17 lain untuk memberikan respon-respon dengan cara tertentu, proses pemindahan atau
pertukaran informasi ini bersifat timbale balik dan mempunyai efek.
13
Teori stimulus respon memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Pesan karenanya tidak
ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya secara individu, tetapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi
merupakan keharusan. Sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan, diasumsikan tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.
14
Teori stimulus respon juga memandang bahwa sikap dapat berubah karena adanya rangsangan atau daya tarik yang disebut stimulus dari subyek yang diterima
obyek. Kuat lemahnya rangsangan akan menetukan mutu atau kualitas responden reaksi, tanggapan dan balasan dari obyek yang menerima stimulus.
15
B. Film atau Sinetron
1. Pengertian Fim atau Sinetron
Sinema elektronik sinetron adalah sinema yang di produksi dan diniatkan untuk tayangan televisi, bukan tayangan layar lebar yang bisa dan biasa ditayangkan
melalui layar tevisi.
16
Adapun pengertian sinetron itu sendiri menurut Undang-Undang UU perfilman ayat 1 pasal 1 adalah:
13
Winarmi, Komunikasi Massa Malang: UMM Press, 2003, h. 58.
14
Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran Jakarta: Kencana, 2005, h. 22.
15
Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah Bandung: CV Pustaka Setia, 1997, h. 9.
16
Muh Labib, Potret Sinetron Indonesia: Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial Jakarta: Mandar Utama Tiga Books, 2002, h. 107.
18 “Pengertian sinetron sama dengan pengertian film, yaitu karya cipta
seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengan yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita
video, piringan video dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau
proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukan atau
ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau yang lainnya.”
17
Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika keindahan yang
sempurna.
18
Menurut Alex Shobur, film ialah bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada
kecenderungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan.
19
Film merupakan teknologi hiburan massa yang dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas disamping pers,
radio dan televisi.
20
Sinetron menurut Bambang Marhiyanto sebagai film atau pertunjukan sandiwara.
21
17
Panitia tetap FSI, Pedoman Penyelenggaraan FSI Jakarta: Pantap FSI, 1994
18
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, h. 134.
19
Asep Kurniawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam-Mengembangkan Tabligh Melalui Media Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film dan Media Digital Bandung: Benang Merah
Press, 2004, h. 95.
20
Sean Mac Bride, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, aneka Suara Satu Dunia Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983, h. 120.
21
Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Surabaya: Media Center, t.t., h. 574.
19 Sedangkan Muh. Labib sendiri mendefinisikan sinetron sebagai wacana atau
teks audio visual yang bermuatan gambaran realitas sosial virtual atau tiruan dari realitas sosial nyata.
22
2. Karakteristik sinetron