5. Pokok-pokok Sikap Keberagamaan Dalam Ajaran Islam
Pokok-pokok pilar-pilar keberagamaan dalam ajaran Islam menurut Yusuf Al-Qardhawi secara garis besar dibagi tiga, yaitu akidah
tauhid, ibadah dan akhlak moral.
29
a. Akidah
Dari segi istilah, pengertian akidah sering disamakan dengan pengertian iman. Sayid Sabiq mengartikan keimanan akidah
tersusun dari enam perkara, yaitu: 1.
Ma’rifat kepada Allah, yaitu ma’rifat terhadap nama-nama- Nya, dan ma’rifat dengan bukti-bukti wujud atau ada-Nya
serta kenyataan sifat keagaungan-Nya. 2.
Ma’rifat kepada alam yang ada dibalik alam semesta yakni alam yang tidak dapat dilihat.
3. Ma’rifat kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada
Rasul. 4.
Ma’rifat kepada para Nabi dan Rasul. 5.
Ma’rifat kepada hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan itu.
6. Ma’rifat kepada takdir qadha dan qadar Allah.
30
Dengan memperhatikan penjelasan diatas, dapat terlihat jelas bahwa akidah identik dengan rukun iman.
Akidah atau keimanan bertujuan untuk membersihkan hati dan perbuatan manusia dari syirik atau mengabdi kepada selain Allah.
Akidah adalah masalah fundamental yang menjadi titik permulaan keislaman. Akidah adalah dasar, pondasi dan ruh bagi setiap orang
dengan berpegang teguh kepadanya akidah, maka manusia akan menjalani hidup dengan selamat dunia dan akhirat, tetapi apabila
meninggalkannya maka matilah semangat kerohanian manusia. Seruan Islam yang merupakan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sebagai konsekuensinya, maka hanya Allah satu-satunya yang wajib disembah, tempat memohon petunjuk dan pertolongan-
29
Yusuf Al-Qordhawi, Pengantar Kajian Islam, diterj. Dari Madkhal Lima ’rifatil Islam Muqawwimatuhu, khashaishulu, ahdafuhu, mashadiru, oleh Setiwan Budi Utomo, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1997, Cet. Ke-2, h.55.
30
Sayyid Sabiq, Aqidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman, terj. Dari oleh Bandung: CV. Diponegoro, 1996, Cet. Ke-9, h.16-17.
Nya dan harus dipatuhi, semua aktivas hidup kita harus sesuai dengan perintah-Nya disyari’atkan Allah.
b. Ibadah
Ibadah dalam arti umum meliputi segala kegiatan manusia yang didasarkan kepada kepatuhan, ketundukan dan keikhlasan kepada
Allah swt, sedangkan dalam arti khusus, hanya mencangkup perbuatan yang tata cara serta rinciannya telah ditentukan Allah dan
Rasul-nya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan dalam Al-Qur’an ibadah mempunyai beberapa pengertian dianataranya;
menghambakan diri, taat dan mengabdi.
31
Ibadah adalah puncak dari segala kepatuhan. Ibadah adalah media komunikasi langsung dan integral anatara makhluk dan
Khaliqnya. Ibadah juga merupakan sarana konsultatif yang memberikan pengaruh yang sangat besar antara manusia dengan
Tuhannya, antara manusia dengan alam sekitar dan atara sesama manusia.
32
Ibadah bagi umat muslim berfungsi sebagai peringatan yang menggugah perasaan hati, pada saat hatinya lalai,
membangkitkan ingatan dikala lupa, menumbuhkan naluri untuk giat melakukan kebaikan dan menambahnya, mengangkat derajatnya dan
membebaskannya dari perbuatan syahwat dan hawa nafsu dirinya sendiri.
Lingkaran ibadah dalam Islam adalah semua aspek kehidupan. Hal ini sesuai dengan dengan yang dimaksud dalam kandungan surat
al-An’am, ayat 162, yaitu:
⌧ ⌧
☺
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Q.S. Al-An’am:
162.
31
Tim Dirasah Islamiyah Universitas Islam Jakarta, Ibadah dan Syari’ah, Jakarta: PT Panator, 1999, Cet. Ke-1. h. 13.
32
Fathi Yakan, Sifat dan Sikap Seorang Muslim, terj: Jamaluddin Khafi, Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1982, Cet. Ke-1, h.13.
Dengan demikian jelas bahwa cakupan ibadah sangat luas, shalat, zakat, puasa, haji dan segala aktivitas lahir dan batin yang
diniatkan untuk mencari keridhaan Allah swt dan mengikuti syari’at agama-Nya adalah ibadah. Ibadah bertujuan memberikan latihan
rohani yang diperlukan manusia. Ibadah juga bertujuan untuk menigkatkan manusia tentang rasa keagungan akan kekuasaan
Tuhan yang maha tinggi selain itu juga mengingatkan manusia tentang rasa keagungan akan kekuasaan Tuhan yang maha tinggi
selain itu juga mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan yang abadi telah menanti yaitu
kehidupan akhirat. c.
Akhlak Moral Akhlak dalam bahasa Yunani disebut etik, berasal dari kata
“ethos” yang berarti watak atau adapt. Dalam bahasa Latin disebut moral berasal dari kata “Mores” yang berarti adapt atau cara
hidup.
33
Adapun pengerian akhlak dari segi istilah menurut Prof. Farid Ma’ruf, yaitu kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan manusia dengan mudah, karena sudah menjadi kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.
34
Dengan kata lain, akhlak adalah suatu haiat atau bentuk keadaan jiwa yang benar-benar telah meresap dan menimbulkan perbuatan
secara spontan, mudah, tetap, menerus, tanpa dibuat-buat dan memerlukan pemikiran atau perenungan dan angan-angan.
Singkatnya akhlak adalah perbuatan yang sudah meresap dan menjadi kebiasaan yang mendarah daging dalam diri seseorang.
Perbuatan itu dapat berwujud baik dan buruk adalah akal dan syari’at agama.
Akhlak yang mulia adalah sasaran utama di dalam risalah Islamiyah, sebagaimana diungkapkan oleh nabi Muhammad saw
33
Abudin Nata, Al-Qur’an dan....,h. 36.
34
Abudin Nata, Al-Qur’an dan...., h. 36.
dalam sabdanya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Orang yang paling berat timbangan amal baiknya di akhirat
adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.
35
Akidah, ibadah dan akhlak merupakan sumber pokok sikap keberagamaan dalam ajaran Islam. Akidah merupakan jalan untuk
memantapkan keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allah, tidak ada satu makhlukpun yang bisa menyerupai-Nya dan hanya Allah-lah di
atas segala-galanya. Ibadah sebagai jalan atau cara untuk berhubungan dengan Allah, baik hubungan langsung atau tidak
langsung. Dan akhlak merupakan suatu bentuk dari akidah dan ibadah yaitu berupa perbuatan yang dilakukan berdasarkan
keyakinan dan pengabdian terhadap Allah yang diwujudkan dalam setiap tingkah laku hidup seseorang.
C. Kerangka Berpikir