40
1. Hukum Perkawinan
Sistematika kompilasi mengenai hukum perkawinan ini adalah sebagai berikut:
16
a. Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 b.
Bab II Dasar-Dasar Perkawinan Pasaal 2-10
c. Bab III
Peminangan Pasal 11-13 d.
Bab IV Rukun dan Syarat Perkawinan Pasal 14-29
e. Bab V
Mahar Pasal 30-38 f.
Bab VI Larangan Kawin 39-44
g. Bab VII
Perjanjian Perkawinan Pasal 45-52 h.
Bab VIII Kawin Hamil Pasal 53-54
i. Bab IX
Beristeri Lebih dari Satu Orang Pasal 55-59 j.
Bab X Pencegahan Perkawinan Pasal 60-69
k. Bab XI
Batalnya Perkawinan Pasal 70-76 l.
Bab XII Hak dan Kewajiban Suami Isteri Pasal 77-84
m. Bab XIII
Harta Kekayaan dalam Perkawinan Pasal 85-97 n.
Bab XIV Pemeliharaan Anak Pasal 98-106
o. Bab XV
PerwalianPasal 107112 p.
Bab XVI Putusnya Perkawinan Pasal 113-148
q. Bab XVII
Akibat Putusnya Perkawinan Pasal 149-162 r.
Bab XVIII Rujuk Pasal 163-169
s. Bab XIX
Masa Berkabung Pasal 170
16
Ibid, h. 6-66.
41
Bilamana kita perhatikan kerangka sistematika tersebut ternyata ada beberapa materi yang dapat digabung satu dengan yang lainnya dan ada pula
pengaturan yang seharusnya tidak perlu dimasukkan dalam satu bab tersendiri.
2. Hukum Kewarisan
Sistematika kompilasi mengenai hukum kewarisan adalah lebih sempit bilamana dibandingkan dengan hukum perkawinan sebagaimana yang telah
diuraikan di muka kerangka sistematikanya adalah sebagai berikut:
17
a. Bab I
Ketentuan Umum Pasal 171 b.
Bab II Ahli Waris Pasal 172-175
c. Bab III
Besarnya Bahagian Pasal 176-191 d.
Bab IV Aul dan Rad Pasal192-193
e. Bab V
Wasiat Pasal 194-209 f.
Bab VI Hibah Pasal 210-214
Dalam kompilasi Buku kedua ini, persoalan agama tidak ditemukan apakah perbedaan agama akan menghilangkan hak waris.
3. Hukum Perwakafan
Bagian terakhir atau Buku Ke-III Kompilasi Hukum Islam KHI adalah tentang Hukum Perwakafan. Adapun sistematikanya adalah sebagai
berikut:
18
17
Ibid., h.77-78.
18
Ibid., h.81.
42
a. Bab I
Ketentuan Umum Pasal 215 b.
Bab II Fungsi, Unsur-Unsur dan Syarat-Syarat Wakaf Pasal 216-222
c. Bab III
Tata Cara Perwakafan dan Pendaftaran Benda Wakaf Pasal 223-224
d. Bab IV
Perubahan, Penyelesaian dan Pengawasan Benda Wakaf Pasal 225-227
e. Bab V
Ketentuan Peralihan Pasal 228 Dalam Bab ini isinya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan dua buku
terdahulu sehingga tidak banyak hal yang perlu dikomentari dalam bagian ini. Selain itu, materi hukumnya juga sedikit berbeda, kalau materi hukum dua
buku terdahulu disebut sebagai materi hukum yang bersifat peka, sedangkan mengenai perwakafan adalah termasuk dalam lapangan hukum yang bersifat
sedikit agak netral.
BAB IV GAMBARAN UMUM PROFIL KUA KECAMATAN CILANDAK
A. Seputar Letak Geografis wilayah KUA Kec. Cilandak Kota Jakarta Selatan.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan masalah seputar nikah beda Agama dan pencatatannya menurut Undang-undang no. 1 tahun 1974
tentang perkawinan. Pembahasan selanjutnya adalah dengan lebih memfokuskan pada objek penelitian yaitu KUA Kecamatan Cilandak Kota Jakarta Selatan.
Kantor Urusan Agama adalah Instansi terdepan Departemen Agama Republik Indonesia di tingkat Kecamatan. Peran dan fungsi Kantor Urusan
Agama adalah melaksanakan sebagian tugas Kepala Kantor Departemen Agama Tingkat Kotamadya d bidang Urusan Agama Islam.
1
Kantor KUA Kecamatan Cilandak adalah pemekaran dari KUA Kecamatan Kebayoran Lama , karena pada awalnya adalah berada di wilayah
Kecamatan Kebayoran Lama, akan tetapi sekarang terpisah dari KUA Kecamatan Kebayoran Lama. Hingga pada akhirnya tanggal 21 Februari 1992 KUA
Kecamatan Cilandak diresmikan oleh Gubernur Kepala DKI Jakarta yaitu Bapak Wiyogo Atmodarminto. KUA Cilandak sekarang ini terletak berdampingan tidak
jauh dengan Kantor Kecamatan Cilandak, tepatnya di Jl. KH. Muhasyim VII
1
KUA Kecamatan Kebayoran Lama, Laporan Tahunan KUA Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2008
, h. 1.
43