Pengaruh pengajian terhadap sikap keberagaman komunikasi punk muslim di terminal Pulogadung Jakarta Timur

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh: Yeti Nurhayati NIM: 106051001900

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H. / 2011 M.


(2)

(3)

(4)

i

salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Februari 2011


(5)

ii

Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur

Semarak umat Islam di perkotaan akhir-akhir ini memberi catatan penting yang sejalan dengan proses demokrasi dan gaung liberalisasi yang telah memicu aktivitas keberagamaan umat Islam. Aktivitas-aktivitas keberagamaan masyarakat kota pada kaum muda khususnya sangat kuat. Semarak kegiatan keagamaan pada masyarakat-masyarakat tertentu di perkotaan adalah respon terhadap modernisasi pembangunan sekaligus upaya untuk mempertahankan eksistensinya sebagai orang Indonesia, atau umat Islam khususnya.

Hampir di setiap komunitas terdapat pengajian rutin yang mereka adakan, seperti halnya yang dilakukan oleh komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur. Komunitas yang biasanya jauh dari norma-norma agama dan masyarakat ini pada kenyataannya tetap memerlukan tuntunan sebagai jalan hidup mereka. Dari pernyataan di atas, timbul pertanyaan: Bagaimana pengajian dalam komunitas Punk Muslim? Apa saja pengaruh pengajian terhadap sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim?

Penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research) dan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data. Data kualitatif langsung dikerjakan di lapangan (field) dengan mencatat dan mendeskripsikan gejala-gejala sosial, dihubungkan dengan gejala yang lain. Penulis berusaha memberikan gambaran mengenai aktifitas keberagamaan yang dilakukan oleh komunitas Punk Muslim serta pengaruhnya sesuai dengan apa yang ada di lapangan.

Penelitian ini menggunakan teori perubahan dan pembentukan sikap serta pengaruh pembentukan sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan menurut Jalaluddin adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

“Punkajian” atau pengajian merupakan kegiatan komunitas Punk Muslim yang senantiasa berusaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan ketaqwaan, dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. Pengajian telah banyak merubah sikap dari komunitas Punk yang semula sangat akrab dengan narkoba danfree sex. Sekarang anggota Punk Muslim hidup normal sebagaimana manusia yang lain dan sebagai hamba Allah SWT.


(6)

iii

cinta, kasih, dan sayang-Nya sehingga penulis diberikan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada komunikator terbaik kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, dan sahabtanya. Seorang super da’i yang telah berhasil membawa umatnya menuju peradaban yang lebih baik.

Dengan selesainya penulisan skripsi yang telah banyak melibatkan banyak pihak, penulis sangat menghargai bantuannya baik secara moril ataupun materil. Oleh karena itu penulis merasa perlu mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pudek I Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., Pudek II Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA., dan Pudek III Bapak Drs. Study Rizal LK. MA.

2. Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam serta Ibu Umi Musyarrofah, MA. selaku Sekretaris Jurusan yang telah banyak membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Syamsir Salam, MS. selaku pembimbing yang telah banyak membantu, mengarahkan, dan membimbing penulis dalam


(7)

iv

4. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pelayanan bagi penulis dalam mendapatkan referensi.

5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis sehingga penulis mendapatkan banyak manfaat untuk penyelesaian skripsi. Juga untuk ilmu pengetahuan yang telah diberikan sebagai bekal hidup.

6. Bapak tercinta, Sobirin Satari dan Ibu tersayang Hartini yang telah membesarkan, mendidik, memenuhi kebutuhan penulis, dan memberikan apa yang mereka miliki tanpa mengharap balasan. “Terima kasih Bapak dan Ibu, maafkan Ananda belum bisa berbuat banyak, hanya karya kecil ini yang baru bisa Ananda berikan. Semoga bisa menjadi kebanggaan tersendiri bagi Bapak dan Ibu”.

7. Mas Teguh Santoso yang telah banyak membantu penulis untuk menjalankan aktifitas, serta Teteh Nur Laila dan keponakan ammah Kamila yang lucu. Tidak lupa juga teruntuk Mas yang telah meluangkan begitu banyak waktu, pemikiran, dan tenaganya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan proses penulisan skripsi ini. Serta untuk seluruh keluarga besar tercinta.


(8)

v

Muslim se-Indonesia. Terima kasih atas pelajaran hidup yang sangat berharga ini. Semoga Alloh senatiasa melindungi kalian dalam kebaikan.

9. Teman-teman seperjuangan KPI D 2006. Lulus dari universitas ini adalah awal fase baru menuju hidup yang lebih baik lagi dengan bekal iman dan ilmu. Saudara-saudara tersayang di LDK UIN Syahid 2009: Rifko, Mira, Wenny, dan Herly. KKN Ranca Bugel dan Laskar MC, kita pasti akan sangat merindukan lagi saat-saat kebersamaan itu. Dan teman-teman BBC Public Speaking School angkatan 10 B.

10.Mereka yang selalu memberikan penulis do’a, cinta, nasihat, senyuman, dan semangat: Bu Liza, Bu Indah Martina, Bu Indah Wahyuningsih, Mba Rani, Mba Mutia, Bu Yuli, April, Bani, Bu Halimah, Ibu Atiq, Fitri, Ida, Kiki. dan Marpina.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan memanjatkan do’a tulus untuk mereka yang tersayang, yang selalu ada di samping penulis ketika sedih dan yang selalu mengingatkan di saat salah. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan dan tertarik menjadi bagian dari komunitas Punk Muslim serta menjadi bagian dari dakwah Islam.

Jakarta, 24 Februari 2011


(9)

vi HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN ……… i

ABSTRAK ……….. ii

KATA PENGANTAR ………. iv

DAFTAR ISI ……….. v

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 7

D. Metodologi Penelitian ……… 7

1. Sumber Data ………. 7

2. Metode Pendekatan ……….. 8


(10)

vii

B. Pengajian ………... 19

C. Sikap ………. 24

D. Keberagamaan ……….. 30

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan ….. 34

2. Indikator Sikap Keberagamaan ……… 38

E. Sejarah Komunitas Punk ……….……… 39

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………. 42

B. Sejarah Punk Muslim ……… 43

C. Aktifitas Komunitas Punk Muslim ………. 47

BAB IV PENGARUH PENGAJIAN TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN KOMUNITAS PUNK MUSLIM DI TERMINAL PULOGADUNG JAKARTA TIMUR

A. Pelaksanaan Pengajian Komunitas Punk Muslim………….……… 54

B. Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Komunitas Punk


(11)

viii

DAFTAR PUSTAKA ……….. 85


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki satu kebutuhan yang tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan lain dan perlu diperhatikan, yaitu kebutuhan terhadap agama. Karena manusia disebut juga dengan makhluk beragama (homo religious). Ahmad Yamani, yang dikutip oleh Jalaluddin mengemukakan, bahwa tatkala Allah SWT. membekali insan itu dengan nikmat berfikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu.1

Hal inilah yang melatar belakangi manusia untuk mencari kekuatan besar yang dapat melindunginya dan membimbingnya di saat-saat gawat. Manusia mulai berfikir akan sebuah kekuatan Maha Besar yang dapat menolongnya dari segala macam gangguan. Manusia mulai mencari sebab-sebab kejadian alam yang tidak mungkin terjadi dengan begitu saja. Di balik semua yang terjadi di alam ini, pasti ada sebuah kekuatan Maha Dahsyat yang mengendalikannya, yaitu Tuhan.

Selanjutnya, manusia juga memiliki motif untuk hidup berkelompok. Karena di dalam kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat

1

Jalaluddin,Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 100-101. 1


(13)

pada kelompok itu. Sebuah kelompok akan bertahan lama apabila dapat memberi kepastian bahwa tujuan individu dapat dicapai melalui kelompok, sebaliknya individu setiap saat dapat meninggalkan kelompok apabila ia menggangap kelompok tidak memberi kontribusi bagi tujuan pribadinya.2

Kelompok atau komunitas yang menjadi fokus penelitian ini adalah komunitas yang mempunyai motif, tujuan yang sama, dan memiliki sense of belonging yang tinggi dalam hal ini adalah yang fanatik atau identik dengan ideologi tertentu, yaitu Punk. Dalam sejarahnya Punk berakar dari pergolakan politik yang terjadi pada saat itu yang diekspresikan dengan perkembangan musik yang menyuarakan kebebasan, bebas berbicara, bebas berekspresi, bebas bertingkah, serta sikap hidup yang hendak mereka tunjukkan adalah anti kemapanan, untuk selanjutnya pengikut komunitas ini dinamakan “Punker”.3

Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Setelah perang dunia II tahun 1970-an, Inggris mengalami krisis ekonomi. Dalam menghadapi krisis ekonomi tersebut, Inggris meminta bantuan kepada Amerika Serikat untuk pemulihan ekonomi di negaranya.

2

Burhan Bungin,Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), h. 266-268.

3

Punkers: Pemuda yang ikut dalam gerakan menentang masyarakat yang mapan, dengan menyatakan melalui musik, gaya berpakaian, dan gaya rambut khas.


(14)

Komunitas ini semakin lama menjalar ke beberapa negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Komunitas ini secara umum dipersepsi oleh sebagian masyarakat adalah kelompok yang identik dengan kerusuhan, narkoba, preman, gelandangan, seks bebas dan sebagainya. Dan selama ini di Indonesia, masyarakat lebih banyak melihatPunk sebagai gaya hidup dari pada musiknya.4

Punk adalah fanatik dengan ideologi tertentu yaitu D.I.Y (Do It Your Self), anarchy,5 equality,6 prosperity,7 anti kemapanan, anti militerisme, anti rasisme, anti fasisme, anti imperialisme, dan anti kapitalisme. Pada umumnya Punkers biasa berkumpul pada lokasi tertentu dengan berpakaian lusuh dan atribut-atribut atau aksesoris-aksesoris yang dipakai seperti bretel (sejenis pengikat celana yang menggantung ke bahu), ikat pinggangspike (ikat pinggang yang ditempeli logam menyerupai paku atau logam yang tajam), kalung rantai, gelang spike, sepatu boots, jeans stretch (ketat), kaos oblong, jaket kulit yang dipenuhi emblem, dan rambut dengan gayamohawk (seperti rambut suku Mohican Indian),spiky (seperti paku), gladiator, corrison (seperti durian) yang dicat berwarna-warni, dan aksesoris lainnya yang dipakai tergantung kreatifitasPunkers dan sebagaian besar mereka juga ada yang tidak berpenampilanPunk.

Berdandan dan bergaya Punk membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi karena mereka menyadari timbulnya berbagai respon yang akan muncul dari masyarakat. Menurut mereka berdandan atau bergaya Punk adalah sebagai

4

Mumu, “Punk”, (28 Sepetember-4 Oktober 2000), Edisi 02. 5

Anarchy: Prinsip dalam Punk, yaitu paham yang menjunjung hak asasi manusia, menuntut kesetaraan, dan persamaan.

6

Equality: Prinsip dalam Punk, yaitu sikap persamaan dalam kedudukan di dalam kelompok. Tidak ada istilah senior junior.

7


(15)

ekspresi diri gaya rambut yang dicat berwarna-warni dan keinginan untuk menunjukkan bahwa mereka bukanlah kaum tersisih.

Padahal tidak semua anak Punk berpenampilan seperti itu. Menurut penuturan beberapa Punkers, Punk sebagai soul dan tidak perlu ditonjolkan, karena pada hakikatnya esensi Punk bersifat subjektif (hanya dirinyalah yang mengerti bahwa ia anak Punk atau bukan). Biasanya mereka tidak terlalu mencolok dalam berdandan, yang paling lazim dikenakan atau dibawa oleh anak Punk yaitu rantai, gembok, peniti, danring yang biasanya di tempatkan di tempat-tempat yang tidak lazim. Namun tidak dapat dihindari bahwa ada sebagian orang yang masuk ke dalam komunitas ini hanya sekedar ‘trend’ dengan ikut-ikutan bergaya Punker dari segi fashion tanpa memahami makna Punk itu sendiri, bersikap dengan sebebas-bebasnya dan mengabaikan nilai-nilai yang dianutnya.

Di dalam diri manusia atau juga di alam ruhaninya, manusia tetap memiliki hasrat untuk menyakini dan mengadakan penyembahan terhadap kekuatan yang perkasa yang berada di luar dari dirinya.8 Punkers tetap saja manusia biasa yang pasti mempunyai kebutuhan akan ruhaninya. Sebagaimana manusia pada umumnya, Punkers merasa jenuh, disreparisasi kehidupan diri dan sosial, kejenuhan yang menjadi kegelisahan, kegelisahan untuk berdiri dan bangkit mensubversi hegemoni hitam hati dalam diri dan hegemoni hitam budaya Punk itu sendiri.

8

Fuad Nashori, Rachmy Diana M., Mengembangkan Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 68.


(16)

Ada salah satu komunitas jalanan di sekitar terminal Pulogadung Jakarta Timur yang menamai diri mereka dengan komunitas Punk Muslim. Komunitas ini beranggotakan mantanPunkdan anak-anak jalanan yang sudah mengaji dan lebih terbina akhlaknya. Komunitas ini terbentuk karena Punk merasa ada kegelisahan dalam diri mereka selama menjalani hidup berdasarkan ideologi Punk tersebut. Mereka hidup tanpa tujuan, keluar dari norma-norma yang berlaku, dan anti dengan Tuhan.

Keprihatinan Punk ini menjadi sebuah kepedulian untuk menyelamatkan diri mereka dan kehidupan kawan-kawan dari lubang yang mereka (Punkers) gali sendiri. Hal inilah yang menjadi awal dari kehadiran Punk Muslim sebagai sebuah

komunitas yang ingin hidup bermanfaat bagi lingkungan sekitar. ‘Melawan arus’

adalah jalan yang Punk Muslim pilih karena berjalan dalam ladang yang tak bertuan (jalanan) yang sangat rentan dengan konflik.9

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengajian Terhadap Sikap Keberagamaan Pada Komunitas Punk Muslim di Terminal Pulogadung Jakarta Timur”.

9


(17)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan lebih memfokuskan dan membatasai penelitian ini mengenai pengaruh pengajian terhadap sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim.

Penulis akan meneliti proses pengajian rutin yang diadakan di base camp komunitas Punk Muslim yang berada di Terminal Pulogadung setiap Kamis malam pada periode bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011. Kemudian juga pengaruh dari pengajian tersebut terhadap sikap keberagamaan

yang meliputi masalah aqidah, akhlak, dan mu’amalah.

Yang dimaksud dengan perubahan sikap di sini adalah adanya dampak positif pada anggota komunitas Punk Muslim setelah mereka mengikuti pengajian rutin yang dibimbing oleh Ustadz Ahmad Zaki.

2. Perumusan Masalah

Dengan demikian bisa difahami bahwa beberapa permasalahan dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengajian dalam komunitas Punk Muslim?

2. Apa saja pengaruh pengajian terhadap sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim?


(18)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan keterangan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pengajian terhadap perubahan sikap keberagamaan pada komunitas Punk Muslim. Yang meliputi pandangan atau pemahaman mereka

tentang agama, kemauan membaca Al Qur’an, dan aktifitas mereka dalam

menjalankan ibadah.

Sedangkan berdasarkan tujuan penelitian di atas setidaknya ada dua manfaat dari penelitian ini, yaitu:

1. Akademis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang perubahan sikap seseorang yang disebabkan karena aktifitas mereka mengikuti pengajian.

2. Praktis

Sebagai bahan kebijakan bagi para pengambil kebijaksanaan di bidang pembinaan generasi-generasi muda.

D. Metodologi Penelitian 1. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh saat penelitian, terutama saat observasi dan wawancara secara mendalam. Sumber data primer langsung diambil dari informan yang bersangkutan. Dalam penelitian ini data diperoleh dari wawancara langsung


(19)

(in depth interview) dengan ustadz yang memberikan materi, anggota komunitas Punk Muslim, dan beberapa informan.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi yang bersumber dari buku, jurnal, dan artikel yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian ini. Sedangkan data sekunder penulis peroleh dari penelitian-penelitian terdahulu, artikel-artikel dari majalah dan internet serta dokumentasi dari Punk Muslim.

2. Metode Pendekatan

a. Persiapan Penelitian

Dalam upaya mengungkapkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bersifat penelitian lapangan (field research) dan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Kualitatif bermakna kualitas atau mutu konsep atau data. Data kualitatif langsung dikerjakan di lapangan (field) dengan mencatat dan mendeskripsikan gejala-gejala sosial, dihubungkan dengan gejala yang lain. Kemudian penulisannya dilakukan secara deskriptif.

Penulis berusaha memberikan gambaran mengenai aktifitas keberagamaan yang dilakukan oleh komunitas Punk Muslim serta pengaruhnya sesuai dengan apa yang ada di lapangan.

Untuk meneliti masalah perubahan sikap cukup rumit dan karenanya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu persiapan penelitian ini butuh waktu yang cukup panjang, dan yang


(20)

paling penting adalah kesiapan peneliti untuk memahami kondisi komunitas tersebut.

Sebagai dasar utama dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan mencurahkan perhatian terhadap hubungan antar orang perorang dan kelompok, serta melihat secara langsung (obervasi terlibat) hubungan-hubungan antar orang tersebut. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara peneliti dengan orang yang diteliti, mengenai pemahaman nilai-nilai budaya, kepercayaan, pola perilaku, bahasa dan tata krama serta usaha untuk merasakan atau mengalami motif dan emosi mereka, merupakan ciri utama dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.

Dari pandangan tersebut akan dapat diperoleh informasi sesungguhnya tentang makna dari data yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan. Seperti tentang bagaimana komunitas Punk Muslim berpenampilan, proses berlangsungnya pengajian, kemudian perubahan sikap yang komunitas Punk Muslim rasakan dalam hidup mereka.

Selain dari mempersiapkan diri untuk melihat secara langsung, peneliti juga mempersiapkan beberapa pedoman wawancara sebagai pemandu yang digunakan di lapangan. Dan penelitian ini dilakukan secara individual.

Setelah segalanya dianggap cukup, barulah dirancang untuk turun ke lapangan serta tidak lupa membuat jadwal kegiatannya. Hal ini


(21)

dimaksudkan agar waktu penelitian dapat digunakan seefesien mungkin oleh penulis dan dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan oleh penulis di awal sebelum penelitian berlangsung.

b. Penentuan Lokasi Penelitian

Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai sebagaimana mestinya, maka penelitian ini sengaja menetapkan lokasi di terminal Pulogadung Jakarta Timur. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposiv, yaitu lokasi penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini penulis menentukan Terminal Pulogadung Jakarta Timur sebagai tempat pelaksanaan penelitian. Alasan penulis memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut merupakan basecamp dari komunitas Punk Muslim.

Base camp yaitu tempat yang biasa mereka gunakan untuk melaksanakan aktivitas Punk Muslim. Sehingga data-data yang diperlukan untuk penelitian ini akan dapat diperoleh dari lokasi ini. Selain itu, lokasi ini pun tempat berkumpulnya komunitas Punk Muslim, maka dengan sendirinya penelitian ini dapat melihat bagaimana mereka berinteraksi baik sesama mereka ataupun masyarakat lainnya. Serta dari lokasi ini juga dapat diketahui bagaimana mereka memahami agama dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya.

c. Pengumpulan Data Lapangan

Untuk menghimpun data-data di lapangan digunakan pendekatan kualitatif, meskipun demikian penelitian ini juga tidak mengabaikan


(22)

penggunaan data-data kuantitatif dalam hal-hal tertentu sesuai dengan maksud penelitian ini.

Pendekatan yang bersifat kualitatif dilakukan melalui kegiatan pengamatan secara langsung di lapangan dan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil pengamatan tersebut dicatat sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan kualitatif, yaitu sejak dari catatan ringkas atau catatan lapangan, diteruskan kepada bentuk laporan yang diperluas atau dikembangkan dan diakhiri dengan analisa dan interpretasi data.

Catatan atau laporan-laporan ringkas dalam bentuk deskripsi dibuat setiap kegiatan pengamatan yang dilakukan. Itulah sebabnya penulis membekali diri dengan alat perekam sebagai pembantu catatan dan ingatan, sepertitape recorder,camera digital, dan alat-alat tulis.

Analisa sementara ini bukan saja ditujukan kepada data hasil rekaman dari pengamatan secara langsung, tetapi juga ditujukan kepada data-data hasil wawancara, baik wawancara mendalam ataupun wawancara terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat dimengerti dan dipahami pada saat penulisan dimulai. Analisa akhir dilaksanakan setelah seluruh data terkumpul, selanjutnya didapat kesamaan pandangan mengenai maksud dan tujuan penelitian. Kegiatan selanjutnya adalah merancang waktu dan pelaksanaan pembuatan laporan.


(23)

Selain instrumen pengumpulan data yang telah dipersiapkan sebelumnya, penelitian menggunakan wawancara mendalam untuk menghimpun data tentang pendapat dan pandangan seseorang terhadap masalah yang telah, sedang, dan akan terjadi dari masalah yang sedang diteliti. Karena tujuan wawancara ini adalah untuk memeroleh informasi mengenai pandangan seseorang tentang sesuatu maka informasi terpaksa digali berulang-ulang, atau adakalanya pandangan narasumber itu diuji dengan pendapat narasumber yang lainnya. Hal ini di maksudkan untuk memahami makna sesungguhnya dari suatu fenomena tertentu, atau dikatakan sebagai suatu upaya untuk memahami konsep yang digunakan para informan mengenai suatu hal.

Untuk melengkapi data yang diperlukan diperukan juga data-data tertulis, baik berupa hasil tulisan atau penelitian pribadi ataupun dari instansi-instansi tertentu. Misalnya tentang monografi kelurahan, statistik-statistik kelurahan, jumlah anggota Punk Muslim, kegiatan-kegiatannya, dan berbagai identifikasi yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Agar kegiatan di lapangan dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka disusunlah tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:


(24)

Pada tahap awal ini ditetapkan tugas utama penulis adalah untuk memberikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian, serta merancang beberapa informan yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Untuk menetapkan lokasi yang tepat untuk penelitian, sebelumnya diadakan penelitian pendahuluan, hal ini dimaksudkan agar data yang diharapkan dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian, selain itu pada penelitian awal (prelimenery research) ini ditetapkan pula beberapa informan, hal ini dimaksudkan agar pada lokasi penelitian itu telah tersedia beberapa informan yang dapat memberikan informasi kepada peneliti dan mengenai ragam masalah yang diteliti. Padaprelimenery research ini pula diadakan pendekatan dengan berbagai pihak yang diperkirakan dapat memberikan bantuan untuk kelancaran penelitian.

Setelah penelitian awal dilaksanakan, maka dirancang pembuatan instrumen, dengan mempertimbangkan berbagai hal terutama yang terkait dengan tujuan dan maksud penelitian serta lokasi dan informan yang dituju. Pertimbangan-pertimbangan itu dianggap penting karena yang satu dan lainnya saling terkait dan tidak dapat diabaikan salah satu di antaranya.

Selain daripada persiapan penelitian sebagaimana di atas, maka yang tidak kalah pentingnya yaitu mengurus hal-hal yang berkenaan dengan administrasi, seperti izin kepada pembimbing komunitas Punk Muslim karena yang akan menjadi obyek penelitian.


(25)

2. Tahap Pendekatan Kepada Anggota Punk Muslim

Karena penelitian sangat mengandalkan informan, maka ketepatan menentukan informan serta pendekatan kepada mereka adalah hal-hal penting yang harus dilakukan. Salah satu syarat bagi seorang informan adalah memahami persoalan yang sedang diteliti, atau mereka yang berperan dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang permasalahan yang sedang diteliti.

Setelah ditetapkan beberapa orang informan maka langkah selanjutnya adalah, berkenalan dan membina hubungan sebaik mungkin dengan mereka, untuk itu pada kunjungan pertama sengaja tidak difokuskan untuk melakukan wawancara, tetapi lebih banyak ditujukan untuk memperkenalkan diri, mendengarkan cerita dari informan serta mengenal para informan lebih jauh. Pada tahap ini dikenali tentang keluarga, keberadaan mereka, pendidikan, hobi, pekerjaan, dan beberapa hal lainnya yang berkenaan dengan informan.

3. Tahap Pengumpulan Data

a) Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung untuk memperoleh data tentang pola interaksi antar sesama mereka, atau dengan para ustadz, dan dengan masyarakat umumnya. Kemudian juga obeservasi ini dapat melihat kegairahan mereka dalam belajar

membaca Al Qur’an, mendiskusikan agama, dan melaksanakan


(26)

diperoleh data tentang perubahan sikap komunitas Punk Muslim setelah mereka mengikuti pengajian.

b) Wawancara, wawancara dilakukan antara peneliti dengan beberapa informan yang terdiri dari ustadz-ustadz sebagai Pembina keagamaan mereka dengan beberapa anggota komunitas Punk Muslim. Terutama untuk mengetahui yang berkenaan dengan latar belakang mereka membentuk komunitas tersebut serta pandangan mereka tantang agama.

c) Dokumentasi Data, penulis mengumpulkan data yang diperoleh dari komunitas Puk Muslim, buku, makalah, artikel, catatan, surat kabar, dan sebagainya yang berhubungan dengan komunitas Punk Muslim dan kegiatannya. Digunakan untuk keperluan penelitian karena instrument tersebut berguna sebagai sumber yang stabil, kaya, yang berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, bersifat alamiah sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks, membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti.

Untuk data tertulis baru dapat diselesaikan setelah 14 hari, karena beberapa di antara data tertulis didapatkan dari informan yang berbeda dan bertempat tinggal yang berjauhan. Sedangkan untuk wawancara mendalam berlangsung 2 hari, hal itu disebabkan oleh umumnya wawancara dilakukan pada malam hari karena pada siang hari masing-masing mereka


(27)

bekerja. Karena umumnya wawancara hanya dilakukan malam hari, maka siang hari dapat dilakukan pengumpulan dan penyusunan data.

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat diketahui makna yang terkandung dari suatu tindakan atau fenomena yang berlaku dalam komunitas yang sedang diteliti. Atau dengan wawancara yang dilakukan secara berulang-ulang serta observasi terlibat, diperoleh informasi tentang konsep dan teori yang digunakan para informan dalam menjelaskan beberapa masalah yang diamati dalam susatu penelitian.

Dalam rangka mengembangkan hasil wawancara peneliti menempuh dua cara yang berbeda, namun saling melengkapi. Yaitu meningkatkan hubungan antara peneliti dengan beberapa responden ataupun informan dan menguji informasi yang telah diperoleh, serta mengembangkannya ke arah suatu pembentukan deskripsi yang valid. Terciptanya hubungan yang baik antara peneliti dengan informan akan mendororng informan untuk menceritakan tentang komunitas Punk Muslim serta perubahan sikap setelah para informan mengikuti pengajian. Sehingga peneliti bisa memahami dan mempelajari perubahan tersebut secara leluasa.

Hasil bahasan yang telah dipelajari secara seksama itulah yang dijadikan informasi dalam penelitian ini dan hasil ini akan memperlihatkan berbagai bentuk dan latar belakang yang mendasari perubahan sikap informan tersebut. Meskipun langkah ini dianggap tidak terlalu mudah


(28)

untuk ditempuh, namun jalan ini adalah jalan tepat yang harus dilalui oleh setiap peneliti di lapangan.

Dari gambaran di atas terlihat dengan jelas bahwa penelitian telah melaksanakan hampir keseluruhan dari prosedur penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan memanfaatkan observasi terlibat serta wawancara mendalam secara terbuka dengan beragam informan, agar dapat difahami pandangan, perasaan, dan pola prilaku seseorang atau sekelompok orang yang dijadikan sebagai sasaran penelitian, dengan pemahaman tersebut dapat dimengerti makna yang terkandung secara utuh (entity).

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang dijadikan pokok dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokkan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai berikut:

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan digunakan dalam penulisan skripsi untuk menganalisa dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku referensi, rekaman


(29)

video, dan internet yang menjadi landasan penulisan skripsi ini di antaranya terdapat pembahasan tentang perubahan dan pembentukan sikap serta faktor-faktor yang mempengaruhi dan indikator dari sikap keberagamaann.

BAB III Bab ini berisi gambaran lebih jauh tentang komunitas Punk Muslim, sejarah terbentuknya, aktifitas, dan anggota dari komunitas Punk Muslim.

BAB IV Merupakan bab analisis dan pembahasan. Bab ini membahas hasil dari temuan data dan analisis data, yakni analisis hasil pengamatan dan wawancara kepada informan terkait sikap keberagamaan komunitas Punk Muslim.

BAB V Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.


(30)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Pengaruh

Pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.1 Berdasarkan definisi di atas, penelitian ini mendefinisikan pengaruhh sebagai suatu daya untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap setelah mengikuti pengajian.

Pengaruh dapat dirasakan oleh setiap orang ketika mengalami sesuatu peristiwa yang dialaminya secara berulang-ulang. Jika orang tersebut sangat menyukainya bahkan bersikap fanatik terhadap apa yang dialaminya bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh positif pada dirinya baik perbuatan bahkan kepercayaan.

Yang dimaksud dengan pengaruh di sini adalah berupa kekuatan yang dapat merubah suatu keadaan sikap keberagamaan seseorang setelah mengikuti pengajian rutin.

B. Pengajian

Pengajian menurut bahasa berasal dari kata “kaji” yang berarti membaca, menderas, atau mengaji berarti membaca Al Qur’an.2 Kata “kaji” diberi awalan pe- dan akhiran –an menjadi “pengajian” yang berarti mengkaji Al Qur’an dan berarti pula mengkaji Islam.

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 849.

2

Purwo Darminto WJS.,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 22.


(31)

Arti pengajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengajaran agama Islam, menanamkan norma agama melalui dakwah.3 Pada umumnya pengajian berbentuk seperti kuliah terbuka di mana narasumber (ulama)

memberikan ceramah kemudian jama’ah mendengarkan, menyimak, mencatat pelajaran yang diberikan narasumber.4

Sedangkan pengajian menurut istilah yaitu kegiatan agama Islam. Dengan demikian ada berbagai jenis dan bentuk yang paling awal dan umum adalah pangajian Al Qur’an untuk anak-anak di masjid ataupun di rumah ustadz atau guru mengaji. Ini merupakan pelajaran dasar yang berisi pengenalan huruf dan tata bahasa Arab sederhana (disebut alif-alifan), tata cara shalat, wudhu (disebut praktek ibadah), dan menghafal beberapa ayat-ayat Al Qur’an (disebut hafalan).5

PunKajian atau pengajian merupakan kegiatan komunitas Punk Muslim yang senantiasa berusaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan, meningkatkan ketaqwaan, dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. Dengan demikian pengajian adalah kegiatan Islam yang bercorak sederhana sebagai media penyampaian dakwah Islam yang dilaksanakan secara berkala, teratur, dan diikuti oleh para anggota komunitas Punk Muslim.

Pengajian dilihat dari tujuannya termasuk ke dalam pelaksanaan dakwah sebagai syi’ar Islam yang berlandaskan Al Qur’an dan Al Hadits. Selain itu pengajian juga merupakan salah satu strategi pembinaan umat sekaligus wahana

3

Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 491. 4

Dawan Raharjo,Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3S, 1995), h. 5. 5

Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat, Kiai Pesantren, Kiai Langgar di Jawa, (Yogya: LKIS, 1999), h. 12.


(32)

dakwah Islamiyah yang murni ajarannya.6 Pengajian merupakan kegiatan pendidikan Islam yang senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan pengetahuan agama Islam serta kecakapan dalam rangka mencari ridha Allah SWT.

Salah satu ajaran Islam yang paling penting dan berorientasi praktis serta strategis (strategic oriented) adalah ajakan kepada manusia agar berada dan tetap berada dalam jalan yang benar yang popular disebut dakwah. Islam, baik yang disebut sebagai agama maupun kumpulan nilai-nilai dan ajaran-ajaran tidak akan berarti apa-apa, terutama menyangkut aspek Sosiologis, apabila nilai-nilai yang terdapat di dalamnya tidak dipahami dan diamalkan. Karenanya, dakwah dalam Islam menjadi built in dalam keseluruhan bangunan sentral kajian dan praktek Islam.7

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam seluruh umat manusia. Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bilamana ajaran Islam mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.8









6

M. Firmansyah R.,Respon Jama’ah Terhadap Pengajian Kitab Fikih Shalat di Masjid Riyadhul Jannah Gunung Putri, (Jakarta: Skripsi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 2008), h. 15.

7

Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya,h. 147.

8


(33)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An Nahl: 125).9

Usaha untuk menyebarluaskan Islam, begitu pula untuk merealisir ajarannya di tengah-tengah kehidupan umat manusia adalah merupakan usaha dakwah, yang dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun harus dilaksanakan oleh umat Islam. Dan pengajian adalah termasuk salah satu dalam kegiatan dakwah Islam.10

Islam termasuk salah satu agama dakwah seperti juga agama-agama lain, yakni agama samawi (dari langit atau Tuhan) yang harus disebarkan dan di bumikan. Keharusan menyebarkan agama kepada segenap manusia, terlebih-lebih pada masa sekarang, telah menjadi keharusan kemanusiaan karena menjadi kebutuhan universal dan asasi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyuburnya mental materialis, hedonis, kemiskinan, pengangguran, dan goncangan. Banyaknya gangguan psikis manusia telah memperkukuh eksistensi agama sebagai alternatif yang terlupakan dalam mengatasi persoalan-persoalan ini.

Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut dalam teori dan praktek Islam hanya bisa dilakukan melalui dakwah, yakni upaya mengajak manusia

9

Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Bumi Restu, 1975), h. 421.

10


(34)

kembali kepada asas ketuhanannya sebagai nilai kemanusiaan dan mengembangkan potensi-potensi kemanusiaannya dalam dimensi lain.11

Kegiatan dakwah adalah sebuah proses di mana di dalam proses dakwah terdapat faktor yang saling berhubungan dan memengaruhi antara satu faktor dengan faktor yang lainnya. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Pelaksana dakwah (da’i), da’i merupakan kunci yang menentukan keberhasilan dan kegagalan dakwah. Oleh karena itu, faktor ini terdapat ciri-ciri serta persyaratan-persyaratan jasmani maupun rohani yang sangat kompleks bagi pelaksana yang sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah.

b. Objek dakwah (mad’u), objek atau sasaran dakwah berupa manusia yang harus dibimbing dan dibina menjadi beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Objek dakwah dilihat dari aspek psikologis memiliki variabilitas yang luas dan rumit menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan yang berbeda menuntut pendektan berbeda pula.

c. Lingkungan dakwah, suatu faktor yang besar pengaruhnya bagi perkembangan sasaran dakwah, berupa individu maupun kelompok manusia serta kebudayaan.

d. Media dakwah, faktor yang dapat menentukan kelancaran proses pelaksanaan dakwah. Faktor ini kadang-kadang disebut defent variables,

11

Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya, h. 148.


(35)

artinya dalam penggunaannya atau efektivitasnya tergantung pada faktor lain terutama orang yang menggunakannya. Namun kegunaannya bisa polypragmatis (kemanfaatan berganda) atau monopragmatis (kemnafaatan tunggal) dalam rangka mencapai tujuan dakwah.

e. Tujuan dakwah, suatu faktor yang menjadi pedoman dan arah proses yang dikendalikan secara sistematis dan konsisten.12

Keberhasilan dakwah, terjadi melaui proses yang sangat intensif dan gelombang yang terkadang memilukan. Islam diterima umat manusia, tidak hanya kalangan bangsawan, ningrat, dan kalangan terpelajar saja. Tetapi kaum pinggiran pun memuluk Islam. Mustad’afin (fakir, miskin, dan anak-anak terlantar) pun masuk Islam. Mereka dari kalangan dan latar belakang berbagai ragam suku, budaya, agama, dan sebagai konsekuensinya melahirkan pemikiran-pemikiran dan sikap keberagamaan yang berbeda pula.13

C. Sikap

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap bisa pula berarti kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.14 Sedangkan menurut Arifin, pengertian sikap didefinisikan berdasarkan pendapat dari para ahli Psikologi, di antaranya:

12

Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 136-138.

13

Acep Aripudin dan Syukriandi Sambas, Dakwah Damai: Pengantar Dakwah Antarbudaya, h. 149.

14

Sarlito W. Sarwono,Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003, cet. Ke-9), h. 100.


(36)

a. Charles Bird mengartikan sikap sebagai suatu yang berhubungan dengan penyesuian diri seseorang kepada aspek-aspek lingkungan sekitar yang dipilih atau kepada tidakan-tindakannya sendiri. Bahkan lebih luas lagi, sikap dapat diartikan sebagai predisposisi (kecenderungan jiwa) atau orientasi kepada suatu masalah, institusi, dan orang-orang lain.

b. F. H. Allport berpendapat bahwa sikap adalah suatu persiapan bertindak berbuat dalam satu arahan tertentu. Dibedakan adanya 2 macam sikap, yakni sikap individual dan sikap sosial.15

Sedangkan menurut Prof. Dr. Mar’at yang dikutip oleh Rahmat Jalaluddin menerangkan bahwa meskipun belum lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian tentang sikap. Prof. Dr. Mar’at merangkumnya menjadi 11 rumusan, yaitu:

a. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (attitudes are learned). b. Sikap selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia, wawasan,

peristiwa ataupun ide (attitudes have referent).

c. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah, sekolah, tempat ibadah ataupun tempat lainnya melalui nasihat, teladan atau percakapan (attitudes are social learning).

d. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara tertentu terhadap objek (attitudes have readiness to respond).

15


(37)

e. Bagian yang dominan dari sikap adalah persaan dan afektif, seperti yang tampak dalam menentukan pilihan, apakah positif, negatif atau ragu (attitudes are affective).

f. Sikap memiliki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau lemah (attitudes are very intensive).

g. Sikap bergantung kepada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat tertentu mungkin sesuai, sedangkan di saat dan situasi yang berbeda belum tentu cocok (attitudes have a time dimension).

h. Sikap dapat bersifat relatif konsisten dalam sejarah hidup individu (attitudes have duration factor).

i. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi ataupun kognisi individu (attitudes are complex).

j. Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu atau mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan (attitudes are evaluations).

k. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (attitudes are inferred).16

Jadi sikap adalah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan yang sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Travers, Gagne, dan Cronbach sepakat bahwa sikap memiliki 3 aspek, yaitu:

16


(38)

a). Aspek Kognitif: yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal pikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu.

b). Aspek Afektif: berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek tertentu.

c). Aspek Konatif: berwujud proses tendensi atau kecenderungan member pertolongan, menjauhkan diri, dan sebagainya.17

Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan perilakunya. Seperangkat penting yang mempengaruhi konsistensi adalah apakah sikap itu merupakan sikap yang kuat dan jelas. Ketidakkonsistenan justru timbul dari sikap yang lemah dan ambivalen. Segala sesuatu yang mendukung sikap yang kuat pasti meningkatkan konsistensi sikap-perilaku. Tentu saja, salah satu faktornya adalah berapa kali kita terdorong untuk berlatih dan mempraktekkan sikap kita. Fazio dan kawan-kawannya (1982) memperlihatkan bahwa pada saat orang yang memikirkan dan mengekspresikan sikap mereka, perilaku mereka selalu lebih konsisten dengan sikapnya, nampaknya karena hal ini membantu dalam memperkuat sikap.18

Pengalaman langsung masa lalu yang berkaitan dengan suatu masalah juga akan memperkuat sikap, kemudian meningkatkan kekuatan sikap seseorang

17

H. Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 148-149. 18


(39)

terhadap perilakunya.19 Oleh sebab itu, faktor penting dari konsistensi sikap-perilaku adalah penonjolan sikap yang relevan yang kita perhatikan.20

Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dengan individu-individu lain di sekitarnya. Sedangkan sikap dapat terbentuk atau berubah melalui empat macam cara, yaitu:

a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensiasi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan beetambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

c. Integrasi, psembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dari berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

d. Trauma, trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan dan meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.21

19

David O. Sears,Psikologi Sosial, h. 151. 20

David O. Sears,Psikologi Sosial, h. 153. 21


(40)

Dari definisi yang disampaikan G. A. Alport, lebih ditekankan bahwa sikap adalah kesediaan seseorang untuk bertindak (readiness to act) itu ditentukan oleh pola pengalamannya. Atau dengan kata lain, pengalaman seseorang akan banyak mempengaruhi manusia dalam mengambil atau menentukan sikapnya terhadap suatu objek atau stimulus tertentu.22

Perubahan dan pembentukan sikap, selanjutnya dapat dilihat dari segi seberapa jauh intensitas dari seseorang dalam melakukan interaksi sosialnya baik di luar maupun di dalam kelompoknya. Karena interaksi itu juga adalah masalah komunikasi, maka dapat dikatakan sejauh manakah seseorang itu terlibat dalam komunikasi baik langsung maupun tidak langsung, sehingga dengan hubungan ini bertambahlah referensi dalam pengalaman-pengalamannya sebagai dasar bagi dirinya dalam hal membentuk atau merubah sikapnya yang ada.

Dengan demikian, perubahan dan pembentukan sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh situasi internal maupun ekternal yang dapat meliputi:

 Bagaimana isi pesan yang diterimanya

 Siapkah orang yang menyokong isi pesan tersebut

 Bagaimana hubungan pesan yang diterima dengan norma-norma kelompoknya, apakah cukup menguntungkan ataukah dapat menimbulkan tantangan dari kelompoknya?

 Dalam situasi bagaimanakah pesan itu disampaikan dan bagaimana caranya?

22


(41)

Demikianlah bahwa perubahan dan pembentukan sikap akan selalu dihubungkan dengan pengalaman dan pandangan seseorang khususnya dalam hubungannya dengan norma-norma kelompoknya. Mungkin sekali pesan itu bisa diterima, difahami oleh seseorang tetapi apabila dia memperhitungkan untung rugi, dan kemungkinan kurang bisa diterima dari ukuran norma kelompok, seringkali pesan itupun belum mampu merubah atau membentuk sikap.

Sikap seseorang mungkin saja tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari, dengan perkataan lain adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku.23

Dari pengertian di atas penulis mendefinisikan sikap sebagai sesuatu tindakan secara tertentu terhadap sesuatu yang bisa menyebabkan suatu perubahan ataupun tidak terjadi perubahan pada diri seseorang ataupun kelompok orang. Penelitian ini menekankan pada perubahan sikap yang terjadi setelah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan yang kemudian dapat merubah sikap serta cara pandang komunikan terhadap sesuatu.

D. Keberagamaan

Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sebuah sistem, prinsip, kepercayaan, kepada Tuhan dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.24Agama adalah sebuah konsep yang terpisah dari penganutnya dan setelah mendapat awal ‘ber’, dalam Kamus

23

Zakiyah Drajat dkk,Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 266. 24


(42)

Umum Bahasa Indonesia diartikan menganut (memeluk agama) dan beribadah, taat pada agama serta baik hidupnya menurut agama.25

Dalam masyarakat Indonesia selain kata agama, dikenal juga katadindari Bahasa Arab dan kata religi dari Bahasa Eropa. Dalam buku Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Harun Nasution menjelaskan kata religi yang berasal dari Bahasa Latin “relegare” berarti mengumpulkan atau membaca, dan “religare” yang berarti mengikat. Dalam arti bahwa agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan sifatnya mengikat bagi manusia yaitu ikatan antara ruh manusia dengan Tuhan.

Katadinmenurut bahasa semit berarti undang-undang, hukum, sedangkan dalam bahasa Arab berarti menguasai, menundukkan, patuh, hutang-hutang, balasan, dan kebiasaan. Hal ini berarti bahwa agama membawa peraturan-peraturan yang merupakan hukum-hukum yang harus dipatuhi dan dapat menguasai diri seseorang sehingga membuat ia patuh dan tunduk kepada Tuhan dengan menjalankan agama.26

Selain itu, agama sebagai kata yang berasal dari bahasa sangsekerta yang

artinya “tidak kacau”. Agama diambil dari dua akar suku kata, yaitua yang berarti

“tidak” dan gama yang berarti “kacau”. Hal ini mengandung pengertian bahwa

agama merupakan suatu peraturan kehidupan agar tidak kacau.27

25

JS. Badudu dan Suta Mohammad Zein, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h. 13.

26

Harun Nasution,Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), h. 9.

27


(43)

Sedangkan definisi agama menurut Sosiologi adalah definisi empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluatif (menilai). Ia

“angkat tangan” mengenal hakikat agama, baik atau buruknya agama-agama yang diamati. Dari pengamatan ini ia hanya sanggup memberikan definisi yang deskriptif (menggambarkan apa adanya), yang menggungkapkan apa yang ada dimengerti dan diamali pemeluk-pemeluknya.28

Agama secara mendasar dan umum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan dunia gaib, khususnya dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya. Dan secara lebih khusus, agama dapat didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam mengisi interpretasi dan memberikan respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci.29

Agama merupakan hubungan yang dihayati manusia dengan yang transenden yang melebihi dan mengatasi alam ciptaan ini (Tuhan). Hubungan ini bersifat lahir batin. Dari segi luar, agama menyangkut kelakuan, perilaku atau tindak tanduk tertentu yang merupakan segi batin dalam praktek kehidupan. Dari segi batin, agama menyangkut perasaan, keinginan, harapan, dan keyakinan yang dipunyai manusia terhadap kekuasaan yang transenden.30

28

Hendropuspito,Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kansius, 1998), h. 29-30. 29

Roland Robertson, Agama dan Analisa dan Interpretasi Sosiologi, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), h. v-vi.

30


(44)

Dan berbagai definisi di atas jelas tergambar bahwa agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya untuk menjadi pedoman hidup, sebagai jalan untuk menuju keselamatan di dunia kini dan di akhirat kelak.

Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat dipahami secara terpisah, meskipun keduanya mempunyai makna yang sangat erat. Sedangkan keberagamaan berarti pembicaraan mengenai pengalaman atau fenomena yang menyangkut hubungan antara agama dan penganutnya, atau suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang (penganut agama) yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan agamanya.

Sedangkan yang dimaksud dengan sikap keberagamaan menurut Jalaluddin adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keberagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur kognitif. Jadi, sikap keberagamaan merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa sikap keberagamaan menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan.31

Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Zakiyah Dradjat, bahwa kondisi kedalaman keberagamaan akan terbentuk dalam diri pemeluk agama

31


(45)

apabila ia memiliki kesadaran keagamaan (religious counsciousness) dan pengalaman keagamaan (religious experience). Kesadaran keagamaan merupakan aspek yang hadir dalam hati dan pikiran atau aspek mental dari pelaku aktivitas agama. Adapun pengalaman keagamaan merupakan kesadaran keagamaan dalam menumbuhkan keyakinan yang menghasilkan tindakan atau amaliah.32

Mahmud Syaltut menyatakan bahwa beragama atau keberagamaan adalah usaha manusia mencontoh Tuhan dalam sifat-sifat-Nya dan dari hasil usaha itulah dicapai manusia yang didambakan agama.33 Sehingga, konteks keberagamaan tidak hanya berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan, tetapi pembentukan kepribadian dan watak yang berkualitas sesuai dengan tuntutan agama. Dan penerapannya dalam sikap dan perilaku hidup.

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan

Bagaimana bentuk sikap keberagamaan seseorang dapat dilihat seberapa jauh keterkaikan komponen kognisi, afeksi, dan konasi seseorang dengan masalah-masalah yang menyangkut agama. Hubungan tersebut jelasnya tidak ditentukan oleh hubungan sesaat, melainkan sebagai hubungan proses, sebab, pembentukan sikap melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman. Dan bentuk sikap itu sendiri ternyata tidak semata-mata tergantung sepenuhnya kepada faktor eksternal, melainkan juga dipengaruhi oleh kondisi faktor internal seseorang.34

32

Zakiyah Dradjat,Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 3-4. 33

Quraish Shihab,Membumikan Al Qur’an, (Bandung: Mizan, 1993), Cet ke-3, h. 280. 34


(46)

a. Faktor Intern: merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembentukan sikap keberagamaan atau kebutuhan manusia akan agama. Walaupun para ilmu jiwa belum sependapat tentang kemutlakan naluri beragama atau sebagian besar membenarkan eksistensi naluri itu. Manusia di manapun mereka hidup, baik secara kelompok atau sendiri-sendiri terdorong untuk berbuat dengan mempergunakan diri dalam bentuk pengabdian kepada Zat Yang Maha Tinggi.

Para ahli psikologi agama belum sependapat tentang sumber rasa keagamaan ini. Rudolf Otto misalnya, menekankan pada dominasi rasa ketergantungan, sedangkan Sigmund Freud menekankan libido sexuil dan rasa berdosa sebagai faktor penyebab yang dominan.

Apapun pendapat mereka mengenai sumber rasa keagamaan, yang penting adalah adanya suatu pengakuan bahwa tingkah laku keagamaan seseorang timbul dari adanya dorongan dari dalam sebagai faktor intern. Sementara itu pakar-pakar agama Islam berpendapat bahwa benih agama muncul dari pertemuan manusia terhadap kebenaran, keindahan, dan kebaikan.35

Dalam ajaran Islam, bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah

35


(47)

kecenderungan terhadap agama. Hal ini selaras dengan pernyataan Quraish Shihab bahwa keberagamaan adalah fitrah, yakni sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya.36

































“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS: Ar Ruum: 30).

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa dalam diri manusia terdapat potensi atau kecenderungan untuk beragama. Kecenderungan untuk taat, patuh, dan tunduk kepada ajaran-ajaran agama. Bila potensi ini tumbuh dan berkembang dengan baik, dalam arti pengetahuan akan norma-norma agama dapat diperoleh dan diserap dengan baik, serta diperkuat dengan keyakinan terhadap kebenaran nilai-nilai yang terkandung di dalamnya maka akan menbentuk kesadaran keagamaan dan terwujud dalam sikap yang mencerminkan ketaatan terhadap ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

b. Faktor Ekstern: sikap keberagamaan pada diri individu juag dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar individu yang ada pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama

36

Quraish Shihab,Wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), h. 375.


(48)

dalam pendidikan, yang memberikan landasan bagi individu untuk belajar. Bahkan pendidikan yang diterima seseorang di dalam keluarga terutama dari kedua orang tuanya akan menjadi dasar dari pembinaan kepribadian individu.37

Al Qur’an Al Karim yang dibawa oleh Rasulullah SAW. untuk mendidikan umat manusia amat menekankan tentang peran dan tanggung jawab kedua orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dalam mengemban tugas mendidik anak.38

Sebagaimana firman Allah SWT.:























“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS: At Tahriim: 6)

Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada individu. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada berbagai faktor yang dapat memotivasi seseorang untuk memahami nilai-nilai agama.

37

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 43.

38

Abuddin Nata,Pendidikan Dalam Perspektif Al Qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 314.


(49)

Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama.39

2. Indikator Sikap Keberagamaan

Menurut pendapat Glok dan Stark seperti yang telah dikutip Masri Singarimbun, untuk mengukur tingkat religiusitas seseorang dapat dipakai kerangka sebagai berikut:

a. Keterlibatan tingkat ritual (ritual involvement), yaitu tingkatan sejauh mana seseorang melakukan atau mengerjakan kewajiban ritual agama mereka.

b. Keterlibatan ideologi (ideological involvement), yiatu tingkat sejauh mana seorang menerima hal-hal yang dogmatis dalam agama mereka.

c. Keterlibatan intelektual (intellectual involvement), yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, seberapa jauh aktifitas dalam menambah pengetahuan agama mereka.

d. Keterlibatan pengalaman (experimental involvement), yaitu tingkatan untuk menunjukkan apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan.

39


(50)

e. Keterlibatan secara konsekuen (consequential involvement), yaitu tingkatan yang mengacu kepada apakah perilaku seseorang berkonsekuen dengan ajaran agamanya.40

E. Sejarah Komunitas Punk

Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Setelah perang dunia II tahun 1970-an, Inggris mengalami krisis ekonomi. Dalam menghadapi krisis ekonomi tersebut, Inggris meminta bantuan kepada Amerika Serikat untuk pemulihan ekonomi di negaranya. Keterpurukan ekonomi di beberapa negara Eropa, termasuk di Inggris merupakan kekuatan bagi Amerika Serikat, karena dalam kondisi ini pengaruh komunisme dari negara-negara Eropa Barat oleh Uni Soviet (sekarang Republik Rusia) dapat dengan mudah masuk dan berkembang. Komunisme dapat berkembang pesat di negara-negara yang sedang mengalami tekanan ekonomi, karena pada kondisi tersebut dapat terjadi berbagai bentuk solidaritas buruh dan petani yang menuntut perbaikan hidup.41

Pemulihan ekonomi di Inggris difokuskan dalam bentuk pembangunan pabrik-pabrik. Sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam menghasilakan produk-produk yang diyakini pemerintah akan dapat memperoleh

40

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi,Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), h. 126-127.

41


(51)

keuntungan besar-besaran dengan cepat sebagai upaya perbaikan dan pemulihan ekonomi negara. Pemulihan ekonomi Inggris memang berlangsung dengan cepat sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah, namun hal ini memiliki dampak secara langsung bagi orang-orang kelas pekerja.

Gagasan yang muncul untuk pemulihan ekonomi secepat mungkin membuat pemerintah berpikir dan memandang uang atau keuntungan adalah segala-galanya, sehingga berkembanglah kapitalisme. Kapitalisme telah membuat pemerintah mengeksploitasi, menindas, dan menekan kelas pekerja untuk memenuhi target pemulihan ekonomi.

Kelas pekerja telah menjadi korban industrialisasi yang di dalamnya terdapat dorongan kapitalisme. Untuk melawan hal tersebut, orang-orang muda dari kelas pekerja membentuk perlawanan segala macam bentuk kapitalisme di Inggris. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti kemiskinan, eksploitasi, dan keputusasaan. Kelas pekerja yang menjadi korban kapitalisme tersebut merupakan kumpulan orang-orang muda yang mempunyai semangat perubahan dan perlawanan hidupnya.

Untuk melawan kapitalisme, mereka menyiapkan berbagai alternatif untuk keluar dari keterpurukan ini. Bentuk perlawanan ini merupakan bagian bagaimana orang muda harus mampu bertahan hidup dengan keadaan separah apapun yang terjadi pada dirinya. Mereka melakukan berbagai aksi protes dan kritikan langsung yang diarahkan kepada pemerintah dan negara melalui berbagai ide dan


(52)

tingkah laku yang melawa kapitalisme. Ide dan tingkah laku itu terwujud dalam Punk.42

Kelahiran Punk pada pertengahan tahun 70-an didasari karena adanya ketidakpuasan akan sistem serta aturan yang berlaku di Inggris serta sebagai bentuk ide dan perlawanan orang muda kelas pekerja terhadap pemerintah yang menerapkan sistem kapitalisme yang mengatasnamakan pemulihan ekonomi dengan melakukan eksploitasi, penindasan, dan diskriminasi.

Sejak awal kelahirannya pada tahun 70-an, politik masuk dan berkembang pesat pada tahun 80-an bersamaan dengan diproduksi dan didistribusikannya rekaman-rekaman Punk dan literatur-literaturnya. Sebelumnya Punk dikategorikan sebagai cabang kaum muda kelas menengah ke bawah atau kelas pekerja, dengan penyebarannya ke Amerika dan proses evolusi benih Punk pada tahun 1980 untuk menampilkan karakteristik budaya perlawanan dan kelas menengah, Punk menggunakan gaya (musik, fashion, bahasa “prokem”, dan lain-lain) seperti yang digambarkan oleh Dick Hebdige..

Di Indonesia musik Punk dikenal sejak akhir tahun 70-an atau awal 80-an, tidak jelas siapa pencetusnya tetapi baru mengalami perkembangan pesat pada 90-an. Di Jakarta, Punk muncul sebagai sebuah komunitas anak Punk yang terlihat pertama kali di sebuah musik Rock, yaitu konser musik Metallica di stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Namun komunitas Punk adalah Young of Forder (Y.O) sebuah nama yang identik dengan gambaran sekelompok orang muda yang

42

Agoeng Prasetyo, Deskripsi Anak Punk di Bandung, Skripsi Sarjana Antropologi, (Jakarta: FISIP UI Depok, 2000), h.20-21.


(53)

suka bertindak kriminalitas untuk bertahan hidup di perkotaan. Y.O didirikan oleh sekelompok orang muda dari kelas ekonomi yang menengah ke atas dan mash bersekolah ataupun kuliah di tempat-tempat elit di Jakarta. Y.O menjadi tempat bagi para penggemar musik Punk di Jakarta untuk bertemu dan bertukar pikiran dengan menggunakan atriut-atribut Punk sebagai gaya penampilan mereka saat berkumpul.


(54)

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Terminal Pulogadung Jakarta Timur, tepatnya di keluarahan Pulogadung kecamatan Pulogadung Jakarta Timur.

Kecamatan Pulogadung terletak berbatasan wilayah bagian utara dengan Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara, bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Cakung Jakarta Timur, bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur, dan bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Matraman dan Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Timur.

Kantor kelurahan Pulogadung beralamat di Tanah Koja Jalan Kayu Putih IV, nomer telfon 021-4715115. Kelurahan Pulogadung memiliki kode pos 13260. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 260,10 HA, dengan jumlah penduduk sebanyak 21.555 jiwa.1

Sedangkan Terminal Pulogadung adalah terminal terbesar di DKI Jakarta, karena rute transfer Transjakarta (Busway) koridor II, IV rute alternatif Pulogadung-Kalideres, dan rute altermatif Pulogadung-Ragunan, serta bus kota, dan bus antarkota lebih banyak. Terminal bus ini bisa dikatakan lebih repot dan semrawut, karena karakter terminal ini dipenuhi dengan pedagang kaki lima (PKL) dan rawan aksi kejahatan (tindak kriminal). Hal ini juga disebabkan terminal Pulogadung berdekatan dengan Pulogadung Trade Center dan Kawasan

1

www.bps.go.id,Statistik Kecamatan Pulogadung 2008, diakses pada 1 Desember 2010.


(55)

Industri Pulogadung. Alamat terminal ini di Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Bekasi Raya. Rute bus kota dan antar kota ini bersatu dengan Pasar Pulogadung.

B. Sejarah Punk Muslim

Punk yang berkembang di Indonesia, lebih terkenal dalam hal pakaian yang dikenakan dan tingkah laku yang diperlihatkan. Mereka, komunitas Punk, merasa mendapat kebebasan. Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan

anak muda yang berlandaskan pada keyakinan ”kita dapat melakukan sendiri”.

Selama ini, komunitas Punk memang dikenal dengan gaya hidupnya yang serba bebas. Mereka berupaya melepaskan diri dari berbagai aturan, baik norma masyarakat, aturan pemerintah, maupun agama. Bagi mereka, gaya Punk bukan sekedar corak dalam bermusik. Punk sudah menjadi ideologi dan mereka menganut anarkisme yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa aturan.

Siapa yang menyangka kehidupan jalanan ternyata tak seburuk yang dibayangkan. Di antara segerombolan pengamen, anak-anak jalanan, dan pedagang asongan, yang kerap diidentikkan dengan minuman keras, ngelem (menghirup aroma lem aibon), narkoba, free sex, dan sebagainya, masih ada setitik cahaya yang memberikan harapan bahwa dakwah di kalangan yang dianggap termarjinalkan ini masih ada dan mungkin saja dapat dilakukan. Salah satunya adalah komunitas yang menamakan diri mereka Punk Muslim.

Punk Muslim lahir karena keprihatinan seorang Budi Khoironi akan kondisi pemuda yang berada di komunitas Punk. Mereka hidup tanpa orientasi


(56)

(anti kemapanan) dan meninggalkan agamanya. Punk Muslim berdiri sejak Ramadhan 1427 H, tepatnya hampir 4 tahun lalu, yang digagas oleh Muhammad Budi Khoironi, atau yang akrab dipanggil Buce. Awalnya Punk Muslim hanya beranggotakan Darma, Asep, Mongxi, dan Luthfi.

Keprihatinan dan kesukaan Budi terhadap musik dan kesenian sempat dituangkannya dalam sanggar kesenian bernama Warung Udix Band, sekitar 8 tahun lalu. Di sanggar inilah anak-anak jalanan berkumpul untuk latihan band sekaligus belajar mengaji. Namun ternyata, kedekatan Budi dengan komunitas Punk dan anak jalanan tidak berlangsung lama karena Allah SWT. memanggil Budi pada Mei 2007. Budi meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Sebelum meninggal, Budi telah menitipkan amanah untuk membimbing dan mengasuh komunitas Punk dan anak jalanan tersebut kepada Ahmad Zaki.2

Budi yang jebolan pesantren ini menganggap masih ada harapan untuk memperbaiki kondisi pemuda yang berada di komunitas Punk yang sudah telanjur dianggap hidup tanpa orientasi, antikemapanan, dan meninggalkan agamanya. Susah payah Budi merangkul anak-anak Punk dan mengajak mereka kembali ke Islam, agama yang sebagian besar dianut oleh komunitas ini. Pilihan Budi untuk hidup di jalanan adalah pilihan untuk menyentuh objek dakwah yang tak pernah disentuh, yaitu anak-anak jalanan.

Punk Muslim diawali dari kejenuhan disreipairisasi kehidupan diri dan sosial. Kejenuhan menjadi sebuah kegelisahan untuk berdiri dan bangkit

2


(57)

mensubversi hegemoni hitam hati dalam diri dan hegemoni hitam budaya Punk itu sendiri. Kegelisahan menjelma menjadi sebuah keprihatinan untuk menjadi sebuah kepedulian menyelamatkan diri dari kehidupan Punk dari lubang yang mereka gali sendiri.

Dari penuturan beberapa Punk Muslim, lama kelamaan mereka merasa jenuh. Mereka ingin tetap nge-Punk dalam bermusik, tapi mereka sudah lelah dengan berbagai budaya Punk yang negatif. Komunitas Punk Muslim pun lahir untuk menjadi wadah bagi bagi mereka memadukan Punk dan mendalami lagi spiritualitas. Komunitas yang didirikan almarhum Budi, pendiri komunitas Warung Udix Pulogadung, masih tetap bermusik dan ber-Punk ria tapi tanpa narkoba tentunya.

Pada pertengahan tahun 2007, Punk Muslim dieksistensikan untuk menjadi sebuah komunitas yang bershafkan Punkajian (pengajian), pendidikan, seni musik, dan akan berkembang menjadi shaf-shaf lainnya termasuk shaf ekonomi yang sedang Punk Muslim rintis. Punk Muslim adalah sekumpulan pemuda-pemudi yang ingin hidup bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. “Melawan arus” adalah jalan yang dipilih mereka dan dipilihkan-Nya. Karena berjalan dalam ladang yang tidak bertuan (jalanan), yang sangat rentan dengan konflik.

Dua hal yang tidak mungkin disatukan, Punk yang menyuarakan anti Tuhan dan Muslim adalah pelaku ajaran monotheis Islam, Punk Muslim tidak


(58)

bermaksud untuk menyatukan dua kata ini dalam pengertian yang harfiah. Karena memang antara Punk dan Islam (Muslim) tidak akan pernah bisa bersatu.3

Punk Muslim mencoba menjalankan perintah seperti, “sampaikanlah walau hanya satu ayat”, “saling ingat mengingatkanlah kalian dalam kebaikan”, atau ribuan perintah-perintah yang lain. Menurut Punk Muslim, yang baru bisa mereka kerjakan dari perintah-perintah itu satu, dua atau tiga saja. Dan mereka mengkhususkan untuk menyampaikan kepada diri mereka sendiri dan merangkul kawan-kawan Punk yang terlanjur nge-Punk.

Lebih jauh lagi Punk Muslim ingin memberikan sebuah opsi kepada para Punkers, atau sebagai sebuah gerakan oposisi dalam “negara” yang bernama Punk ini, yang sebenarnya banyak juga kesenjangan antara para pemikir (tokoh) dan pengekornya (rakyat). Punk Muslim mencoba menemani kawan-kawan Punk yang sudah mulai lelah dan payah dengan Punk yang telah mereka jalani.

Kehadiran komunitas Punk Muslim tidak melawan para Punkres, yang Punk Muslim lawan adalah sebuah konsep atau sistem yang membuat mereka seperti sekarang, melawan pembiasan makna kebebasan yang ekstrim dan terlampau mengada-ada. Juga melawan dasar mereka turun ke jalan entah karena broken home atau sebab lain.

Muslim adalah sebuah subjek, dan Punk hanya sebuah objek. Terlepas dari letak susunan kata subjek dan objek, “Punk Muslim” atau “Muslim Punk”. Punk

3


(59)

Muslim hanyalah anti-tesis yang mencoba membuat dialektika dalam Punk itu sendiri. Dan Punk Muslim bukanlah Punk Islam atau Islam Punk, mereka tetap menyatakan dirinya Punk Muslim.

Punk Muslim juga dijuluki sebagai Nasyid Underground karena aliran musiknya yang banyak menyuarakan syair Islami tapi dengan gaya Punk. Seiring berjalannya waktu, banyak kalangan yang dapat menerima gaya bermusik Punk Muslim hingga permintaan albumnya pun membludak. Kini, Punk Muslim telah berhasil merampungkan album keduanya.

Salah satu anggota dari Punk Muslim mengatakan bahwa dari Punk Muslim inilah kita dapat belajar satu hal bahwa musik adalah sebuah hal yang

sifatnya universal, untuk semua kalangan dan “No Boundaries”. Dua hal yang sebelumnya seakan bertentangan dan mustahil disatukan ternyata mampu berjalan beriring bersama dalam melakukan perubahan bagi lingkungan masyarakat. Dan hal itu dapat terwujud melalui media musik.

C. Aktifitas Komunitas Punk Muslim

Komunitas Punk Muslim memiliki beberapa kegiatan rutin yang biasa mereka laksanakan. Di antaranya adalah musik, Jambore, mabit, jaulah atau silaturahmi ke daerah-daerah yang terdapat komunitas Punk, usaha pemberdayaan ekonomi mandiri, dan pengajian.

Punk Muslim menyalurkan aspirasi mereka melalui sebuah grup band Punk yang juga bernama Punk Muslim. Grup band ini telah menelurkan sebuah


(60)

album indie label yang berjudul ‘Soul Revolution’. Dalam album yang dirilis tahun 2007 itu, Punk Muslim mencoba memadukan aliran musik Punk dengan syair-syair yang religi. Judul lagu-lagu mereka di antaranya ada ‘Muhammad Fans Club’, ‘Marhaban Ya Ramadhan’, dan ‘Sa’labah’.

Pada awalnya Punk Muslim beranggotakan Ambon, Asep, Mongxi, dan Luthfi. Dahulu, Budi sempat menjadi vokalis Punk Muslim sebelum beliau wafat. Sepeninggal Budi, Punk Muslim merasa kehilangan sosok bersahaja dan yang akrab dengan komunitas Punk Muslim. Komunitas ini awalnya ragu, apakah pengajian, khususnya, akan tetap berjalan setelah Budi wafat.

Namun keraguan itu segera mereka ubah dengan kesungguhan bahwa Punk Muslim akan tetap eksis ada ataupun tidak adanya Budi di samping mereka. Setelah Budi wafat, Punk Muslim sebagai sarana dakwah anak-anak Punk memfokuskan tujuannya kepada dua hal, yaitu gerakan (movement) dan musik. Punk Muslim lebih menggali gerakan dan konsep musiknya lebih dalam agar sarat makna dan kualitas yang lebih baik.

Kepiawaian Punk Muslim dalam bermusik diasah setiap Kamis malam di rumah Ambon di sekitar daerah Vespa, Pulogadung, yaitu dengan latihan rutin. Punk Muslim juga dijuluki Nasyid Underground karena aliran musiknya yang banyak menyuarakan syair Islami tapi dengan gaya punk. Seiring berjalannya waktu, banyak kalangan yang dapat menerima gaya bermusik Punk Muslim hingga permintaan albumnya pun membludak.


(61)

Punk Muslim di beberapa tempat dan acara. Salah satunya adalah penampilan Punk Muslim di kampus-kampus pada acara konser musik. Punk Muslim telah manggung di beberapa mall dan kampus, seperti Pangrango Plaza, Margo City, ITC Cempaka Mas, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Islam Negri Jakarta, dan Universitas Brawijaya. Selain itu, Punk Muslim juga melayani permintaan untuk pentas di komunitas Punk, sekolah-sekolah, dan pengajian rutin.

Punk Muslim telah mengeluarkan album pertama bertajuk ‘Soul Revolution’ dan sebanyak 1000 kaset album tersebut dibagikan gratis kepada para peminat band yang beraliran campur-campur ini: ngepunk, ngerapp, bahkan kadang etnik. Walaupun album mereka tidak banyak dikenal orang seperti halnya grup band ternama di Indonesia, tetapi mereka tetap optimis masih bisa bermain musik.

Nuansa yang sama juga akan ditampilkan dalam album ke dua Punk Muslim yang telah selesai dirilis tahun 2010 dan telah launching pada April 2010

pula. Dalam album yang diberi judul ‘Anarchy In A Dark Show’, Punk Muslim ingin menyampaikan pesan pembebasan. Maksudnya adalah, pembebasan dari dunia gelap yang selama ini mereka jalani sebagai anak Punk.

Para Punkers yang tergabung dalam Punk Muslim memang mengalami banyak perubahan gaya hidup. Namun mengamen dari bis ke bis tetap mereka lakukan. Begitu juga dengan nongkrong di pinggiran jalan. Karena mengamen telah menjadi kehidupan mereka dan dari hasil mengamenlah mereka


(1)

Punk Muslim saat diwawancarai oleh DAAI TV dalam launching album kedua Punk Muslim di Tugu Senen Jakarta Timur, Rabu 21 April 2010.

Para advokat “PAHAM” yang bekerjasama dengan komunitas Punk Muslim dan anak jalanan saat menghadiri launching album kedua Punk Muslim April 2010.


(2)

Punk Muslim dan para advokat“PAHAM”berkumpul sebelum acara launching.

Darma, salah seorang anggota Punk Muslim yang sedang membaca ayat Al Qur’an sebelum acara launching dimulai.


(3)

Penonton yang menyaksikan penampilan Punk Muslim saat launching album.

Ustadz Zaki dan Punk Muslim saat mengikuti pengajian sekaligus Jambore di Puncak 2009.


(4)

Suasana makan bersama yang penuh dengan keakraban saat Jambore.


(5)

Zaki dan Punk Muslim bersama presenter TV One saat peringatan Hari Anti Korupsi Internasional, Bundaran HI 1 Desember 2010.

Punk Muslim saat tampil untuk memeriahkan Kampanye Pemilu Raya (Pemira) di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu 5 Mei 2010.


(6)

Punk Muslim saat menghadiri seminar “” yang diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, April