19 Sedangkan Muh. Labib sendiri mendefinisikan sinetron sebagai wacana atau
teks audio visual yang bermuatan gambaran realitas sosial virtual atau tiruan dari realitas sosial nyata.
22
2. Karakteristik sinetron
Sinetron sebagai salah satu tayangan yang banyak digemari masyarakat mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya:
Pertama, sinetron disajikan sekilas. Sinetron adalah tayangan televisi yang hanya sekali dilihat dan didengar. Penonton tidak dapat mengulang sinetron tersebut
sesuai dengan keinginannya. Sinetron dapat diulang kembali apabila episodenya sudah usai ditayangkan dan banyak penonton yang meminta untuk mengulang
kembali sinetron tersebut, ini bisa disebut dengan rerun. Sinetron rerun biasanya ditayangkan di luar waktu prime time seperti di pagi hari atau di siang hari
Kedua, sinetron menampilkan gambaran dramatik. Sinetron merupakan pengadegan dari suatu cerita sehingga ditampilkan secara dramatik sesuai dengan
naskah yang telah disiapkan sebelumnya oleh produser maupun penulis naskah. Ketiga, sinetron menampilkan gambaran yang konkret sebagai pengalaman
langsung kepada penontonnya. Sinetron menyajikan rangkaian cerita ataupun peristiwa dengan perannya sehingga itu terlihat sebagai suatu realita kehidupan. Hal
inilah yang menjadi pengalaman bagi penontonnya. Keempat, sinetron bertutur dalam bingkai episodik. Sinetron merupakan
sajian dialogis yang terbagi dalam bagian-bagian adegan. Bagian-bagian adegan ini
22
Muh Labib, Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial Jakarta: PT. Mandar Utama Tiga Books Division, 2002, h. 23.
20 tersaji secara episodik sesuai dengan panjang pendeknya cerita yang hendak
ditampilkan. Kelima, sinetron menghadirkan perasaan personal sampai mampu mengikat
penontonnya. Penonton yang menyaksikan sinetron merasa larut dan menjadi dekat bahkan dapat pula merasa menjadi bagain dari ceritanya. Hal ini dapat menimbulkan
rasa puas dan minat yang besar bagi penontonnya, sehingga membuat penonton merasa terikat dan kehilangan sesuatu jika tidak menyaksikan sinetron tersebut. Rasa
tidak ingin kehilangan satu episode pun akan membuat penonton rela untuk mengorbankan kegiatan yang lain demi menyaksikan sinetron tersebut.
Keenam, sinetron mampu mengubah citra lama menjadi citra baru. Para pemeran tokoh yang jahat tidak jarang di cap jahat juga dalam kehidupan sehari-hari
dan sebaliknya. Ibu tiri digambarkan kejam, maka masyarakat juga mengecap setiap ibu tiri pasti kejam dan begitu pula sebaliknya.
Ketujuh, sinetron mampu menanamkan kesadaran semu bahkan keliru pada penontonnya. Pengadegan ataupun perilaku yang diperankan oleh para pemeran
sinetron akan diartikan sebagai pembenaran bagi penontonnya sehingga tidak menyadari kalau perilaku yang diperankan tersebut keliru atau tidak dapat
dibenarkan. Selain itu penonton sinetron juga akan menganggap bahwa setiap baju, model rambut dan aksesoris para pemeran yang dikenakan artis sinetron pasti
merupakan produk yang baik bagi penontonnya. Walaupun semua itu belum tentu demikian realitasnya.
Kedelapan, sinetron mengubah para pemain sinetron menjadi bukan jati dirinya sendiri. Setiap pemain sinetron harus mampu memainkan karakter orang lain
21 yang berbeda dengan karakter dirinya. Semakin mampu memainkan karakter yang
berbeda-beda maka artis tersebut akan semakin diakui dan dapat disebut sebagai pemain watak.
Kesembilan, sinetron dapat mengatur jadwal kegiatan penontonnya. Ketika sinetron yang disukai akan ditayangkan, maka para penonton setianya telah siap di
depan televisi. Suatu ketika sinetron tersebut ditayangkan lebih awal karena ada sesuatu hal maka para penontonnya akan rela pulang cepat dari aktifitasnya hanya
untuk menonton sinetron tersebut. Mereka tidak mau tertinggal satu episode pun.
23
3. Jenis-jenis sinetron