Metodologi Penelitian………7

F. Sistematika Penelitian ………...9

BAB II KERANGKA TEORI A. Penerjemahan A.1 Pengertian Penerjemahan………..11

B. Penerjemahan al-Qur’an B.1 Sejarah Penerjemahan al-Qur‟an di Indonesia ……….11

B.2 Metode Terjemahan al-Qur‟an ……….13

B 2.1 Penerejamahan Tekstual ……….13

B 2.2 Penerejemahan Harfiyah (lafdziyah) ………..14


(11)

Vii

B.3 Kaidah-Kaidah Bahasa Arab yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerjemahan al-Qur‟an

B 3.1 Redaksi yang Bersifat Umum (ماع = ‘Amm) ………..………16

B 3.2 Macam-Macam ‘Amm………16

C. Wawasan Semantik C.1 Pengertian Semantik ………19

C.2 Semantik Kontekstual ………..19

C.3 Rincian dalam Konteks ………24

C.4 Pentingnya Makna Kontekstual dalam Terjemahan ………25

D. Kata Serapan D.1 Pengertian Kata Serapan ………..28

D.2 Bentuk-Bentuk Kata Serapan D 2.1 Lafal dan Arti Masih Sesuai dengan Aslinya……….30

D 2.2 Lafalnya Berubah, Artinya Tetap ………..31

D2.3 Lafal dan Arti Berubah dari Lafal dan Arti Semula ( Bahasa Sumber)………...32

D 2.4 Lafalnya Tetap, Artinya Berubah ………..32

D2.5 Kata yang Diserap Hanya Bentuk Jamaknya Saja ………..33

D.3 Bentuk Gramatikal Kata Serapan D 3.1 Akhiran –MAN, -WAN, -WATI ………..35

D 3.2 Akhiran –I, -IAH, -IS, -WI ……….35

D 3.3 Akhiran –ISME, -ISASI ………..35

BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB A. Biografi Secara Umum ………...37

B. M. Quraish Shihab sebagai Penerjemah dan Penafsir B.1 M. Quraish Shihab sebagai Penerjemah ………..40


(12)

B2.1 Metode yang Digunakan ………..………..41 C. Karya-Karya M. Quraish Shihab ………43 D. Sekilas Tentang al-Qur‟an danMaknanya ……….45

BAB IV PEMBAHASAN A. Hikmah

A.1 Makna Kata Hikmah dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia ………52 A.2 Analisis Kata Hikmah Berdasarkan Makna Semantik

Kontekstual………55 B. Fitnah

B.1 Perbedaan Makna Kata Fitnah dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab

………..62

B.2 Analisis Kata Fitnah Berdasarkan Teori Semantik Kontekstual ……..…63 C. Amanah

C.1 Makna Amanah dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia ………73 C.2 Analisis Kata Amanah Berdasarkan Teori Semantik Kontekstual ……...75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………...82 B. Saran ………...83 DAFTAR PUSTAKA


(13)

PEDOMAN TRANSLITRASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin.

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

B Be

ت T Te

ث Ts ted an es

ج J Je

ح H h dengan garis bawah

خ Kh ka dan ha

د D De

ذ Dz de dan zet

ر R Er

ز Z Zet


(14)

ش Sy es dan ye

ص S es dengan garis di bawah

ض D de dengan garis di bawah

ط T te dengan garis di bawah

ظ Z zet dengan garis di bawah

ع „ Koma terbalik di atas hadap

kanan

غ Gh ge dan ha

ف F Ef

ق Q Ki

ك K Ka

ل L El

م M Em

ن N en

و W We

ه H Ha

ء , Apostrof


(15)

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

_ __ A Fathah

_____ I Kasrah

_____ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي_____ Ai a dan i

_____ au a dan u

Vokal panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ا ȃ a dengan topi di atas

ي Î i dengan topi di atas


(16)

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dengan sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ا, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsyiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: ar-rijal bukan al-rijal, al-diwan bukan ad-diwan.

4. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah („ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ر رضلا tidak ditulis ad-darurah melainkan al-darȗrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbuthah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbuthah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah ini). Hal yang sama juga jika ta marbuthah diikuti oleh kata sifat

(na’at) (lihat contoh 2). Namun jika huruf ta marbuthah tersebut diikuti kata benda

(isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1. قيرط Tarîqah

2. يماسإا عماجلا al-jȃmi‟ah al-islȃmiyyah

3. ج لا ح Wihdat al-wujud


(17)

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (contoh: Abu Hamid al-Ghazali bukan Abu Hamid Al-Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al -Samad al-Palimbani; tidak „Abd al--Samad al-Palimbani; Nuruddin al-Raniri, tidak Nur al-Din al-Raniri.

7. Cara Penulisan Kata

Setiap kata kerja (fi’l), kata benda (ism) dan partikel (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas.


(18)

Kata Arab Alih Aksara

ا سأا به dzahaba al-ustȃdzu

رجأا ث tsabata al-ajru

يرصعلا كرحلا al-harakah al-„asriyyah

ها اإ هلا ا أ شأ asyhadu an lȃ ilȃha illa Allȃh

حلاصلا كلم انا م Maulȃna Malik al-Sȃlih

ها مكرث ي yu‟atstsirukum Allȃh

يلقعلا رهاظ لا al-mazȃhir al-„aqliyyah

ين لا اياا al-ayȃt al-kauniyyah

ار ظ لا حي ر رضلا al-darȗrat tubîhu al-mahzȗrȃt


(19)

ANALISIS SEMANTIK KONTEKSTUAL ATAS

PENERJEMAHAN KATA ARAB SERAPAM

(STUDI KASUS KATA FITNAH, HIKMAH DAN AMANAH)

DALAM

AL-QUR

AN DAN MAKNANYA

KARYA M.

QURAISH SHIBAH

Oleh: SA’ADAH NIM: 107024001989

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(20)

ANALISIS SEMANTIK KONTEKSTUAL ATAS

PENERJEMAHAN KATA ARAB SERAPAM

(STUDI KASUS KATA FITNAH, HIKMAH DAN AMANAH)

DALAM

AL-QUR

AN DAN MAKNANYA

KARYA M.

QURAISH SHIBAH

Oleh: SA’ADAH NIM: 107024001989

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(21)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa pencabutan gelar.

Jakarta, 13 Juni 2011

SA’ADAH NIM: 107024001989


(22)

ANALISIS SEMANTIK KONTEKSTUAL ATAS

PENERJEMAHAN KATA ARAB SERAPAM

(STUDI KASUS KATA FITNAH, HIKMAH DAN AMANAH)

DALAM

AL-QUR

AN DAN MAKNANYA

KARYA M.

QURAISH SHIBAH

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Sastra

Oleh: SA’ADAH NIM: 107024001989

Di bawah bimbingan:

Prof. Dr. Sukron Kamil, MA

NIP: 19570715 198803 1001

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

iii


(23)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Semantik Kontekstual atas Penerjemahan Kata Arab Serapan (Studi Kasus Kata Fitnah, Hikmah dan Amanah) dalam ” Al-Quran dan Maknanya” Karya M. Quraish Shihab)” Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 13 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 13 Juni 2011

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Penguji, Sekretaris,

Dr. H. Ahmad Saehudin, M.Ag. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum NIP: 1970 0505 200003 1003 NIP: 1979 1229 2005011004

Pembimbing, Penguji,

Prof. Dr. Sukron Kamil, MA Dr. Abdullah, M.Ag

NIP: 150 282 400 NIP: 1996 1082 5199 3031 002


(24)

ABSTRAK Sa‟adah

“Analisis Semantik Kontekstual Atas Penerjemahan Kata Arab Serapan (Studi Kasus Kata Fitnah, Hikmah dan Amanah) Dalam Terjemahan al-Qur‟an M. Quraish Shihab.” Di bawah bimbingan Prof. DR. Sukron Kamil, MA.

Kata serapan adalah kata yang diserap dari bahasa asing yang mengalami perubahan, baik perubahan makna maupun perubahan lafadz. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa daerah asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda dan Inggris. Menurut realitanya kata serapan tersebut memiliki cakupan makna yang luas apalagi jika dilihat dari makna kontekstual.

Skripsi ini mencoba melihat penerjemahan mengenai kata Arab serapan; hikmah, fitnah dan Amanah dengan menggunakan analisis semantik kontekstual. Seringkali terjadi kurangnya pemahaman para penerjemah khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam memahami makna kata serapan yang berasal dari bahasa Arab tersebut. Mereka memahami secara tekstual saja tidak secara kontekstual yang mempunyai cakupan makna yang lebih luas.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara makna kata Arab serapan hikmah, fitnah dan amanah dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Untuk mengetahui keakuratan makna semantik kontekstual penerjemahan kata Arab yang sudah menjadi kata serapan Indonesia di atas dalam buku al-Qur’an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan studi pustaka. Serta, dengan menggunakan media elektronik berupa internet.

Penulis melakukan analisis terhadap al-Qur’an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab. Penulis menarik kesimpulan, bahwa berdasarkan makna semantik kontekstual, maka kata serapan hikmah, fitnah, dan amanah pada buku al-Qur’an dan Maknanya sudah mempunyai makna yang tepat, artinya makna tersebut sudah sesuai dengan makna dalam masing-masing ayat tersebut. Dalam penerjemahan kata serapan (fitnah, amanah dan hikmah) dalam al-Qur’an dan Maknanya ada beberapa ketidak tepatan. Ketidak tepatan hanya terjadi pada tata bahasanya saja, seperti; kurang efektif, ketidak tepatan dalam penempatan kata, penjelasan kurang detail/terperinci, serta ketidak tepatan dalam diksi/pilihan kata.


(25)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karuni-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini dapat Penulis selesaikan.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhmmad saw., keluarganya, dan para sahabatnya. Semoga kita semua mendapat syafa‟atnya di hari akhir nanti. Amin!

Dalam kata pengentar ini, Penulis akan mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., selaku pembimbing skripsi, yang telah mengorbankan waktu di tengah kesibukannya serta kesabarannya membimbing Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, selalu memberi motifasi kepada Penulis. Pembimbing yang sangat luar biasa kebaikan dan kedisiplinannya.

Terima kasih banyak juga Penulis ucapkan kepada Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Dr. Ahmad Saekhudin, M.A., Ketua Jurusan Tarjamah dan Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum., Sekretaris Jurusan Tarjamah.

Ucapan terima kasih kepada seluruh dosen Jurusan Tarjamah Drs. Ikhwan Azizi, M.A., Irfan Abu Bakar, M.A., Prof. Dr. Ahmad Satori, Prof. Dr. Rofi‟I, Drs.


(26)

H.D Sirojuddin AR, M.Ag., Dr. Ismakun, M.A., Ahmad Syatibi, M.Ag., Dra. Faozah, Karlina Helmanita, M.A., DR. Muhamad Yusuf, M.A., DR. Abdullah, M. Ag., selaku penguji sidang skripsi, Makyun Subuki yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis berbagai ilmu pengetahuan. Semoga kerja keras mereka dalam membimbing mahasiswanya diganti oleh Allah Swt. Amin!

Ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orang tua, ayahanda Waknin yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan ibunda Jumaroh yang sudah menjadi ibu sekaligus sahabat terbaik Penulis. Terima kasih kepada kakak-kakak ku, mbak Wiwin beserta suami, mbak Ugi beserta suami, yang selalu memberikan semangat kepada Penulis. Dua keponakan kecil ku yang lucu, Ghina Tsuraya dan Andika Pratama. Tak lupa terima kasih kepada om Jay, yang selalu membantu apa pun yang Penulis perlukan. Sehingga saat penulisan skripsi ini Penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikannya tanpa rasa lelah. Untuk sahabatku Susi, Iwan, Eva, Atin, yang selalu memberi semangat tiada henti.

Kepada teman-teman Jurusan Tarjamah angkatan 2007, Nurhani, Farida, Siti Aisyah, Ismiati Nurazizah, Nur Rahma Wati, Nur Ahdiani, Sifa Kahfiani, Muhamad Tohadi, Hilman Ridha dan juga teman-teman tarjamah yang lain, Penulis berterima kasih atas segala bantuan dan kerja samanya. Penulis juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman Tarjamah seluruh angkatan yang tidak bisa disebut satu persatu.


(27)

Penulis juga berterima kasih buat teman-teman kosan mbak Atik, kita pasti bisa meraih impian kita. Ka Nova, ka Yuli, Teh Iis, Ayu teman satu kamar. Erika, Nur Aprianti, Nova Andriani, Via, Yayan, Salma Hermaya, Mutmainah. Semoga skripsi yang sangat sederhana ini bisa bermanfaat bagi seluruh akademisi pada umumnya khususnya bagi peminat penerjemahan. Semoga masukan dan saran-saran dari semua pihak dapat melengkapi skripsi ini. Amin!


(28)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL……….………i LEMBAR PERNYATAAN……….……...ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……….….iii LEMBAR PENGESAHAN………..iv ABSTRAK ………...V KATA PENGANTAR ………Vi DAFTAR ISI ………...………..Vii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ………...………..Viii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………...……….1

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah ………...5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….6

D. Tinjauan Pustaka………....6

E. Metodologi Penelitian………7

F. Sistematika Penelitian ………...9 BAB II KERANGKA TEORI

A. Penerjemahan

A.1 Pengertian Penerjemahan………..11 B. Penerjemahan al-Qur’an

B.1 Sejarah Penerjemahan al-Qur‟an di Indonesia ……….11 B.2 Metode Terjemahan al-Qur‟an ……….13

B 2.1 Penerejamahan Tekstual ……….13 B 2.2 Penerejemahan Harfiyah (lafdziyah) ………..14 B 2.3 Penerjemahan Tafsiriyah ………15


(29)

Vii

B.3 Kaidah-Kaidah Bahasa Arab yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerjemahan al-Qur‟an

B 3.1 Redaksi yang Bersifat Umum (ماع = ‘Amm) ………..………16

B 3.2 Macam-Macam ‘Amm………16

C. Wawasan Semantik

C.1 Pengertian Semantik ………19 C.2 Semantik Kontekstual ………..19 C.3 Rincian dalam Konteks ………24 C.4 Pentingnya Makna Kontekstual dalam Terjemahan ………25 D. Kata Serapan

D.1 Pengertian Kata Serapan ………..28 D.2 Bentuk-Bentuk Kata Serapan

D 2.1 Lafal dan Arti Masih Sesuai dengan Aslinya……….30 D 2.2 Lafalnya Berubah, Artinya Tetap ………..31 D2.3 Lafal dan Arti Berubah dari Lafal dan Arti Semula ( Bahasa

Sumber)………...32

D 2.4 Lafalnya Tetap, Artinya Berubah ………..32 D2.5 Kata yang Diserap Hanya Bentuk Jamaknya Saja ………..33 D.3 Bentuk Gramatikal Kata Serapan

D 3.1 Akhiran –MAN, -WAN, -WATI ………..35 D 3.2 Akhiran –I, -IAH, -IS, -WI ……….35 D 3.3 Akhiran –ISME, -ISASI ………..35 BAB III BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB

A. Biografi Secara Umum ………...37 B. M. Quraish Shihab sebagai Penerjemah dan Penafsir

B.1 M. Quraish Shihab sebagai Penerjemah ………..40 B.2 M. Quraish Shihab sebagai Penafsir ………....41


(30)

B2.1 Metode yang Digunakan ………..………..41 C. Karya-Karya M. Quraish Shihab ………43 D. Sekilas Tentang al-Qur‟an danMaknanya ……….45

BAB IV PEMBAHASAN A. Hikmah

A.1 Makna Kata Hikmah dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia ………52 A.2 Analisis Kata Hikmah Berdasarkan Makna Semantik

Kontekstual………55 B. Fitnah

B.1 Perbedaan Makna Kata Fitnah dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab

………..62

B.2 Analisis Kata Fitnah Berdasarkan Teori Semantik Kontekstual ……..…63 C. Amanah

C.1 Makna Amanah dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia ………73 C.2 Analisis Kata Amanah Berdasarkan Teori Semantik Kontekstual ……...75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………...82 B. Saran ………...83 DAFTAR PUSTAKA


(31)

PEDOMAN TRANSLITRASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dam buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin.

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

B Be

ت T Te

ث Ts ted an es

ج J Je

ح H h dengan garis bawah

خ Kh ka dan ha

د D De

ذ Dz de dan zet

ر R Er

ز Z Zet


(32)

ش Sy es dan ye

ص S es dengan garis di bawah

ض D de dengan garis di bawah

ط T te dengan garis di bawah

ظ Z zet dengan garis di bawah

ع „ Koma terbalik di atas hadap

kanan

غ Gh ge dan ha

ف F Ef

ق Q Ki

ك K Ka

ل L El

م M Em

ن N en

و W We

ه H Ha

ء , Apostrof


(33)

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

_ __ A Fathah

_____ I Kasrah

_____ U Dammah

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي_____ Ai a dan i

_____ au a dan u

Vokal panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ا ȃ a dengan topi di atas

ي Î i dengan topi di atas


(34)

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dengan sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ا, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsyiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: ar-rijal bukan al-rijal, al-diwan bukan ad-diwan.

4. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah („ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ر رضلا tidak ditulis ad-darurah melainkan al-darȗrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbuthah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbuthah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah ini). Hal yang sama juga jika ta marbuthah diikuti oleh kata sifat

(na’at) (lihat contoh 2). Namun jika huruf ta marbuthah tersebut diikuti kata benda

(isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

1. قيرط Tarîqah

2. يماسإا عماجلا al-jȃmi‟ah al-islȃmiyyah

3. ج لا ح Wihdat al-wujud


(35)

6. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini huruf capital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (contoh: Abu Hamid al-Ghazali bukan Abu Hamid Al-Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al -Samad al-Palimbani; tidak „Abd al--Samad al-Palimbani; Nuruddin al-Raniri, tidak Nur al-Din al-Raniri.

7. Cara Penulisan Kata

Setiap kata kerja (fi’l), kata benda (ism) dan partikel (harf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas.


(36)

Kata Arab Alih Aksara

ا سأا به dzahaba al-ustȃdzu

رجأا ث tsabata al-ajru

يرصعلا كرحلا al-harakah al-„asriyyah

ها اإ هلا ا أ شأ asyhadu an lȃ ilȃha illa Allȃh

حلاصلا كلم انا م Maulȃna Malik al-Sȃlih

ها مكرث ي yu‟atstsirukum Allȃh

يلقعلا رهاظ لا al-mazȃhir al-„aqliyyah

ين لا اياا al-ayȃt al-kauniyyah

ار ظ لا حي ر رضلا al-darȗrat tubîhu al-mahzȗrȃt


(37)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pesat bidang komunikasi dewasa ini menyebabkan terserapnya kosa kata asing dalam bahasa Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengalaman sehari-hari penulis, banyak pemakai bahasa tidak mempunyai kesempatan untuk merunut makna kata-kata serapan tersebut sehingga kerap kali menimbulkan kekacauan baik dalam pemahaman maupun pemakaian.1

Perkembangan perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia terus menerus mengalami kemajuan seiring dengan banyaknya kosakata-kosakata baru hasil serapan dari berbagai kosakata asing. Hal ini membuktikan, bahwa bahasa Indonesia merupakan suatu bahasa yang sangat fleksibel, dan tidak hanya berkutat pada bahasa ibu itu sendiri.

Penyerapan-penyerapan tersebut memang sangat dibutuhkan guna memampukan diri kita (pemakainya) guna menyongsong tantangan perkembangan ilmu pengetahuan, sains, tekhnologi dan kebudayaan yang terus berkembang dengan pesat dan kompleksnya. Sehingga, yang memahaminya dengan cara memperkaya diri dengan istilah-istilah yang kompleks pula.

Kata atau kosakata yang diserap umumnya disesuaikan dengan sistem lisan dengan pelafalan bahasa Indonesia sendiri, yang disesuaikan dengan Ejaan Yang

1 Surawan Martinus,

Kamus Kata Serapan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) hal:


(38)

2 Disempurnakan, serta bereferensi pada Pedoman Umum Pembentukan Istilah (berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 0389/ U/ 1988, tanggal 11 Agustus 1988, dan dicermatkan dalam Rapat Kerja Sama Kebahasaan, tanggal 16-20 Desember 1990).2

Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, lalu digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilihat dari taraf penyerapannya ada tiga macam kata serapan, yaitu:

1). Kata-kata yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ini sudah lazim dieja secara Indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya sebagai kata serapan. Misalnya kata-kata hadir, waktu.

2). Kata-kata yang masih asing, tetapi digunakan dalam konteks bahasa Indonesia. Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing. Misalnya shuttle cock, knock out, check in, door to door, built up, dan complete knock down.

Dalam kelompok ini termasuk kata-kata yang dipertahankan keasingannya karena sifat keinternasionalannya, seperti istilah-istilah musik andante, moderate, adagio dan sebagainya.

3) Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan, ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga bentuk indonesianya masih dapat dibandingkan

2

Aka Kamarulzaman, M. Dahlan Y. Al Barry, Kamus Ilmiah Serapan. (Yogyakarta: Absolut,


(39)

3 dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya aki (accu), komisi (comission), psikologi (psychology) dan fase (phase).3

Berdasarkan fakta di atas dapat dipahami bahwa kata-kata dalam bahasa Indonesia banyak menyerap dari bahasa lain seperti bahasa Inggris, bahasa Arab dan sebagainya. Penyerapan merupakan salah satu faktor yang sangat aktif dalam perkembangan bahasa. Penyerapan disebabkan adanya kontak antara satu bahasa dengan bahasa-bahasa yang lain.

Seorang penerjemah tidak mungkin hanya mengandalkan pemaknaan teks pada kamus, karena pada kasus-kasus tertentu kamus tidak menyediakan makna yang tepat. Wawasan mengenai konteks menjadi sesuatu yang niscaya dimiliki oleh seorang penerjemah. Wawasan ini tidak mungkin begitu saja dimiliki tanpa ada penyelaman yang mendalam dan kedekatan “emosional” antara dirinya dengan teks itu sendiri.4

Sebagai contoh kata fitnah. Pada awalnya kata finah berarti membakar, dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ini diartikan sebagai “perkataan yang bermaksud menjelekkan orang lain”. Misalnya pada Qs. al-An‟am: 23 fitnah pada ayat ini bermakna ucapan dan jawaban yang tidak berdasar.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, kata fitnah dapat berkedudukan sebagai nomina (kata benda) berarti perkataan bohong atau tanpa berdasarkan

3

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h.

62

4Nurrachman Hanafi,


(40)

4 kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekan orang, seperti; menodai nama baik, merugikan kehormatan dan sebagainya. Kata fitnah dapat juga berkedudukan sebagai kata kerja (verba), artinya menjelekan nama orang seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan dan sebagainya.5

Berbeda halnya makna fitnah menurut KBBI di atas dengan makna seperti yang terdapat dalam al-Qur‟an Depag tidak menerjemahkan kata fitnah. Melainkan kata fitnah diterjemahkan apa adanya. Padahal hal itu dapat menimbulkan kesalahpahaman apalagi bagi masyarakat yang tidak mempelajari bahasa Arab secara mendalam. Tidak mungkin semua kata fitnah yang ada mempunyai maksud sama karena konteks pada setiap ayat pasti berbeda. Misalnya; pada Qs. Yunus: 85 pada terjemahan Depag fitnah diartikan apa adanya. Sedangkan pada al-Qur’an dan Maknanya mengartikan dengan siksa dan gangguan, sasaran. Pada Qs. al-Anfal: 39 Depag tidak mengartikan kata fitnah pada ayat itu. M. Quraish Shihab mengartikannya dengan kekacauan, penindasan, penganiayaan dan syirik. Pada Qs. Mumtahanah: 5 Depag tidak mengartikan kata fitnah tersebut. Sedangkan M. Quraish Shihab mengartikan cobaan dan siksaan. Pada Qs. al-Imran: 7 dalam al-Qur‟an dan Maknanya diartikan kekacauan dan kerancuan berpikir serta keraguan dikalangan

5 Frista Artmanda w,

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Jombang: Lintas Media, 2008), hal:


(41)

5 orang beriman. Al-Baqarah: 193 M. Quraish Shihab mengartikan syirik dan penganiayaan. 6

Dengan melihat latar belakang di atas, maka Penulis mengambil judul Analisis Semantik Kontekstual Atas Penerjemahan Kata Arab Serapan (Studi Kasus Kata Hikmah, Fitnahdan Amanah).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah saya kemukakan di atas, agar penelitian ini tidak meluas, maka saya memberikan batasan pada masalah yang akan diteliti, yaitu hanya pada semantik kontestual. Mengingat begitu luasnya analisis semantik, seperti; semantik leksikal, semantik gramatikal. Untuk mempermudah dalam pembahasan supaya lebih terarah, maka Penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan antara makna kata Arab serapan hikmah, fitnah dan amanah dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia?

2. Apakah penerjemahan kata Arab yang sudah menjadi kata serapan Indonesia di atas dalam buku al-Qur’an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab berdasarkan teori semantik kontekstual sudah tepat atau tidak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentu saja dilakukan tanpa kesia-kesiaan (tanpa manfaat). Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

6

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia


(42)

6 1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara makna kata Arab serapan hikmah,

fitnah dan amanah dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia.

2. Untuk mengetahui keakuratan makna semantik kontekstual penerjemahan kata Arab yang sudah menjadi kata serapan Indonesia di atas dalam buku al-Qur’an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab.

Adapun manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis manfaatnya adalah menjadi kontribusi tambahan untuk mahasiswa yang ingin menganalisis makna kontekstual kata Arab serapan. Sedangkan secara praktis adalah untuk digunakan oleh para pengkaji dan pemerhati penerjemahan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu contoh bagaimana menganalisis kata Arab serapan dengan menggunakan teori semantik kontekstual, khususnya dalam buku al-Qur‟an dan Maknanya.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang saat ini akan Penulis lakukan, sebelumnya belum ada yang meneliti karena pada penelitian sebelumnya hanya membahas tentang penyimpangan kata serapan (faux amis) yang dilakukan oleh Musa El Kazimy angkatan 2005 dengan judul “Penyimpangan Kata Serapan (faux Amis) Dalam Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab (Analisis Buku Senarai Kata Serapan Dalam Bahasa Indonesia)”. Pada penelitian itu Ia lebih membahas apakah ada persamaan makna antara kata-kata yang sudah menjadi serapan dalam bahasa Indonesia dengan bahasa sumber (Bsu). Kemudian apa yang menjadi penyebab terjadinya faux amis pada kata serapan bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan


(43)

7 membahas tentang Analisis Semantik Kontekstual Atas Penerjemahan Kata Arab Serapan (Studi Kasus Kata hikmah, fitnah dan amanah). Sama-sama membahas kata serapan tapi pada penelitian sebelumnya membahas penyimpangan kata serapan. Sedangkan, pada sekripsi saya kali ini membahas kata serapan dengan analisis semantik kontekstual.

E. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan metode kualitatif yaitu penelitian dengan cara menjelaskan atau memahami makna “meaning” dibalik realitas/kenyataan.7 Penelitian ini bersifat deskriptif lebih mementingkan proses dan makna dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu analisis dengan cara mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya. Pada penelitian deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data yang terkait dengan kata serapan hikmah, fitnah dan amanah yang terdapat dalam al- Qur‟an dan Maknanya. Setelah itu, Penulis mendeskripsikan masalah tersebut dengan data yang ada dalam teori semantik kontekstual sehingga maksud dan tujuan penelitian tercapai. Kerangka teori semantik kontekstual yang membingkai penelitian ini didasarkan pada teori kontekstual B. Malinowski.

Sedangkan dalam pencarian data, Penulis melakukan penelitian tehadap data primer berupa al-Qur‟an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab. Sebagai pendukung data primer juga menggunakan sumber data skunder bersifat kepustakaan

7 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Pengantar Teori dan Panduan Praktis


(44)

8 (Library reseach) yaitu dengan mencari sumber informasi dari buku-buku yang membahas tentang terjemahan dan juga semantik seperti; Tarjim al-An (Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia), Pengantar Semantik Bahasa Indonesia serta literatur-literatur terkait, karya ilmiah serta media elektronik atau internet yang memiliki hubungan erat dengan judul skripsi ini, guna mengumpulkan sebanyak mungkin data-data yang diperlukan.

Pengolahan data dalam penelitian skripsi ini menggunakan teori semantik kontekstual, yaitu makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu.8 Pengumpulan datanya dengan cara selective coding, yaitu memilih secara selektif kasus-kasus yang sesuai dengan topik pembahasan terhadap semua data. Pertama, Penulis mencari makna fitnah, hikmah dan Amanah dalam kamus baik kamus Arab maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kemudian mencari dan mengelompokan ayat-ayat yang memiliki konteks yang sama dengan kata hikmah, fitnah dan amanah. Dalam hal ini Penulis menggunakan bantuan al-Qur‟an Digital tetapi dalam penulisan arti-arti ayat Penulis menggunakan al-Qur‟an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab.

Namun secara teknis, penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang berlaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center of Quality and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah.

8 Moh. Matsna, (

Orientasi Semantik al-Zamarkhasyari (Kajian Makna Ayat-Ayat Kalam),


(45)

9 F. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang akan penulis rincikan sebagai berikut:

Bab I adalah bab pendahuluan. Dalam bab ini Penulis membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metode penelitian, serta sistematika penulisan. Pada bab I ini merupakan kerangka yang menjadi dasar bagi bab-bab berikutnya.

Bab II berupa kerangka teori yang merupakan alat pengupas terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga penelitian memperoleh hasil yang maksimal dan tujuan dari penelitian ini akan tercapai. Pada bab ini Penulis menjelaskan tentang teori penerjemahan al-Qur‟an, semantik kontekstual. Teori semantik kontekstual inilah yang Penulis gunakan sebagai pisau analisis penulisan bab IV.

BAB III untuk mengenal sosok mufasir M. Quraish Shihab, maka Penulis memaparkan tentang biografi M. Quraish Shihab dan peranannya dalam dunia penerjemahan serta karya-karyanya. Pada bab ini bisa menjadi bahan untuk kepentingan analisis bab IV.

BAB IV berisi analisis dan pembahasan terhadap makna Semantik Kontekstual Atas Penerjemahan Kata Arab Serapan (Studi Kasus Kata hikmah, fitnah dan amanah). Penulis mengambil al-Qur‟an dan Maknanya karya M. Quraish Shihab sebagai objek kajian. Di sini Penulis mencoba menganalisis terjemahan ayat yang mengandung kata Arab serapan hikmah, fitnah dan amanah. Dengan menggunakan analisis teori semantik kontekstual.


(46)

10 BAB V merupakan penutup atau bab akhir, Penulis memaparkan tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian ini.


(47)

11 BAB II

KERANGKA TEORI

Analisis Semantik Kontekstual atas Penerjemahan Kata Arab Serapan (Studi Kasus kata Hikmah, Fitnah dan Amanah)

A. Penerjemahan

A.1 Pengertian Penerjemahan

Menurut Eugene A.Nida dan Charles R.Taber, dalam buku The Teory And Practice of Translation, menerjemahkan adalah memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya.9

Dibandingkan dengan menerjemahkan teks-teks lainnya, menerjemahkan teks al-Qur‟an sangat sulit karena menilai mukjizatnya. Karenanya, banyak sekali terjadi kesalahan dalam terjemahan-terjemhan al-Qur‟an.10

B. Penerjemahan al-Qur’an

B.1 Sejarah Penerjemahan al-Qur’an di Indonesia

Al-Qur‟ȃn al-Karîm diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia telah dilakukan oleh Abdul Ra‟uf al-Fansuri, seorang ulama dari Singkel, pada pertengahan abad ke 17 M, jelasnya ke dalam bahasa Melayu. Terjemahan tersebut bila dilihat dari segi ilmu bahasa/ tata bahasa Indonesia modern belum sempurna, namun pekerjaan itu sungguh besar artinya, terutama sebagai perintis jalan.

9

A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, (Flores: Nusa Indah,1989), h. 11

10


(48)

12 Diantara terjemahan yang lain ialah terjemahan yang dilakukan oleh kemajuan Islam di Yogyakarta, Qur‟an kejawen dan Qur‟an sundawiyah, terbitan percetakan A.B. Siti Syamsiah Solo, tafsir Hidayaturrahman oleh K.H. Munawir Khalil, tafsir al-Qur‟an Indonesia oleh Prof. Mahmud Yunus (1935). Terjemahan al-al-Qur‟an ke dalam bahasa Indonesia yang kemunculannya menimbulkan pro dan kontra ialah bacaan mulia oleh kritikus sastra H.B Jassin, yang dalam penerjemahan itu menggunakan pendekatan puitis.

Pemerintahan RI menaruh perhatian besar terhadap upaya terjemahan al-Qur‟an ini. Hal tersebut terlihat semenjak pola I pembangunan semesta berencana, sampai pada masa pemerintahan sekarang ini. Al-Qur‟an dan terjemahannya yang telah beredar di masyarakat dan yang telah berulang kali dicetak ulang dengan penyempurnaan-penyempurnaan, adalah bukti nyata dari besarnya perhatian pemerintah terhadap penerjemahan al-Qur‟an itu.11

B.2 Jenis-Jenis Terjemahan al-Qur’an

Penerjemahan itu berarti memindahkan suatu amanat dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Maka, teks yang sudah diterjemahkan itu bersifat penafsiran dan penjelasan. Karenanya, ketika menerjemahkan ke dalam bahasa yang dituju, harus memilih artikulasi yang akurat untuk memperoleh pemahaman akurat seperti yang diinginkan bahasa aslinya.12

11

M. Ali Hasan dan Rif‟at syauqi Nawawi. Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1988).h. 177 – 180

12


(49)

13 B 2.1 Penerjemahan Tekstual

Adalah penerjemahan setiap kata dari bahasa aslinya ke dalam kata dari bahasa penerjemah. Susunan-susunan kalimat, satu demi satu, kata demi kata diubah hingga akhir.

Contoh kalimat;

A’ȗdzubiȊȊahi min al-syaithȃni al-rajîm. Diterjemahkan;

Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.

Bismillȃhi al-rahmâni al-rahîm. Diartikan;

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Terjemahan seperti ini sangat sulit sekali, karena menemukan kata-kata yang sama dalam dua bahasa asli adalah pekerjaan yang tidak mudah. Kebanyakan penerjemah, karena alas an ini, mengalami banyak kesulitan. Selain itu, dalam banyak kasus, terjemahan-terjemahan seperti ini tidak bisa menjelaskan makna dengan sempurna. Hal ini disebabkan oleh ketidaksepadanan makna kata dalam bahasa asli dengan makna kata bahasa penerjemah.

Kami tidak perlu membahas penerjemahan tekstual ini tidak mampu memindahkan keindahan dan daya tarik pembahasan. Penerjemahan tekstual bisa dianggap sebagai metode penerjemahan yang paling tidak layak dan tidak mendapat tempat di hati para ilmuwan dan peneliti, khususnya yang berkaitan dengan


(50)

buku-14 buku ilmiah. Metode penerjemahan seperti ini bisa diterapkan untuk pengalihbahasaan kalimat pendek. Namun, jika pembahasan yang dipaparkan adalah pembahasan ilmiah dan panjang, maka metode ini tidak pernah bisa mengutarakan pokok pembahasan dan permasalahannya.

Penerjemahan al-Qur‟an secara tekstual akan menuai hasil yang buruk. Karena, kebanyakan ungkapan-ungkapan di dalamnya menggunakan berbagai macam kiasan, analogi dan ekstensi. Kiasan dan analogi setiap bahasa hanya khusus untuk bahasa itu sendiri dan hal itu tidak bisa digunakan ke dalam bahasa lain. Kalau kita ingin menerjemahkan ayat 29, surah al-Isra‟ dengan metode tekstual:

                     

walȃtaj’al yadaka maghlȗlatan ilȃ‘unuqika walȃ tabsuthȃ kulla al-basti fataqu’da

malȗmȃn mahsȗrȃn.

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya[852] Karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.

[852] Maksudnya: jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah.

Pembaca terjemahan ini akan kebingungan, mengapa Allah melarang membelenggu tangan dan mengulurkannya. Harus diperhatikan bahwa membelenggu tangan dalam bahasa Arab bermakna kikir dan mengulurkan tangan adalah dermawan.

B 2.2 Penerjemahan Secara harfiyah (lafdziyah)

Terjemahan secara harfiyah yaitu menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam bahasa sasaran di mana jumlah dan susunan kata dalam terjemahan disesuaikan dengan bahasa lainnya. Contoh, kalimat bismillȃh diartikan dengan menyebut nama


(51)

15 Allah yang secara harfiyah adalah dua kata yang diterjemahkan ke dalam bahasa pemakai yang sudah beredar di masyarakat, contohnya adalah terjemahan Al-Qur‟an Depag RI dari setiap edisi.

B 2.3 Penerjemahan Secara Tafsiriyah

Terjemahan secara tafsiriyah yaitu menerjemahkan arti ayat-ayat Al-Qur‟an di mana sisi penerjemah memusatkan perhatiannya pada arti Al-Qur‟an yang diterjemahkan dengan lafadz-lafadz yang tidak terikat oleh kata-kata dan susunan kalimat dalam bahasa asli. Model penerjemahan seperti itu juga sudah banyak di masyarakat. Salah satunya adalah karya Mahmud Yunus. Contohnya penerjemahan kata iqra’ menurut M. Qurais Shihab, kata iqra’ memiliki beraneka ragam arti,

yaitu diantaranya „menyampaikan‟, „menelaah‟, „membaca‟, „mendalami‟, „meneliti‟, „mengetahui ciri-ciri tertentu‟. 13

B.3 Kaidah-Kaidah Bahasa Arab yang Perlu Diperhatikan dalam Menerjemahkan al-Qur’an14

B 3.1 Redaksi yang bersifat umum ( = ȃmm)

a. („ȃmm) adalah lafaz yang mencakup semua anggotanya tanpa ada pembatasan. Seperti; Kull (setiap) seperti firman Allah: kullu nafsin dzȃiqatu al-maȗt (setiap makhluk hidup akan merasakan kematian). Lafaz-lafaz yang

13

Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misba, Vol. 15, h. 392-393.


(52)

16 dima‟rifahkan dengan „al‟ yang bukan lil ‘ahdi al (al untuk menunjukan bahwa hal tersebut telah disebut terlebih dahulu) contoh: inna al-insȃna lafî khusrin (sesungguhnya semua manusia berada dalam kerugian).

b. Isim nakirah dalam konteks nafyi, nahy, dan syarat, seperti:

falȃ rafatsa walȃ jidȃlu fî al-haji falȃ tsaqila lahumȃ ufin, ina ahada min al-musyrikîna istijȃraka fa ajrahu hattȃyasma’u kalȃmullȃhu.

B 3.2 Macam-Macam ȃmm

ȃmm terbagi menjadi tiga: pertama; „ȃmm yang tetap dalam keumumannya (al „ȃmm al-Baqi ala umumih). Contoh: wallȃhu ‘alȃ kulli syain

qadîr. Kedua; „Amm yang dimaksud khusus (al „amm al-murad bihi al-khusus).

Contoh: al-ladzîna qȃla lahumu al-nȃsa qad

jama’ȗ lakum. Kata „an-nas‟ yang kedua adalah Abu Sufyan. Keduanya tidak

dimaksudkan untuk makna umum. Ketiga; „Amm yang dikhususkan (al-„amm al -makhsus). „Amm semacam ini banyak ditemukan di dalam al-Qur‟an:

wallȃhu ‘alȃ al-nȃsihijju al-baiti man istatȃ’a ilaihi sabîlȃn.


(53)

17

Khȃs ( ) adalah lawan kata „amm, karena ia tidak menghabiskan semua apa yang pantas baginya tanpa hambatan. Sedangkan mukhasis ( ) adalah yang

mengkhususkan sesuatu yang umum. Mukhasis dibagi menjadi dua, yaitu muttasil

( ) dan munfasil ( ).

2. Logika Bahasa

innamȃ al-sadaqȃtu lil fuqarȃi wa al-masȃkîni wa al-ȃmilîna ‘alaihȃ wa al-muallafatu qulȗbihim wafî al-rraqȃbi wa al-ghȃrimîna wa sabîli Allȃh wa ibni sabîlin.

Menurut asal bahasanya mencakup seluruh taat dan ibadah. Maka jikalau diartikan secara umum, zakat bisa diberikan kepada setiap orang yang shalat, puasa, berdzikir, dan lain-lain.

Hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah mendahulukan hakikat syara‟ daripada adat dan bahasa, mendahulukan yang mahsyur daripada yang syadz. Juga memperhatikan makna asli kata agar tidak menggunakan kiasan sebelum ada qarinah yang memperbolehkan menggunakan kiasan. Qarinah tersebut ada tiga macam. Pertama, aqliyah, seperti: wa as alu al-qaryati allatî kanȃ fîhȃ. yang dimaksud di sini adalah penduduk desa bukan desa tersebut. Kedua


(54)

18 lafziah, seperti: mitslu nȗrahu kamisykȃti fîhȃ misbȃh ketiga:

„urfiah, seperti:

waqȃla fir’auna yȃhȃmȃni ibnu lî sarhȃn la’allȃ ablaghu al-asbȃbi

3. Memperhatikan Tujuan Kalimat

Memperhatikan tujuan bahasa al-Qur‟an yang beragam sangat membantu penerjemah untuk menerjemahkan ayat-ayat al-Qur‟an, seperti kata ijtinȃbun

dalam ayat pengharaman khamar. Banyak orang yang beranggapan kata tersebut tidak mengandung tahrim jazim (keharaman yang pasti), seperti pengharaman bangkai, darah, daging babi yang menggunakan kata hurmatun.

Kalau diteliti kata ijtinȃbun atau kata yang berasal darinya, selalu dibarengi

dengan kata syirik, dosa-dosa besar, atau perbuatan-perbuatan yang menyebabkan dosa besar, seperti yang terdapat pada surat al-Nahl, 36; al-Hajj, 30; al-Nisa, 31. Dari beberapa ayat disurah-surah itu dan maksud penggunaan kata ijtinȃbu tersebut,

kata lebih berat daripada tahrîmun.

4. Memperhatikan Konteks Kalimat

Salah satu aturan untuk menerjemahkan al-Qur‟an adalah harus memperhatikan konteks ayat, konteks kalimat yang berhubungan dengan maksud ayat. Imam al-Zarkazy dalam al-Burhan, seperti dikutip al-Qardhawy. Hal ini penting untuk


(55)

19 menentukan arti, seperti kata al-kitȃbu dalam al-Qur‟an mengandung banyak

arti, diantaranya mengandung arti al-qurȃnu

seperti dalam surah al-Baqarah, 2;

al-An‟am, 165; al-Hadid, 25. C.Wawasan Semantik

C.1 Pengertian Semantik

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti manandai atau melambangkan. Tanda atau lambang itu sendiri seperti dikemukakan Ferdinand De Saussure terdiri dari dua bagian, yaitu komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang disebut referen atau hal yang ditunjuk.15

C.2. Semantik Kontekstual

Teori Kontekstual (Nadzariyah Siyȃqiyah)

Konsep teori kontekstual diprakarsai oleh Antropologi Inggris Bronislaw Melinowski berdasarkan pengalamannya ketika ia hendak menerjemahkan konsep suku Trobriand yang diselidiki ke dalam bahasa Inggris. Ia tidak dapat menerjemahkan kata demi kata atau kalimat antardua bahasa. Itu sebabnya, ia

15 Abdul Chair,

Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet.


(56)

20 mengatakan, “the meaning of any utterace is what it does in some context of situation.” 16

J.R Firth dalam membuat pertimbangan terhadap karya B. Malinowski mengatakan bahwa yang mengemukakan teori konteks situasi ini mula-mula Philip Wegemer, lalu Sir Allan Gardiner, dan kemudian dia sendiri. Ia mengatakan obyek studi bahasa ialah penggunaan bahasa sehari-hari. Tujuan studi ini ialah memecahkan aspek-aspek bermakna bahasa sedemikian rupa sehingga aspek linguistik dan aspek nonlinguistik dapat dihubungkan nada korelasi.

Makna sebuah kata bergantung pada penggunaannya dalam bahasa (kalimat). Misalnya kata baik, jika ia bersanding pada seseorang maka makna terkait dengan budi pekerti yang dimiliki. Namun jika kata baik oleh seorang dokter kepada pasien, maka ia berarti sehat. Begitu juga jika kata baik oleh pedagang buah, maka artinya adalah segar, bersih dan bergizi.

Kata hub (mencintai) dalam kalimat ana uhibbu ummî (saya mencintai ibuku) yang disampaikan pada saat kesusahan dengan ana uhibbu umî dalam suasana lebaran, akan berbeda kadar makna mencintai karena konteks emosinya yang berbeda. Begitu pula penggunaan kata dalam konteks-konteks yang lain.17

Teori semantik kontekstual adalah teori semantik yang berasumsi bahwa sistem bahasa itu saling berkaitan satu sama lain diantara unit-unitnya, dan selalu

16 Jos Daniel Parera,

Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural

Edisi kedua (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991), h.74-75

17 Ahmad Muzakki,

Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang: UIN


(57)

21 mengalami perubahan dan perkembangan. Karena itu dalam menentukan makna, diperlukan adanya penentuan berbagai konteks yang melingkupinya. Teori yang dikembangkan oleh Wittgenstein ini menegaskan bahwa makna suatu kata dipengaruhi oleh empat konteks, yaitu: (a) konteks kebahasaan, (b) konteks emosional, (c) konteks situasi dan kondisi, dan (d) konteks sosio-kultural.

Konteks kebahasaan berkaitan dengan struktur kata dalam kalimat yang dapat menentukan makna yang berbeda, seperti taqdim (posisi didahulukan) dan ta‟khir (diakhirkan), seperti:

Ahmadun utimma qirȃatu al-kitȃbu

berbeda dengan

"

" qirȃatu al-kitȃbu utimuhȃ Ahmadun konteks emosional dapat

menentukan makna bentuk kata dan struksturnya dari segi kuat dan lemahnya muatan emosional, seperti dua kata yang berarti “membunuh”, yaitu ightȃla dan

qatala yang pertama digunakan dalam pengertian membunuh orang yang mempunyai

kedudukan sosial tinggi dan dengan motif politisi, sedangkan yang kedua berarti membunuh secara membabi buta dan ditujukan kepada orang yang tidak memiliki kedudukan sosial tinggi.

Konteks situasi adalah situasi eksternal yang membuat suatu kata berubah maknanya karena adanya perubahan situasi. Sedangkan konteks kultural adalah nilai-nilai sosial dan kultural yang mengitari kata yang menjadikannya mempunyai makna yang berbeda dari makna leksikalnya. Makna demikian dapat dijumpai dalam


(58)

22 peribahasa, seperti: balagha al-saili al-zubȃn maknanya adalah “Nasi

telah menjadi bubur”, bukan “air bah telah mencapai tempat yang tinggi”.

Menurut J.R. Firth, teori kontekstual sejalan dengan teori relativisme dalam pendekatan semantik bandingan antar bahasa. Makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Teori ini juga mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks situasi. Singkatnya hubungan makna itu bagi Firth, baru dapat ditentukan setelah masing-masing kata berada dalam konteks pemakaian melalui beberapa tataran analisis, seperti leksikal, gramatikal, dan sosio-kultural.18

Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks. Walaupun demikian, ada pakar semantik yang berpendapat bahwa setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi. Kedua kata itu baru mendapatkan makna sekunder sesuai dengan konteks situasi. Dalam kenyataannya kata itu tidak akan terlepas dari konteks pemakaiannya. Oleh karena itu, pendapat yang membedakan makna primer atau makna dasar dan makna skunder atau makna kontekstual secara tidak eksplisit mengakui pentingnya konteks situasi dalam analisis makna.

Teori ini dikembangkan oleh Filsuf Jerman Winttgenstein berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karena konteks itu

18 Moh. Matsna,

(Orientasi Semantik al-Zamarkhsyari (Kajian Makna Ayat-Ayat Kalam),


(59)

23 selalu berubah dari waktu ke waktu. Makna tidak mantap di luar kerangka pemakaiannya.19

Jika Anda mendengar ujaran “matikan”, makna akan muncul dalam pikiran Anda “matikan” apa. Ujaran “matikan” sudah pasti tidak muncul secara serta merta. Ujaran “matikan” berhubungan dengan pengetahuan sebelumnya atau pengetahuan bersama yang telah dimiliki bersama. Ujaran itu mungkin dapat bermakna “matikan lampu, matikan mesin mobil, matikan radio, matikan seekor binatang yang berbahaya, atau juga matikan seorang penjahat”. Untuk memahami makna sebuah wacana, perlu pemahaman akan konteks keberlangsungan ujaran-ujaran. Berbagi pengetahuan dan pengetahuan bersama merupakan salah satu syarat pemahaman wacana secara kontekstual. 20

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Misalnya, makna kata kepala pada kalimat berikut.

a. Rambut di kepala nenek belum ada yang putih. b. Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu. c. Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.

d. Beras kepala harganya lebih mahal dari beras biasa. e. Kepala paku dan kepala jarum tidak sama bentuknya.

Makna konteks juga dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa itu. sebagai contoh; tiga kali empat

19

Ibid., h.45 - 48

20J


(60)

24 berapa? Apabila dilontarkan di kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran Matematika berlangsung tentu akan dijawab “dua belas”. Kalau dijawab lain, maka jawaban itu pasti salah. Namun, kalau pertanyaan itu dilontarkan kepada tukang foto di tokonya atau di tempat kerjanya, maka pertanyaan itu mungkin akan dijawab “dua ratus” atau mungkin juga “tiga ratus” atau mungkin juga jawaban lain. Mengapa bisa begitu, sebab pertanyaan itu mengacu pada biaya pembuatan pas foto yang berukuran tiga kali empat centi meter.21

C.3 Rincian dalam Konteks22

Unsur-unsur pembicara, pendengar, dan benda atau situasi (keadaan, peristiwa dan proses) yang menjadi acuan di dalam konteks wacana dapat dirinci. Setiap orang (pembicara) memiliki cara untuk memperkenalkannya sesuai dengan konteks. Ciri-ciri orang dapat diperjelas acuannya, misalnya dengan Ciri-ciri fisik (luar) atau dengan uraian yang agak emosional, bahkan dapat pula dinyatakan dengan perbuatan yang sedang dilakukan orang tersebut. Bila perhatikan antara lain ada:

1. Rincian ciri luar (fisik);

Rincian ini dapat melibatkan ciri-ciri yang dimiliki oleh manusia, benda, binatang secara fisik, atau ciri luar yang menyangkut milik atau ciri luar bagian dari tubuh yang menonjol secara fisik. Contoh: Pandangannya tertuju kepada laki-laki yang tegap, berkumis tebal, dengan dahi lebar.

2. Rincian emosional

21 Abdul Chaer,

Linguistik Umum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), h. 288 - 291

22


(61)

25 Rincian emosional berhubungan erat dengan makna feeling di dalam semantik. Makna feeling (perasaan) berhubungan dengan sikap pembicara, situasi pembicaraan. Rincian emosional di dalam konteks wacana menyangkut masalah perasaan (emosi). Contoh: Gadis cantik yang mungil itu duduk bersimpuh di atas permadani.

3. Rincian perbuatan

Rincian perbuatan menyangkut upaya ragam tindakan yang dilakukan atau dialami oleh pelaku atau pengalam di dalam konteks wacana. Rincian perbuatan menunjukkan atau mengacu pada unsur-unsur sebagai ciri atau pewatas acuan (orang, binatang, benda tertentu). Contoh: Laki-laki yang sedang berjalan itu, guru saya. 4. Rincian campuran (mis., rincian emosional dan perbuatan)

Rincian campuran terjadi antara rincian emosional dan perbuatan, fisik dan perbuatan, atau fisik dan emosional, dan sebagainya. Upaya yang digunakan merupakan campuran dari rincian fisik, perbuatan, dan emosional, oleh karena itu disebut campuran. Contoh: Mila yang cantik itu mengambil gelas dari dapur, ia berbaju hijau pada waktu itu, serta rambutnya yang ikal sebatas bahu membuat wajah bulat itu bertambah menarik. Gelas itu diberikan kepada temannya yang berkumis tipis berperawakan mungil seperti perempuan, tangannya gemetar menuangkan wiski ke dalam gelas tadi.

C.4 Pentingnya Makna Kontekstual Dalam Terjemahan

Makna dan terjemah mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut Newmark menerjemahkan berarti memindahkan makna dari serangkaian atau satu unit linguistik dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Yang perlu dicermati adalah di


(62)

26 dalam sebuah wacana terdapat lebih dari satu macam makna. Oleh sebab itu menurut Suryawinata ada lima macam makna, yaitu makna leksikal, gramatikal, tekstual, kontekstual atau situasional, dan makna sosiokultural.23

Berkaitan dengan penerjemahan, makna merupakan referensi dasar bahasa yang selalu diperhatikan.24Teori semantik kontekstual dalam dunia penerjemahan memiliki peran yang sangat penting karena makna suatu kata seperti makna konotatif dalam prakteknya sangat bergantung pada konteks sekaligus relasi dengan kosa kata lainnya dalam kalimat. Contoh: kata kitȃbun dalam makna dasar bermakna

“buku” tetapi, ketika kata kitab dihubungkan dengan konsep Islam serta kemudian ditempatkan dalam hubungan erat dengan kata-kata penting al-Qur‟an seperti Allah, wahy, tanzil dan sebagainya akan mengalami pengembangan dan perluasan maknanya, seperti kitab suci, al-Qur‟an, maupun Bibel Yahudi dan Kristen ketika direlasikan dengan kata ahl dalam perbincangan al-Qur‟an.25

Makna kontekstual dalam terjemahan berfungsi satu lafadz berfungsi untuk menunjukan makna hakiki. Disamping itu, lafadz yang mengandung makna majazi

23

Makna dan Terjemahan”, artikel diakses Rabu, 2/3/2011 dari

http://www.himasaunpad..com/2010_12_01_archive.html

24 Frans Sayogie,

Penerjemahan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 136

25 phil. M. Nur Kholis Setiawan,

al-Qur‟an Kitab Satra Terbesar (Yogyakarta: Elsaq Press,


(63)

27 lebih halus diungkapkan dan mudah ditangkap, kerena bersifat inderawi, sehingga lebih mengena dalam hati pendengar. 26

Makna kontekstual menjadi sangat penting dalam penerjemahan karena makna kontekstual menjadi bagian dari teks yang mempengaruhi proses dalam penerjemahan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu teks terjemahan meliputi faktor kontekstual, tekstual dan penerjemahan. Makna kontekstual sangat berpengaruh terhadap hasil tulisan karena teks ditulis oleh seorang penulis pada suatu konteks tertentu. Oleh karena itu, segala hal yang dipahami penulis pada masa ia hidup akan mempengaruhi apa yang ditulisnya dalam teks tersebut. Sehubungan dengan itu, dalam menerjemahkan teks, konteks tidak dapat dilepaskan darinya.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan konteks produksi teks meliputi sejarah bahasa, penulis teks, budaya tempat teks ditulis atau dihasilkan, wilayah tempat teks dihasilkan, variasi sosial teks, dan topik teks. Dengan faktor-faktor inilah setiap penerjemah akan menghasilkan terjemahan yang berbeda dari suatu teks yang sama. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti kompetensi penerjemah, wawasannya dan kamus yang digunakannya dalam proses menerjemahkan.

Teks tidak muncul begitu saja, tetapi teks dihasilkan dari suatu ruang dan waktu tertentu di suatu masa. Jika sebuah teks ada sekarang, teks tersebut tentunya

26 Moh. Matsna HS,

(Orientasi Semantik al-Zamarkhsyari (Kajian Makna Ayat-Ayat Kalam),


(64)

28 diproduksi dari masa yang lebih lampau daripada sekarang. Dengan kata lain, teks bertalian dengan sejarah.27

D. Kata Serapan

D.1.Pengertian Kata Serapan

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa daerah asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda atau Inggris.28 Kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang berasal dari bahasa Arab cukup banyak, diperkirakan sekitar 2.000 - 3.000. Namun frekuensinya tidak terlalu besar. Secara relatif diperkirakan jumlah ini antara 10 % - 15 %. Sebagian kata-kata Arab ini masih utuh dalam arti yang sesuai antara lafal dan maknanya, dan ada sebagian lagi berubah.29

Kata serapan merupakan salah satu faktor yang sangat aktif dalam menentukan perkembangan bahasa. Penyerapan terjadi akibat adanya kontak antar bahasa-bahasa lain, sehingga menimbulkan adanya saling pengaruh dalam bahasa mereka dan pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata karena perkembangan antar bahasa yang saling mempengaruhi pastilah saling berbeda. Oleh karena itu, kata-kata serapan pasti ada pada setiap bahasa di dunia. Sebagaimana di

27 Muh. Arif Rokhman,

Penerjemahan Teks Inggris (Teori dan Latihan Dilengkapi Teks-Teks

Ilmu Sosial & Studi Humaniora) (Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2006), h. 11-12

28 DEPDIKNAS RI,

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan &

Pedoman Umum Pembentukan Istilah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005) h. 28-29

29

Daftar Kata Serapan dari Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia”, artikel diakses pada 27

Oktober 2010 dari


(1)

83 B. Saran

Masih terbatasnya Penulis dalam menganalisis kasus ini. Oleh karena itu, tema-tema lain yang belum dibahas dalam semantik dapat dikaji pada penelitian-penelitian selanjutnya. Serta, pada peneliti berikutnya diharapkan bisa memaparkan lebih terperinci tentang kasus-kasus dalam penerjemahan apalagi yang dianalisis dengan menggunakan teori semantik kontekstual.


(2)

84 DAFTAR PUSTAKA

al- Hafidz, Ahsin w. Kamus Ilmu al- Qur‟an. Jakarta: Amzah, 2006.

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Kontemporer Arab – Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesatren Krapyak, 1988.

AM. Fatwa, “Dakwah bil-Hikmah” Artikel dari Harian Umum Republika edisi 22 Februari 1997 pada rubrik Hikmah.

Artmanda w, Frista. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media, 2008.

Badudu, J.S. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994.

Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.

___________. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia cet. Ke-2. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

___________. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994.

el kazimy, Musa. “Penyimpangan Kata Serapan (Faux Amis) dalam Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab (Analisis Buku Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia)”. Skripsi S1 Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2006.


(3)

85 Hasan, M. Ali dan Rif‟at syauqi Nawawi. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: PT. Bulan

Bintang, 1988.

Hasan, Zis Muzahid .“Amanah”, Artikel bersumber dari Harian Umum Republika edisi 19 Februari 1997 pada rubrik Hikmah.

Hidayatullah, Moch. Syarif. Tarjim al-an (Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia) Jakarta: Dikara, 2010.

Johannes dan Heijer. A Guide to Arabic Transliteration/ Pedoman Translitrasi. Jakarta: INIS, 1992.

Kamarulzaman, Aka dan M. Dahlan Y. Al Barry. Kamus Ilmiah Serapan. Yogyakarta: Absolut, 2005.

Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT Lauder. Pesona Bahasa (Langkah Awal Memahami Linguistik). Jakarta: Ende Flores, 2008.

Ma‟rifat, M. Hadi. Sejarah al-Qur‟an. Jakarta: al-Huda, 2007.

Matsna, Moh. Orientasi Semantik al-Zamarkhsyari (Kajian Makna Ayat-Ayat Kalam). Jakarta: Anglo Meedia, 2006.

Munawwir, Ahmad Warson. Al- Munawwir Kamus Arab- Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progressif, 2002.

Musdah. “Muslimah Reformasi: Perempuan Pembaru Keagamaan”. Bandung: Mizan, 2005.

Muslich, Mansur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia (Kajian Ke Arah Tata Bahasa). Jakarta: Bumi Aksara, 2008.


(4)

86 Muzakki, Ahmad. Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama. Malang:

UIN Malang Press, 2007.

Parera, Jos Daniel. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural Edisi kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1991.

_______________. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Seri II.

Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

RI, DEPDIKNAS. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: CV Pustaka Setia, 2005. Rokhman, Muh. Arif. Penerjemahan Teks Inggris (Teori dan Latihan Dilengkapi Teks-Teks Ilmu Sosial & Studi Humaniora. Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2006.

Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Setiawan, phil. M. Nur Kholis. al-Qur‟an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: Elsaq Press, 2005.

Shihab, M. Quraish. Lentera al-Qur‟an (Kisah dan Hikmah Kehidupan). Bandung: PT Mizan Pustaka Anggota, 2002.

________________. Lentera al-Qur‟an (Kisah dan Hikmah Kehidupan).Bandung: PT Mizan Pustaka Anggota IKAPI, 2008.


(5)

87 ________________. Secercah Cahaya Ilahi (Hidup Bersama al-Qur‟an). Bandung:

PT Mizan Pustaka, 2007.

________________. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an Volume 2. Jakarta: Lentera hati, 2007.

________________. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an Volume 9. Jakarta: Lentera hati, 2007.

________________. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an Volume 4. Jakarta: Lentera hati, 2007.

________________. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an Volume 3. Jakarta: Lentera hati, 2007.

________________.Tafsir Atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu. Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

________________. Al-Qur‟an dan Maknanya. Jakarta: Lentera Hati, 2010.

Umar, Nasaruddin. Argumen Kesearaan Jender: Perspektif al-Qur‟an. Jakarta: Paramadina, 2001.


(6)

88 Media Elektronik

http://www.hendroprasetyo.com/2007/03/23/dengan judul bahasa-tidak-bisa-diterjemahkan‟/

http://www.csrc.or.id/artikel/index.php?detail=20100712091031

(http://karangful.multiply.com/journal/item/14/Bahasa_dan_Terjemah_Sebuah _Pengantar_Metodologis

http://www.hayattoel.com/2010/04/musibah-dalam-perspektif-al-quran.html?zx=48a6e0c9cc82771b

http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Arab_dalam_b ahasa_Indonesia

http://old.nabble.com/-sastra-pembebasan--Hikmah,-Khazanah-Islam-yang-Diabaikan.-td17549005.html

http://www.himasaunpad.com/2010_12_01_archive.html

http://tafsirbetawie.wordpress.com/2009/08/13/m-quraish-shihab-dan-tafsirnya/