ada pendapat bahwa mereka tidak dikisas, tetapi hanya wajib membayar diat.
48
Dalam hal ini Imam Malik berpendapat juga mengenai tindak pidana yang dilakukan secara tidak langsung maka pelaku harus bertanggung jawab terhadap
perbuatannya. Misalnya seseorang yang mengejar orang lain dengan hunusan pedang kemudian orang itu lari kemudian orang itu tertinpah genteng yang mengakibatkan
luka atau patah. Maka dalam hal ini dia telah memaksa untuk lari sehingga atas perbuatannya itu untuk mempertanggungjawabkan. Hukuman pokok tindak pidana
atas selain jiwa penganiayaan disengaja adalah hukumannya kisas dan diat.
49
Mengenai tindak pidana kekerasan yang dilakukannya secara berencana maka pelaku harus di kisas sesuai dengan apa yang mereka lakukan terhadap korban, baik
perbuatannya itu bisa di bedakan maupun tidak. Misalnya jika mereka mencukil mata korban, memotong kaki dan tangannya maka hukuman masing-masing harus di
cungkil, matanya, dipotong kaki dan tangannya.
D. Pelaksanaan Hukumannya Menurut Imam Syafi’i
Mengenai hak dalam turut serta dan sebab menurut Imam Syafi’i beliau berpendapat bahwa lebih demokratis artinya pendapat beliau ketika melihat kasus
siapa pelaku, dengan beberapa orang maka di setiap pelakunya itu di hukum sesuai dengan apa yang di perbuat masing-masing.
50
Kemudian Imam asy-Syafi’i berpendapat dijelaskan dalam karangannya
48
Yafie dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 29
49
Yafie dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 25
50
Yafie, dkk Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h. 21
dibagian bab kitabul jaraahul ambdi bahwa perbuatan sengaja di dalam penganiayaan, adakalanya murni disengaja atau menyerupai di sengaja. Murni di
sengaja adalah perbuatan yang biasanya menimbulkan akibat. Adapun menyerupai disengaja adalah perbuatan yang biasanya tidak menimbulkan akibat. Misalnya,
seseorang yang menampar kepala orang lain kemudian kepala tersebut bengkak sampai terbelah sehingga terlihat tulangnya, maka perbuatan tersebut dianggap tindak
pidana menyerupai disengaja. Dikatan menyerupai disengaja karena biasanya tamparan tidak mengakibatkan luka yang sampai terlihat tulangnya. Jika ada orang
melempar dengan kerikil kemudian kerikil tersebut membuat bengkak dan mengakibatkan luka sampai terlihat tulang, perbuatan tersebut dianggap tindak pidana
menyerupai disengaja karena biasanya lemparan kerikil tidak mengakibatkan luka sampai terlihat tulangnya.
51
Didalam bab At-salaasah yaqtuluuna rojula yushiibunahu bi jarohin orang bertiga membunuh satu orang lalu menyebabkan terluka, Imam Syafi’i berpendapat
bahwa orang yang melakukan pengroyokan atau tindak kekerasan secara kolektif terhadap satu orang dengan tindakan yang sama misalnya dengan melakukan
pemotongan tangannya atau memotong anggota badan lainnya maupun dengan cara lemparan secara bersama-sama maka perbuatan ini dapat di hukum dengan hukuman
qisas.
52
51
Abu Abdillah Bin Muhammad Idris As-Syafi’i, , Al-Umm, Beirut Libanon: Darul Fikr, 1990, juz. 6, jilid. 3 hal. 8
52
Ibid, hal. 24
Kebersamaan mereka pada anggota badan tidak bisa dibedakan antara perbuatan yang satu dan yang lain. Adakalanya mereka memberi kesaksian yang
menyebabkan pemotongan kemudian mereka mencabut kesaksiannya, atau memaksa orang lain untuk memotong anggota badan, maka orang yang memaksa dan dipaksa
wajib dipotong. Bisa juga mereka bersama-sama melemparkan batu pada korban sehingga anggota badan korban terpotong, atau memotong tangan dan mencukil mata
dengan satu pukulan, atau meletakkan besi pada persendian lalu mereka bersama- sama menaiki sampai persendiannya terputus.
Jika masing-maising memotong satu bagian, atau salah seorang memotong bagian persendian lalu yang lain meneruskan, atau masing-masing memukul dengan
satu pukulan, atau mereka meletakkan gergaji diatas persendian, kemudian setiap orang menjalankanya sampai tangannya terpotong di sini tidak ada kisas kerena
masing-masing dari mereka tidak memotong tangan dan tidak bersama-sama memotong semuanya. Jika perbuatan masing-masing bisa dikisas secara sendiri-
sendiri, masing-masing harus dikisas.
53
Sedangkan tindak pidana kekerasan kolektif itu, dilakukannya dengan masing-masing memotong salah satu anggota tubuhnya atau melakukan pemukulan
dengan tangan masing-masing satu pukulan atau bahkan ada yang meletakan gergaji di pahanya sehingga patah kakinnya. Maka perbuatan ini tidak di kisas secara
bersamaan melainkan di kisas secara sendiri-sendiri sesuai apa yang dilakukannya
53
Yafie dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, h 29
masing-masing. Perlu diingat dalam pendapatnya Imam Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hambal
mereka mengatakan bahwa tidak mensyaratkan adanya rencana dalam tindak pidana penganiayaan. Faktor kebetulan juga cukup membuat mereka harus dikisas.
Pembagian tindak pidana penganiaayaan menjadi disengaja dan menyerupai disengaja, maka hukumannya kisas bagi yang disengaja, sedangkan menyerupai
disengaja hukumannya diat. Hal ini mereka berpedoman pada syarat tindak pidana atas jiwa.
E. Pelaksanaan Hukumannya Menurut Imam Ahmad