Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa optimis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menggambarkan perbedaan watak yang didasarkan pada
perbedaan pengalaman, latar belakang, dan kehidupan sosial seseorang. Dalam SIRC 2009 Berdasarkan hasil penelitian berupa polling, di Inggris
dalam suatu jurnal psikologi menghasilkan bahwa tinggi rendahnya optimisme seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni:
1. faktor dari lingkungan keluarga sebanyak 72
2. faktor kesehatan diri sebanyak 65, nampaknya faktor ini merupakan faktor
kunci yang mempengaruhi optimisme seseorang dan 3.
faktor politik dan ekonomi global sebanyak 12
Dengan cara yang sama, dari hasil polling di Inggris bahwa mayoritas orang sangat merasa optimis dalam hal kehidupan keluarga 61, hubungan pribadi 53,
dan kehidupan sosial 31, serta hanya ada 4 yang optimis terhadap masa depan negaranya.
2.1.2 Tipe Optimis
Dari analisis SIRC Social Issues Research Center, 2009, ditemukan berbagai macam tipe sifat optimisme menggunakan banyaknya partisipan yang ada dalam
polling nasional, dan mereka mendeskripsikan diri mereka sendiri: 1.
Realist 24 : saya tidak optimis ataupun pesimis, tapi cukup realistik mengenai apa yang baik dan tidak baik dalam hidup saya.
2. Concrete optimist optimis konkrit 19 : saya optimis, tapi saya juga
realistik mengenai kemungkinan hasil dari suatu kejadian. 3.
Cautious optimist optimis yang berhati-hati 18 : saya optimis, tetapi saya berhati-hati untuk tidak puas dengan keberuntungan baik saya.
4. Situational optimist optimis terkondisikan 15 : tingkat optimis saya
berubah-ubah pada setiap situasi. 5.
Fatalist 6 : terutama sekali saya menerima bahwa saya tidak dapat merubah apa yang telah terjadi pada saya, baik itu bagus ataupun buruk.
6. Individualist 3 : terutama sekali saya yakin bahwa saya dapat mengontrol
apa yang akan terjadi pada saya, baik itu bagus atau buruk. 7.
Pessimist 3 : secara umum saya pesisimis apapun situasinya. 8.
Contagious optimist optimis yang menular 2 : saya selalu optimis dan keoptimisan saya menular pada mereka yang ada di sekitar saya.
9. Unbashed optimist sangat optimis 2 : saya selalu optimis apapun
situasinya.
Dalam hasil peneltian yang dilakukan oleh SIRC, hal-hal yang paling mempengaruhi tinggi rendahnya optimisme dalam diri seseorang secara umum
adalah; 1 keluarga, 2 kesehatan, 3 penghasilan pribadi, 4 kehidupan percintaan, 5 kehidupan sosial, 6 pekerjaan, 7 ekonomi Negara dalam hal ini di UK, 8
cuaca, 9 ekonomi global, 9 politik global.
2.1.3. Optimisme meraih kesuksesan masa depan
Goleman 2002 mengatakan bahwa optimisme masa depan adalah harapan kuat terhadap segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan akan mampu teratasi
dengan baik, walaupun ditimpa banyak masalah dan frustasi. Melihat optimis melalui titik pandang kecerdasan emosional, yakni suatu pertahanan diri pada seseorang agar
jangan sampai terjatuh kedalam masa kebodohan, putus asa, dan depresi bila mendapat kesulitan. Dalam menerima kekecewaan, individu yang optimis cenderung
menerima dengan respon aktif, tidak putus asa merencanakan tindakan kedepan, mencari pertolongan, dan melihat kegagalan sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki.
Harapan, menurut peneliti-peneliti modern, lebih bermanfaat daripada memberikan sedikit hiburan ditengah kesengsaraan; harapan memainkan peran yang menakjubkan
manfaatnya dalam kehidupan, memberikan suatu keunggulan dalam bidang-bidang yang begitu beragam seperti prestasi belajar dan keberhasilan memikul tugas-tugas
yang berat. Harapan, dalam artian teknis adalah lebih daripada pandangan yang optimis bahwa segala sesuatunya akan menjadi beres. Menurut Weinstein 1980
Beberapa data menyatakan bahwa seseorang cenderung bersikap optimisme tidak realistik dalam menghadapi masa depan mereka.
Snyder yang dikutip dalam Goleman, 1995 setiap individu pasti mempunyai harapan akan masa depannya. Harapan yaitu keyakinan untuk mencapai sasaran.
Harapan tersebut juga dapat merupakan perubahan yang lebih baik pada dirinya dari keadaan sekarang. Dalam menuju ke suatu harapan yang lebih baik atau suatu
kesuksesan di masa yang akan datang, individu tidak terlepas dari hambatan- hambatan yang akan menghalanginya. Untuk itu individu harus dapat menghalau
hambatan tersebut. Mahasiswa-mahasiswa yang memiliki harapan tinggi mematok sasaran yang lebih tinggi bagi dirinya dan tahu cara belajar dengan benar untuk
meraihnya. Bila ingin membandingkan mahasiswa-mahasiswa yang bakat intelektualnya setara dalam segi prestasi akademik, apa yang membedakan mereka
adalah harapan. Menurut Heine dan Lehman 1995, kebanyakan orang nampaknya
termotivasi untuk memperhitungkan rasa ancaman yang mereka rasakan ketika menghadapi peristiwa buruk dengan menggunakan keoptimisannya yang tidak
realistik untuk memprediksi masa depan mereka. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa optimisme
masa depan adalah kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi baiknya dan mengharapkan hasil yang paling memuaskan serta cara pandang
dan rasa keyakinan seorang tentang masa depannya.
2.1.4 Aspek-Aspek Optimisme