BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan semakin mudahnya kita menerima dan mengirimkan suatu informasi keberbagai belahan dunia melalui media
massa, tentu saja berpengaruh besar pada tatanan masyarakat dan nilai-nilai di suatu wilayah atau Negara tertentu. Kemajuan teknologi menjadi penyebab utama dari
perubahan itu semua, bermula pada dekade sebelum abad ke 20, saat itu alat-alat mekanik yang menyertai lahirnya komunikasi massa hanyalah alat-alat percetakan
yang menghasilkan surat, buku, majalah, brosur dan materi cetakan saja. Pada dasawarsa pertama abad ke 20 disusul dengan film dan radio yang digunakan secara
luas. Pada dekade berikutnya barulah muncul perkembangan televisi bahkan hingga hari ini sudah memasuki era telekomunikasi dengan digunakannya sistem satelit
ruang angkasa dan jaringan komputer. Revolusi teknologi sering kali disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial.
Alvin Tofler melukiskan tiga gelombang peradaban manusia yang terjadi akibat perubahan teknologi yang meliputi sistem energi, sistem produksi, dan sistem
distribusi membentuk serangkaian perilaku sosial yang sesuai dengannya. Bersamaan dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi infosphere yang dapat
mempengaruhi suasana kejiwaan setiap anggota masyarakat. Marshall McLuhan menyebutkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media
2 komunikasi.
1
Menurut Dominick komunikasi massa sendiri di dalam masyarakat memiliki fungsi sebagai pengawasan surveillance, penafsiran interpretation,
keterkaitan linkage, penyebaran nilai transmission of values, dan hiburan entertainment.
2
Dengan adanya perkembangan teknologi yang sedemikian rupa membuat dunia dakwahpun seakan tidak mau ketinggalan dalam pemanfaatannya. Karena
dengan adanya perkembangan teknologi, perkembangan dakwah menjadi lebih mudah, inovativ dan variatif. Dakwah yang biasanya hanya bisa kita dapatkan
dimasjid atau majlis-majlis tertentu, kini sudah dapat dinikmati diberbagai tempat. Di rumah, di jalan, di dalam kendaraan, bahkan di pasar pun dakwah dapat dengan
mudah kita dapat. Dengan kemajuan teknologi yang ada, seorang da’i pendakwah yang tengah berdakwah di satu daerah dapat disaksikan dan didengar oleh masyarakat
di daerah lain. Begitu pula dengan metode dakwah yang ada, dengan kemajuan teknologi dakwah kini tidak harus melalui seorang da’i tertentu, tapi kini lebih
bersifat variatif, dakwah atau pesan moral tidak lagi hanya di dapat melalui sekolah, guru dan orangtua, karena perkembangan media massa dapat menjadi alternatif untuk
mendapatkan itu semua. Menurut M. Bahri Ghazali dalam bukunya dakwah komunikatif, “Dakwah dengan menggunakan media komunikasi lebih efektif dan
1
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, 21
th
ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, h. 45-46.
2
Elvinaro Ardianto, KOMUNIKASI MASSA: Suatu Pengantar Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, hal. 15.
3 efisien atau dengan kata lain, dakwah yang demikian disebut dakwah yang
komunikatif”.
3
Dengan adanya
perkembangan teknologi
para pendakwah
dapat mengkreasikan kemasan dakwah yang ingin mereka sampaikan. Kemasan dakwah
yang beragam seperti sinetron dan film islami, kuis interaktif hingga drama reality religi pun dapat menjadi pilihan pemirsa. Tayangan acara Realigi yang ditayangkan
setiap hari Senin pada pukul 20.05, Rabu pukul 20.05, Kamis pukul 22.30 dan Jumat pukul 22.30 di Trans TV ini merupakan salah satu contoh dari keberagaman inovasi
dakwah dan penyebaran nilai-nilai keislaman transmission of values melalui media massa. Terlebih acara ini ditayangkan di waktu yang sangat tepat prime time, yaitu
waktu dimana acara televisi sedang ditonton oleh banyak pemirsanya. Walaupun ada beberapa hari yang tidak ditayangkan di prime time tetapi mengemas acara yang
bersifat religi di waktu-waktu strategis prime time tentu bukanlah pekerjaan mudah, karena sang programmer harus bersaing keras dengan stasiun-stasiun TV lainnya
yang tengah menayangkan acara-acara hiburan. Oleh karena itu diperlukan inovasi dan variasi yang benar-benar matang, agar tayangan dakwah pun dapat dinikmati
sebagai hiburan yang menyegarkan sekaligus menjadi ajang untuk menambah wawasan dan keimanan.
Realigi sendiri adalah acara berepisode yang menceritakan perjalanan hidup seseorang yang dipenuhi dengan penyimpangan-penyimpangan kemaksiatan
menuju kehidupan yang lebih baik pertaubatan. Kisah tentang anak yang durhaka,
3
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1997, h. 33.
4 perjudian, perdukunan, pelacuran dan bermacam penyimpangan perilaku lain
biasanya menjadi tema utama dalam tayangan ini, yang kemudian dibalut dengan berbagai macam solusi untuk mengentaskan penyimpangan yang ada dan walaupun
usaha yang dilakukan tidak selamanya diakhiri dengan perbaikan pertaubatan diri sang pelaku. Program ini tidak menggunakan host, namun di samping keberadaan
Tim Trans TV akan ada seorang konselor dan motivator Ustadz, Psikolog, dll. Melalui tayangan yang sarat akan pesan moral, informasi dan hiburan ini penulis
ingin mengetahui lebih lanjut keefektifitasan komunikasi massa yang terjadi di dalam diri penerimanya receiver setelah menyaksikan acara tersebut.
Adapun subyek yang akan di jadikan penelitian adalah para siswa-siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang. Pemilihan remaja untuk menjadi subyek dalam
penelitian ini dikarenakan masa remaja sedang mengalami masa transisi, sehingga segala sesuatu atau peristiwa dapat memengaruhi pola pikir mereka yang akhirnya
dapat membentuk suatu persepsi dalam diri mereka. Menurut Zakiah Daradjat di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, masa remaja awal itu memasuki masa goncang
karena disebabkan pertumbuhan yang cepat di segala bidang.
4
Percepatan pertumbuhan itu menyebabkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan dan
kekuatiran.
5
Mengingat kebanyakan para siswa SMU SMA merupakan konsumen setia media massa yang tidak selalu suka dengan tayangan religi yang bersifat serius dan
monoton, maka tayangan Realigi ini dianggap sebagai tayangan alternatif yang cocok
4
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang, 2003, h. 132.
5
Ibid., h. 133.
5 untuk anak-anak seusia mereka. Karena tidak hanya bersifat menghibur, tapi dalam
tayangan ini juga dilengkapi dengan unsur-unsur dakwah yang sudah tentu sarat akan pesan-pesan moral. Selain itu siswa SMA Muhammadiyah 25 Pamulang sudah dapat
dikatakan mempunyai umur dan pengetahuan yang cukup untuk mengolah suatu informasi dengan baik, sehingga nantinya akan dapat diketahui respon apa yang
mereka dapat setelah menyaksikan tayangan Realigi ini, serta perubahan-perubahan apa saja yang mereka dapat setelah menonton tayangan Realigi. Baik dari segi sikap,
pengetahuan maupun perilaku nyata. Wargner berpendapat “Banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu
sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin
menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostik atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai
sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan me
reka sendiri.”
6
Berdasarkan uraian di atas, kiranya amatlah penting arti sebuah respon masyarakat terhadap sebuah tayangan di media massa. Karena melalui respon
masyarakatlah keberhasilan dan keterpurukan suatu program di media massa dapat diukur. Selain bersifat menghibur, media massa, khususnya televisi hendaknya juga
dapat memberikan sumbangsih dalam menanamkan nilai-nilai luhur dalam diri penggunanya.
Oleh karena itu penulis akan membahas lebih lanjut respon masyarakat tentang tayangan Realigi ini dalam skripsi yang diberi judul
“Respon Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Terhadap Tayangan Realigi di Trans TV
”.
6
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan Jakarta: Erlangga, t.t., h. 222.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah