Indikator Sikap Keberagamaan Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Terbentuknya Sikap

didekati dan yang mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan yang ada dalam diri sendiri. Karena harus memilih inilah setiap orang menyusun sikap positif terhadap sesuatu hal dan membentuk sikap negatif terhadap hal lain. b. Faktor Eksternal Yang termasuk faktor-faktor eksternal adalah: 1. Sifat objek yang dijadikan sasaran. 2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap. 3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut. 4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. 5. Situasi pada saat sikap dibentuk. 21 Mengenai hal ini, M. Sherif mengemukakan bahwa pada garis besarnya sikap dapat dibentuk atau diubah melalui: 1. Interaksi kelompok, dimana terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia. 2. Komunikasi, dimana terdapat pengaruh-pengaruh hubungan langsung dari satu pihak saja. 22 Dengan demikian jelaslah bahwa pembentukan atau perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk melalui interaksi sosial atau proses belajar yang terjadi pada setiap individu atau oleh pengalaman yang ditempuh seseorang sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, secara teori sikap dapat dibentuk melalui proses pendidikan atau hubungan interaksi lainnya.

3. Indikator Sikap Keberagamaan

Agama menyangkut kehidupan batin manusia. Kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang berkaitan dengan sesuatu yang seksual atau ghaib, dari kesadaran dan pengalaman beragama inilah timbulnya sikap keberagamaan yang ditampilkan seseorang. Clock dan Stark berpendapat bahwa untuk mengetahui tingkat religiusitas keberagamaan seseorang dapat dipakai kerangka konsep sebagai berikut: 21 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi …h. 96-97. 22 W.A. Gerungan Dipl.Psych, Psikologi Sosial, Bandung: PT. Eresco, 1987, Cet. Ke-10, h.156. a. Keterlibatan Ritual Ritual Involment, yaitu sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual dalam agamanya. b. Keterlibatan Ideologis Ideological Involvement, yaitu sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agamanya. c. Keterlibatan Intelektual Intelctual Involvement yang mengambarkan sebarapa jauh seseorang mengetahui ajaran agamanya, dan aktifitasnya dalam menambah pengetahuan agama. d. Keterlibatan Pengamalan Exsperimental Involvement apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. e. Keterlibatan Konsekuen Consequetial Involvement, yaitu sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya. 23 Berdasarkan hal yang di atas dapat diketahui bahwa sikap keberagamaan itu merupakan keadaan di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatanya terhadap agama. Sikap keberagamaan ini merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang.

4. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Terbentuknya Sikap

Keberagamaan Manusia adalah homo religius manusia beragama, akan tetapi untuk menjadikan manusia memiliki sikap keberagamaan, maka potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembang dari lingkungannya. Oleh karena itu pada perkembangan selanjunya pembentukan sikap keberagamaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang menunjang maupun faktor yang menghambat terbentuknya sikap keberagamaan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari: a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri internal b. Faktor-faktor yang berasal dari luar eksternal Untuk lebih jelas, penulis akan berusaha menguraikan faktor-faktor penunjang terbentuknya sikap keberagamaan. a. Faktor Internal dari dalam 1. Kebutuhan manusia terhadap agama. Secara kejiwaan menusia memeluk kepercayaan terhadap sesuatu yang menguasai dirinya. 23 Masri Singarimbun, dan Sopian Efendi, Metode Penelitian…, h. 127-128. Dengan demikian secara psikologis manusia memerlukan agama untuk mencapai kebahagiaan hidupnya. Selain itu agama dapat memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Karena setiap manusia selaku makhluk Tuhan telah dibekali dengan berbagai potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Salah satunya fitrah beragama. Kebutuhan akan adanya Tuhan memerlukan salah satu manifestasi dari sikap keagamaan yang utama, semakin dirasakan pada saat rasa kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri, rasa bebas dan rasa sukses manusia terancam. Dalam hal ini agamalah yang dapat mengatasinya. Menurut Robet Nuttin; Dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang ada dalam diri manusia, yang menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan. 24 2. Adanya dorongan dalam diri manusia untuk taat, patuh atau mengabdi kepada Allah. Karena manusia memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya kepada zat yang gaib. Selain itu manusia mempunyai potensi beragama fitrah keagamaan yaitu berupa kecenderungan untuk bertauhid. Hal ini sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, seperti yang dijelaskan dalam dalam firman Allah: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Q.S. Az-Zariyat: 56. Sikap keberagamaan seseorang terbentuk kerena adanya faktor dalam dirinya sendiri, yaitu adanya kebutuhan terhadap agama, dan adanya dorongan untuk taat, patuh serta mengabdi kepada Allah. Faktor ini disebut sebagai fitrah beragama yang dimiliki oleh semua manusia yang merupakan pemberian Tuhan untuk hamba-Nya, agar mempunyai tujuan hidup yang jelas. Yaitu hidup yang sesuai dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri, yakni menyembah beribadah kepada Allah. Melalui fitrah dan tujuan inilah 24 Jalaluddin, Psikologi Agama…., h. 97-98. manusia menganut agama, yang kemudian diaktualisasikan dalam kehidupan, dalam bentuk sikap keberagamaan yang ditujukkan oleh masing-masing individu manusia. b. Faktor Eksternal dari luar Manusia sering disebut sebagai homo religius makhluk beragama, ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai potensi dasar fitrah keagamaan yang bisa dikembangkan sebagai makhluk yang beragama. Sehingga manusia mempunyai kesiapan untuk menerima pengaruh dari luar sehingga dirinya dapat dibentuk menjadi makhluk yang memiliki rasa dan prilaku keagamaan. Pengaruh tersebut dapat berupa bimbingan, pembinaan, latihan, pendidikan atau lainnya, yang secara umum disebut sosialisasi. Selain fitrah keagamaan yang dimiliki manusia, ada faktor- faktor lain dari luar yang dimiliki manusia eksternal yang dapat berpengaruh delam perkembanagan sikap keberagamaan manusia, faktor tersebut antara lain: 1. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan satruan sosial yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi pertama bagi pembentukan sikap keberagamaan seseorang. Karena merupakan gambaran kehidupan, sebelum seseorang menganal kehidupan luar. Pengalaman hidup dalam keluarga akan menjadi pengangan untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Keluarga terutama kedua orang tua sangat berperan dalam pembentukan sikap keberagamaan seseorang, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Nabi saw : وا ادﻮﻬﻳ اﻮﺑ ﺎ ةﺮﻄ ا ﻰ ﻋ ﺪ ﻮﻳدﻮ ﻮ ﱡ آ اﺮﺼ ﻳ ﺎﺴﺠ ﻳوا “Tiada seorang bayi pun melainkan dilahirkan dalam fitrah yang bersih, maka orang tuanyalah yang menjadikan beragama Yahudi, Nasrani, Majusi.” HR. Muslim 25 2. Lingkungan Sekolah Lingkungan institusonal yang ikut menunjang terbentuknya sikap keberagamaan diantaranya yaitu sekolah. Sekolah menjadi pelanjut dari pendidikan keluarga dan turut serta memberi pengaruh dalam perkembangan dan pembentukan sikap keberagamaan seseorang murid. Pengaruh itu terjadi antara: a. Kurikulum dan anak, yaitu hubungan interaksi yang terjadi antara kurikulum dengan materi yang dipelajari murid. b. Hubungan guru dengan murid, yaitu bagaimana seirang guru bersikap terhadap muridnya, dan sebaliknya, sikap murid terhadap gurunya yang terjadi selama di sekolah baik di dalam kelas atau di luar kelas. c. Hubungan antara anak, yaitu hubungan antara murid dengan sesama temannya. Melaui kurikulum yang berisi materi pengajaran, sikap keteladanan guru sebagai pendidik serta pergulatan antar teman sekolah di nilai berperan dalam menanamkan kebiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral, yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan dan pembentukan sikap keberagamaan seseorang. Di sekolah, guru menjadi figur utama yang menjadi contoh dan tauladan bagi murid anak didik. Dengan tanpa disadari anak didik akan menyerap semua prilaku gurunya. Karena itulah memberikan dan menunjukkan sikap keberagamaan yang baik bagi guru, secara tidak langsung akan membantu pembentukkan sikap keberagamaan anak didik. 25 Ma’mur Daud, Terjemah Shahih Muslim, Jilid 4, Jakarta: Widjaya, 1984, h. 242-243. Dengan demikian, maka setiap guru disekolah, baik guru agama, atau guru umum harus memiliki jiwa agama, yaitu menjunjung tinggi ajaran agama, dimana kepribadian akhlak dan sikapnya, dapat mendorong anak didik untuk mencintai agama dan hidup sesuai dengan ajaran agamanya. 26 Adapun faktor-faktor penghambat terbentuknya sikap keberagamaan adalah: a. Faktor Internal Dalam bukunya, Jalaludin menjelaskan bahwa penyebab terhambatnya perkembangan sikap keberagamaan yang berasal dari dalam diri faktor internal yaitu: 1. Tempramen Tempramen adalah salah satu unsur yang membentuk kepribadian manusia dan dapat tercermin dari kehidupan kejiwaannya. Tingkah laku yang berdasarkan kondisi tempramen mempunyai peranan penting dalam sikap keberagamaan seseorang. Seseorang Melancolis akan berbeda dengan orang berkepribadian dysplastis dalam sikap dan pandangannya terhadap agama. Begitu pula dengan yang memiliki tipe kepribadian lain. 2. Ganguan Jiwa Orang yang mengalami ganguan jiwa akan menunjukkan kelainan dalam sikap dan tingkah lakunya. Perbuatan keagamaan dan pengalaman keagamaan yang ditujukkan sesuai dengan gejala gangguan jiwa yang dialaminya. 3. Konflik dan Keraguan Konflik kejiwaan pada diri seseorang dalam hal keberagamaan akan mempengaruhi keberagamaannya. Pada dasarnya bisa saja ia memilih bahkan meninggalkan agama yang diyakininya. Konflik ini akan berpengaruh terhadap sikap seseorang akan agama seprti taat, fanatik ataupun agnostik sampai pada ateis. 4. Jauh dari Tuhan Orang yang hidupnya jauh dari agama, dirinya akan merasa lemah dan kehilangan pegangan ketika mendapatkan cobaan. Dan hal ini dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap keberagamaan pada dirinya. 27 Keadaan jiwa seseorang sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap keberagamaannya. Jiwa yang resah, penuh dengan konflik, 26 Zakiah Darajat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, Cet. Ke-4, h.68 27 Jalaluddin, Psikologi Agama…., h.120-121. keraguan atau bahkan kehilangan kepercayaan terhadap Tuhan sangat menghambat untuk terbentuknya sebuah sikap, terutama sikap keberagamaan. b. Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal yang dapat menghambat pembentukan sikap keberagamaan diantaranya adalah: 1. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga selain dapat menunjang pembentukan sikap keberagamaan dapat juga menghambatnya. Lingkungan keluarga yang dapat menghambat yaitu lingkungan keluarga yang didalamnya tidak terdapat pendidikan agama khususnya dari kedua orang tua. Hal ini dapat menghambat perkembangan sikap keberagaman anak. Karena didikan dalam keluarga, terutama didikan agama yang sangat berperan untuk perkembangan selanjutnya. Karena semua yang ada dalam keluarga akan menjadi contoh dalam setiap perilakunya. Keluarga yang tidak pernah melaksanakan ajaran agama, maka secara tidak langsung akan mempengatuhi anak, sehingga anak akan terbiasa pula untuk tidak melaksanakan ajaran agamanya. 2. Lingkungan Sekolah Seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dapat menghambat pembentukan sikap keberagamaan seseorang anak. Misalnya, siswa yang salah memilih teman di sekolah, sehingga mereka terjerumus dalam pergaulan bebas, hal ini sangat mengambat dalam pembentukan sikap keberagamaan anak. 3. Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan sikap keberagamaan seseorang. Karena sebagian besar waktunya banyak dihabiskan dalam masyarakat. Sehingga segala sesuatu yang ada dalam masyarakat, baik yang langsung terlihat ataupun yang disajikan melalui media, baik koran, televisi, ataupun media lain dapat mempengaruhi seseorang anak. 28 Lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat yang jauh dari nilai-nilai atau norma-norma agama akan sangat menghambat pembentukan sikap keberagamaan seseorang. Karena setiap individu tidak akan bisa lepas dari tiga lingkungan ini. 28 Zakiyah Darajat, Remaja, Harapan dan Tantangan, Jakarta: CV, Ruhma, 1994, h. 84.

5. Pokok-pokok Sikap Keberagamaan Dalam Ajaran Islam