Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan serta Perawat terhadap Bahaya Kanker Serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN SERTA PERAWAT TERHADAP BAHAYA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT

PELABUHAN MEDAN BELAWAN

Oleh:

MHD. RAMADHAN HISWORO 070100067

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN SERTA PERAWAT TERHADAP BAHAYA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT

PELABUHAN MEDAN BELAWAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

MHD. RAMADHAN HISWORO NIM: 070100067

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan serta Perawat terhadap Bahaya Kanker Serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan

Nama : Mhd. Ramadhan Hisworo NIM : 070100067

Pembimbing

(dr. M. Fidel Ganis Siregar,Sp.OG) NIP. 19640530 198903 1 019

Penguji I

(dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH) NIP. 19740730 2001122 003

Penguji II

(dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK (K)) NIP. 130 139 215

Medan, 8 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak penyakit kanker di negara berkembang. Terhitung sebanyak 510.000 kasus baru terjadi tiap tahun dan lebih dari 288.000 kematian berlangsung akibat penyakit ini di seluruh dunia. Bidan dan perawat merupakan tempat mencari informasi tentang semua masalah kesehatan dan hendaknya memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik tentang bahaya kanker serviks. Hal ini diharapkan dapat menjadi suatu tindak pencegahan terhadap bahaya kanker serviks yaitu dengan melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar sehingga dapat menurunkan kejadian kanker serviks . Namun kenyataanya sampai saat ini kejadian kanker serviks masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan dan sikap bidan dan perawat tentang bahaya kanker serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah bidan dan perawat di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan yang sedang bekerja di rumah sakit tersebut. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria baik (>75%), sedang (40-75%), kurang (<40%).

Pada penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan bidan dan perawat terhadap bahaya kanker serviks yang baik adalah 18 orang (54,5%) dan yang sedang adalah 15 orang (45,5%) dari 11 bidan dan 22 perawat yang menjadi responden. Sedangkan responden yang memiliki sikap yang baik adalah 28 orang (84,8%) dan yang memiliki sikap sedang adalah 5 orang (15,2%).

Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dan sikap bidan dan perawat adalah cukup baik. Untuk itukepada para pembuat kebijakan kesehatan agar lebih memperhatikan upaya tindakan pencegahan kanker serviks secara dini. Sedangkan kepada bidan dan perawat untuk memperluas wawasan tentang kanker serviks, dengan cara lebih banyak mencari informasi tentang kanker serviks agar meningkatkan kinerjanya dalam program pencegahan kanker serviks.

Kata Kunci: Kanker Serviks, Bidan dan Perawat, Tingkat Pengetahuan dan Sikap.


(5)

ABSTRACT

Until now, cervical cancer is the leading cause of cancer deaths in most developing countries. Counted as many as 510,000 new cases occur each year and more than 288,000 deaths from the disease took place in the world. Midwives and nurses is the place to find information about all health problems and should have a level of knowledge and a good attitude about the dangers of cervical cancer. This is expected to be a precaution against the dangers of cervical cancer is by doing health education to the community around so as to reduce the incidence of cervical cancer. However the reality today is still a high incidence of cervical cancer. This study aims to assess the level of knowledge and attitude of midwives and nurses about the dangers of cervical cancer at Pelabuhan Hospital Medan Belawan and the factors that influence it.

This study is a descriptive design with cross sectional. Sampel in this study were midwives and nurses at Pelabuhan Hospital Medan Belawan who was working at the hospital. Samples taken using total sampling technique. The data was collected by questionnaire and the data was tabulated and processed for each answers. The scores was analyzed and the results is presented in the percentage, and interpreted by qualitative scale with good criteria (>75%), medium (40-75%) and lower (<40%).

It was found that the level of knowledge of midwives and nurses on the dangers of cervical cancer is a good 18 people (54.5%) and the medium is 15 people (45.5%) of 11 midwives and 22 nurses who were respondents. While the respondents who have a good attitude is 28 people (84.8%) and who have the medium attitude being is 5 people (15.2%).

Based on the research indicated that the knowledge level and attitude of midwives and nurses is good enough. Therefore it health policy makers for more attention to cervical cancer prevention efforts early. While to midwives and nurses to broaden horizons about cervical cancer, with more ways to find information about cervical cancer to improve its performance in cervical cancer

prevention program. Keywords: Cervical Cancer, Midwives and Nurses, The Knowledge and Attitudes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan

serta Perawat terhadap Bahaya Kanker Serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. M. Fidel Ganis Siregar,Sp.OG, sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH & Bapak dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK (K) selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Bapak dr. Erwin Sopacoa Sp.PD selaku Kepala Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan.

5. Bapak Nadlin, SE sebagai Wakil Kepala Umum dan Keungan Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan.

6. Para dosen dan staf pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda dr. Hisworo Multialam Sp.A dan ibunda saya dr. Tapi Singgar Niari Sp.KK serta saudara-saudara saya atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

8. Seluruh bidan dan perawat di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan yang telah bersedia menjadi responden dan meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner pada penelitian ini.


(7)

9. Seluruh teman-teman saya khususnya Nikodemus, Ananda, Donny, Indah, Isra serta teman-teman Stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 29 November 2010

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengetahuan ... 5

2.2 Sikap... 8

2.3 Definisi Bidan dan Perawat ... 9

2.4 Kanker Serviks ... 9

2.4.1 Definisi Kanker ... 9

2.4.2 Definisi Kanker Serviks ... 10

2.4.3 Etiologi Kanker Serviks ... 10

2.4.4 Patogenesis Kanker Serviks ... 11

2.4.5 Patologi Kanker Serviks ... 12

2.4.6 Faktor Risiko Kanker Serviks... 14

2.4.7 Gambaran Klinik Kanker Serviks ... 15

2.4.8 Stadium Kanker Serviks ... 17

2.4.9 Diagnosis Kanker Serviks ... 18

2.4.10 Pengobatan Kanker Serviks ... 19

2.4.11 Pencegahan Kanker Serviks ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 21

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 21

3.2 Definisi Operasional dan Variabel ... 21

3.2.1 Pengetahuan ... 21

3.2.2 Sikap ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Jenis Penelitian ... 23

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23


(9)

4.2.2 Tempat Penelitian ... 23

4.3 Populasi dan Sampel ... 24

4.3.1 Populasi ... 24

4.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 24

4.3.3 Sampel ... 24

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.4.1 Pengumpulan Data ... 24

4.4.2 Instrumen Penelitian ... 24

4.5 Pengolahan dan Analisis Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1 Hasil Penelitian ... 26

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 26

5.1.3 Hasil Analia Data ... 27

5.2 Pembahasan ... 34

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Bidan dan Perawat terhadap Bahaya Kanker Serviks ... 34

5.2.2 Sikap Bidan dan Perawat terhadap Bahaya Kanker Serviks ... 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

2.1 Stadium kanker serviks menurut FIGO (Federation of Gynecologic and Obsetrics) ... 17

4.1 Hasil uji validitas dan reabilitas kuesioner penelitian ... 25

5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karateristik responden berdasarkan pekerjaan ... 27

5.2 Distribusi frekuensi dan persentase karateristik responden berdasarkan kelompok umur ... 27

5.3 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden pada variabel pengetahuan tentang kanker serviks ... 28

5.4 Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang kanker serviks ... 29

5.5 Gambaran tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan... 29

5.6 Gambaran tingkat pengetahuan responden berdasarkan kelompok umur ... 30

5.7 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden pada variabel sikap mengenai kanker serviks ... 31

5.8 Gambaran sikap responden tentang kanker serviks ... 32

5.9 Gambaran sikap responden berdasarkan pekerjaan ... 33


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 22


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Riwayat Hidup Peneliti 2. Lembar Penjelasan 3. Content Validity

4. Lembar Persetujuan Penelitian 5. Kuesioner Penelitian

6. Ethical Clearance 7. Surat Izin Penelitian


(13)

ABSTRAK

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak penyakit kanker di negara berkembang. Terhitung sebanyak 510.000 kasus baru terjadi tiap tahun dan lebih dari 288.000 kematian berlangsung akibat penyakit ini di seluruh dunia. Bidan dan perawat merupakan tempat mencari informasi tentang semua masalah kesehatan dan hendaknya memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang baik tentang bahaya kanker serviks. Hal ini diharapkan dapat menjadi suatu tindak pencegahan terhadap bahaya kanker serviks yaitu dengan melakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sekitar sehingga dapat menurunkan kejadian kanker serviks . Namun kenyataanya sampai saat ini kejadian kanker serviks masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan dan sikap bidan dan perawat tentang bahaya kanker serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah bidan dan perawat di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan yang sedang bekerja di rumah sakit tersebut. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan memberikan kuesioner, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap-tiap jawaban. Skor masing-masing kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan dengan skala kualitatif dengan kriteria baik (>75%), sedang (40-75%), kurang (<40%).

Pada penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan bidan dan perawat terhadap bahaya kanker serviks yang baik adalah 18 orang (54,5%) dan yang sedang adalah 15 orang (45,5%) dari 11 bidan dan 22 perawat yang menjadi responden. Sedangkan responden yang memiliki sikap yang baik adalah 28 orang (84,8%) dan yang memiliki sikap sedang adalah 5 orang (15,2%).

Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dan sikap bidan dan perawat adalah cukup baik. Untuk itukepada para pembuat kebijakan kesehatan agar lebih memperhatikan upaya tindakan pencegahan kanker serviks secara dini. Sedangkan kepada bidan dan perawat untuk memperluas wawasan tentang kanker serviks, dengan cara lebih banyak mencari informasi tentang kanker serviks agar meningkatkan kinerjanya dalam program pencegahan kanker serviks.

Kata Kunci: Kanker Serviks, Bidan dan Perawat, Tingkat Pengetahuan dan Sikap.


(14)

ABSTRACT

Until now, cervical cancer is the leading cause of cancer deaths in most developing countries. Counted as many as 510,000 new cases occur each year and more than 288,000 deaths from the disease took place in the world. Midwives and nurses is the place to find information about all health problems and should have a level of knowledge and a good attitude about the dangers of cervical cancer. This is expected to be a precaution against the dangers of cervical cancer is by doing health education to the community around so as to reduce the incidence of cervical cancer. However the reality today is still a high incidence of cervical cancer. This study aims to assess the level of knowledge and attitude of midwives and nurses about the dangers of cervical cancer at Pelabuhan Hospital Medan Belawan and the factors that influence it.

This study is a descriptive design with cross sectional. Sampel in this study were midwives and nurses at Pelabuhan Hospital Medan Belawan who was working at the hospital. Samples taken using total sampling technique. The data was collected by questionnaire and the data was tabulated and processed for each answers. The scores was analyzed and the results is presented in the percentage, and interpreted by qualitative scale with good criteria (>75%), medium (40-75%) and lower (<40%).

It was found that the level of knowledge of midwives and nurses on the dangers of cervical cancer is a good 18 people (54.5%) and the medium is 15 people (45.5%) of 11 midwives and 22 nurses who were respondents. While the respondents who have a good attitude is 28 people (84.8%) and who have the medium attitude being is 5 people (15.2%).

Based on the research indicated that the knowledge level and attitude of midwives and nurses is good enough. Therefore it health policy makers for more attention to cervical cancer prevention efforts early. While to midwives and nurses to broaden horizons about cervical cancer, with more ways to find information about cervical cancer to improve its performance in cervical cancer

prevention program. Keywords: Cervical Cancer, Midwives and Nurses, The Knowledge and Attitudes


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak penyakit kanker di negara berkembang (Edianto, 2006). Terhitung sebanyak 510.000 kasus baru terjadi tiap tahun dan lebih dari 288.000 kematian berlangsung akibat penyakit ini di seluruh dunia (Carr, 2004). Angka kejadian penyakit ini rendah pada wanita berumur dibawah 25 tahun, namun insidensi meningkat pada wanita berumur 35 sampai 40 tahun dan mencapai titik maksimum pada usia 50-an (Carr, 2004). Kemudian, Zeller (2007) menambahkan bahwa separuh dari seluruh kanker serviks terjadi pada wanita usia 35 sampai 55 tahun.

Sementara itu, insidensi kanker serviks sendiri terus meningkat dari sekitar 25 per 100.000 pada tahun 1988 menjadi sekitar 32 per 100.000 pada 1992. Dari seluruh gambaran dan data global mengenai kanker serviks, penyakit ini memiliki indeks rasio yang lebih tinggi hingga 5 sampai 6 kali pada negara-negara berkembang (Rahmawan, 2009). Berdasarkan data tahun 2002, kawasan Afrika Timur merupakan pemecah rekor untuk angka kejadian dan angka kematian tertinggi penyakit kanker serviks. Pada daerah tersebut, diperkirakan terjadi 42,7 kasus kanker serviks dan 34,6 kematian akibat kanker serviks per 100.000 penduduk.

Kawasan Amerika Tengah memiliki angka perkiraan kejadian kanker serviks sebesar 30,6 kasus per 100.000 penduduk dan 18,7 kasus per 100.000 penduduk untuk kawasan Asia Tenggara (Cancer Research UK, 2009). Filipina, salah satu negara yang terletak di kawasan Asia tenggara memiliki insidensi kanker serviks sebesar 22,66 per 100.000 penduduk di tahun 2003 (Haverkos, 2005). Pada tahun 2005, di negara Inggris diperkirakan terdapat sebanyak 8,4 kasus kanker serviks per 100.000 penduduk (Cancer Research UK, 2009).


(16)

Di Indonesia sendiri pada tahun 2005, jumlah perempuan yang berumur 15-64 tahun adalah 65 juta dan prevalensi kanker serviks adalah 50 per 100.000 perempuan. Ini berarti jumlah penderita kanker serviks adalah sekitar 32.500 penderita. Dari sejumlah data diatas, penderita dengan stadium Ia sebanyak 7% atau 2.275, stadium Ib-IIa sebanyak 28% atau 9.100, dan stadium IIb-IV a sebanyak 65% atau 21.125 penderita (Rasjidi, 2007b).

Deteksi dini secara gencar mulai dilakukan di berbagai rumah sakit dan unit kesehatan masyarakat atau klinik-klinik yang memiliki kompetensi dalam bidang kanker. Sejak dibentuk dan dinasionalisasikannya badan kanker Indonesian Cancer Foundation pada tahun 1977, program skrining kanker serviks segera dimulai. Namun, program yang telah disusun tidak sistematis, menyebabkan keuntungan yang diperoleh kecil, yang tampak dari sedikitnya penurunan insidensi dan derajat mortalitas kanker serviks (Rahmawan, 2009).

Ditambah lagi, hingga saat ini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang sehingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi (Edianto, 2006). Masalahnya, tempat yang diteliti tergolong sebagai daerah urbanisasi dan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan minimnya pengetahuan di masyarakat sekitar. Sehingga penderita sudah mencapai stadium lanjut. Ditambah lagi sedikitnya pelaporan terhadap penyakit di rumah sakit tersebut karena mungkin pasien tidak tahu kalau penyakit tersebut berbahaya. Jadi kalau sedikitnya pelaporan ke rumah sakit, menyebabkan semakin sedikitnya pengetahuan dan sikap bidan serta perawat dalam mengantisipasi hal tersebut. Maka hendaknya bidan dan perawat diharapkan memberikan penyuluhan kesehatan kepada para pasien dan sekitar lingkungan rumah sakit tentang bahaya kanker serviks. Karena kedekatannya dengan masyarakat lingkungannya merupakan tempat mencari informasi tentang semua masalah kesehatan.

Tapi sebelum bidan dan perawat memberikan penyuluhan kesehatan di rumah sakit tersebut hendaknya menguasai tentang bahaya kanker serviks. Sebagai usaha, diawali oleh pengetahuannya terhadap penyakit ini. Kemudian, pengetahuan tersebut akan menimbulkan respon bathin dalam bentuk individu


(17)

(Notoatmodjo, 2003). Karena itu akan sangat berdampak untuk meningkatkan pelayanan kesehatan serta tentang tingkat pengetahuan, sikap dan cara pencegahannya secara dini untuk menurunkan insidensi kanker serviks.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian ringkasan latar belakang di atas, maka memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan yaitu bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap bidan dan perawat terhadap bahaya kanker serviks?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk menilai tingkat pengetahuan dan sikap bidan dan perawat tentang bahaya kanker serviks beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan bidan dan perawat terhadap bahaya kanker serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan.

2. Untuk mendeskripsikan sikap bidan dan perawat terhadap bahaya kanker serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Bagi Peneliti

Untuk menumbuhkan jiwa penelitian pada peneliti sendiri, serta meningkatkan kemampuan peneliti untuk berkomunikasi sehingga kedepannya peneliti mampu melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya yang lebih baik lagi.


(18)

2. Bagi Responden

Dapat dijadikan sebagai masukan dan informasi kepada bidan dan perawat, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dalam upaya pencegahan kanker serviks.

3. Bagi Dinas Kesehatan

Dapat menjadi bahan masukan atau motivator bagi pembuat keputusan untuk meningkatkan pelayanan unit kesehatan dalam upaya mengurangi angka kejadian kanker serviks dan juga memberi dukungan kepada penderita kanker serviks itu sendiri.

4. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya para wanita usia reproduksi mengenai bahaya kanker serviks melalui pengetahuan dan sikap bidan dan perawat itu sendiri.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indera yang dimilikinya, seperti mata, hidung, telinga dan alat indera lainnya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmodjo, 2005). Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan adalah suatu hasil yang diperoleh manusia melalui proses penginderaan, pengalaman, perasaan, akal pikiran dan intuisinya tentang segala sesuatu yang dihadapi.

Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengindetifikasi, menyatakan dsb.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dan dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek/materi yang diketahui. Orang yang telah paham terhadap objek/materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dsb.


(20)

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau dengan menggunakan kriteria yang telah ada.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Umur

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan


(21)

tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

d. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

e. Sumber informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku.

f. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. g. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan di atas (Notoatmodjo, 2003).


(22)

2.2. Sikap

Sikap adalah kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2005). Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau merupakan reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan baru yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005), sikap itu terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu:

a. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, bagaimana penilaian orang tersebut terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan).

Kemudian, Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap terdiri atas berbagai tingkatan, yaitu:

a. Menerima(receiving)

Menerima diartikan dimana orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (responding)

Merespons diartikan dimana orang (objek) memberikan tindak balas terhadap stimulus yang diberikan (objek), seperti menjawab bila ditanya.


(23)

c. Menghargai (valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga. Misalnya, seseorang ibu mengajak ibu lainnya untuk pergi ke posyandu. d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dengan menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).

2.3. Definisi Bidan dan Perawat

Menurut WHO (World Health Organization), definisi bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dengan memperoleh izin melaksanakan praktik kebidanan di negara itu (Akademi Kebidanan Darmo Medan, 2010). Sedangkan definisi perawat menurut Undang Undang Republik Indonesia no. 23 tahun 1992 adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki dan diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Oleh sebab itu sebelum mereka melakuka n penyuluhan tersebut, tentunya harus dibekali dengan kemampuan penyuluhan kesahatan dengan pelatihan tentang pendidikan kesehatan.

2.4. Kanker Serviks 2.4.1. Definisi Kanker

Kanker atau karsinoma adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Kanker dapat diteruskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu terjadinya proses karsinogen (proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat berupa infeksi, radiasi, zat kimia tertentu dan juga konsumsi tembakau, sedangkan


(24)

mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme), hormon dan kondisi sistem imun merupakan faktor internal (American Cancer Society, 2008).

2.4.2. Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker rahim adalah kanker yang tumbuh di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina) (Swierzwski, 1999).

2.4.3 Etiologi Kanker Seviks

Berbeda dengan penyakit lain pada umumnya, kanker seviks adalah penyakit yang fatal sehingga tidak etis untuk melakukan percobaan klinis pada manusia. Data epidemiologis terbaru menunjukkan bahwa terdapat hubungan penyebab langsung antara kanker serviks dengan aktivitas seksual. Bukti-bukti epidemiologis molekular menyatakan dengan jelas bahwa HPV (Human Papiloma Virus) tipe tetentu merupakan penyebab utama penyakit ini (Munoz, 2003).

Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami mutasi genetik sehingga mengubah perilakunya. Sel yang bermutasi ini melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, immortal dan menginvasi jaringan stroma di bawahnya. Keadaan yang menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini. Komponen DNA (deoxyribonucleic acid) virus HPV telah terdeteksi dalam lebih dari 90 % Lesi Intraepitel Squamosa (LIS) dan kanker serviks invasif dibandingkan dengan presentase yang lebih rendah didapat pada kontrol. Baik penelitian yang menggunakan hewan coba maupun menggunakan bukti biologi molekuler, keduanya menyatakan bahwa virus HPV berpotensi menginduksi transformasi maligna dari lesi (Garcia, 2009).

Infeksi HPV terjadi dalam presentase yang besar pada wanita yang aktif secara seksual. Kebanyakan dari infeksi virus ini sembuh sempurna dalam beberapa bulan hingga tahun dan hanya sebagian kecil saja yang berkembang menjadi suatu kanker. Ini berarti bahwa diperlukan faktor-faktor penting lainnya


(25)

yang harus ada untuk mencetuskan suatu proses karsinogenik (Garcia, 2009). Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi terjadinya proses keganasan serviks uteri akibat infeksi HPV. Termasuk dalam hal ini adalah durasi dan tipe HPV yang menginfeksi, kondisi imunitas host dan faktor-faktor lingkungan. Sebagai tambahan, berbagai variasi ginekologik seperti usia menarke, usia pertama kali melakukan koitus dan jumlah pasangan seksual, secara signifikan meningkatkan risiko kejadian kanker serviks (Garcia, 2009).

Lebih dari 80 tipe HPV telah ditemukan, dan sekitar 40 tipe dapat menginfeksi saluran genitalia (Munoz, 2003). Tipe HPV yang menginfeksi saluran genital dapat dibedakan menjadi tipe resiko-rendah, yang banyak ditemukan pada penyakit kulit genitalis, dan tipe resiko-tinggi yang biasanya berasosiasi dengan kejadian kanker serviks. Adapun HPV genitalis yang merupakan tipe resiko-tinggi adalah HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73 dan 82. Sedangkan HPV tipe 26, 53 dan 66 diduga karsinogenik (Munoz, 2003).

HPV adalah anggota family paporidae yaitu sekelompok virus heterogen yang memiliki untaian ganda DNA tertutup. Gen virus ini mengkode 6 protein pembaca kerangka pembuka awal (early open reading fame protein) yaitu E1, E2, E3, E4, E5, E6 dan E7 yang berfungsi sebagai protein pengatur. Selain itu, gen virus ini juga mengkode 2 protein pembaca kerangka pembuka lambat (late open reading frame protein) L1 dan L2 yang menyusun kapsid virus (Garcia, 2009).

2.4.4 Patogenesis Kanker Serviks

Virus HPV genitalis risiko-tinggi dimulai saat virus masuk ke dalam tubuh melalui epitel skuamosa yang mengalami luka mikro saat koitus atau melalui epitel skuamosa yang immature di daerah zona transisional (T zone) (Garcia, 2009). Menurut Mardjikoen (2005) T zone atau Squamous Collumnar Junction (SCJ) adalah daerah peralihan epitel skuamosa yang terdapat di ektoserviks (porsio) menjadi epitel kolumnar yang terdapat di endoserviks.

Pada awalnya virus menempel di permukaan sel, kemudian virus melakukan penetrasi melalui membran plasma sel. Virus memasukkan DNA-nya


(26)

ke dalam sel dan melakukan uncoating atau pelepasan kapsid. DNA virus yang telah memasuki sel kemudian melakukan penyisipan (insertion) pada protoonkogen DNA manusia (Garcia, 2009). Protoonkogen yang telah mengalami mutasi tersebut selanjutnya disebut sebagai onkogen (Garcia, 2009).

Pada sel normal protoonkogen mengkode pembuatan peptida yang merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel, tetapi tidak menimbulkan kanker. Sebaliknya, protoonkogen yang telah mengalami transformasi menjadi onkogen mengkode pembuatan peptida yang dapat menimbulkan kanker (Sukardja, 2000). Onkogen tersebut menyebabkan terjadinya mutasi pada gen penekan tumor (tumor cupressor gene) TP53 (sehingga terjadi degradasi protein p53 melalui pengikatan dengan E6) dan RB (melalui pengikatan dan penginktivasian protein Rb oleh E7) sehingga sel mengalami resistensi terhadap apoptosis, menyebabkan pertumbuhan sel yang tak terkontrol setelah terjadinya kerusakan DNA. Akhirnya, inilah yang menyebabkan terjadinya malignasi (Garcia, 2009).

2.4.5. Patologi Kanker Serviks

Sebagian besar kanker serviks terjadi pada epitel skuamosa bertingkat yang menunjukkan perubahan prakanker. Displasia diketahui dengan adanya kelainan sitologik pada hapusan serviks dan dipastikan melalui biopsi serviks. Perubahan sitologik meliputi peningkatan ukuran inti, peningkatan rasio inti sitoplasma, hiperkromatisme, penyebaran kromatin abnormal dan kelainan membran inti (Chandrasoma, 2005).

Luas perubahan ini memungkinkan klasifikasi (dalam urutan peningkatan keparahan) sebagai displasia ringan, sedang dan karsinoma in situ. Displasia merupakan lesi yang dapat pulih kembali, tetapi semakin berat derajat displasianya semakin sedikit kecenderungan pulih. Rentang waktu untuk perkembangan displasia bervariasi. Median waktu timbulnya karsinoma adalah 7 tahun untuk displasia ringan dan 1 tahun untuk displasia berat (Chandrasoma, 2005).

Istilah neoplasia intrepitel serviks CIN (Cervical Intraephitelial Neoplasia) sering disebut digunakan dan memiliki denotasi yang sama dengan


(27)

displasia. CIN I setara dengan minimal. CIN II dengan displasia sedang, dan CIN III dengan displasia berat dan karsinoma in situ (Chandrasoma, 2005). Dalimanta (2004) juga menambahkan bahwa waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma in situ berkisar 1-7 tahun sedangkan dari karsinoma in situ menjadi kelainan invasif berkisar 3-20 tahun.

Displasia serviks adalah pertumbuhan sel abnormal yang mencakup berbagai lesi epitel yang secara baik sitologi maupun histologi berbeda dibandingkan epitel normal, tidak mengenai epitel basalis dan belum menunjukkan kriteria karateristik keganasan. Karateristik keganasan tersebut adalah peningkatan selularitas, abnormalitas nukleus dan peningkatan rasio nukleus/sitoplasma. Keadaan ini harus dibedakan dengan metaplasia normal yang secara alami terjadi pada serviks normal. Metaplasia pada serviks normal ini terjadi akibat saling desak kedua jenis epitel yang melapisi serviks. Dengan masuknya mutagen, porsio yang mengalami metaplasia fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) (Mardjikoen, 2005).

Secara histopatologi, sebagian besar (90%) kanker ini berasal dari sel skuamosa sedangkan sisanya (10%) berasal dari sel kelenjar serviks. Kebanyakan kanker sel skuamosa melibatkan ostium uteri eksternum sehingga dapat terlihat pada pemeriksaan dengan menggunakan spekulum. Lesi dapat berupa eksofitik maupun endofitik. Kanker sel skuamosa invasif berbeda-beda berdasarkan derajat diferensiasi selular mereka, tetapi umumnya terlihat sebagai jaringan berkeratin (Pitkin, 2003).

Tumor pada penyakit ini dapat tumbuh secara eksofitik, endofitik maupun ulseratif. Pertumbuhan elsofitik terjadi bila tumor tumbuh mulai dari Squamous Collumnar Junction (SCJ) ke arah lumen vagina sebagai masa poliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. Dikatakan sebagai pertumbuhan endofitik bila pertumbuhan dimulai dari SCJ kemudian tumor tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas disebut sebagai pertumbuhan ulseratif (Mardjikoen, 2005).


(28)

2.4.6. Faktor Resiko Kanker Serviks

Penyakit keganasan khusus wanita ini merupakan penyakit menular seksual yang berasosiasi dengan infeksi kronik HPV (Human Papiloma Virus) tipe onkogenik. Oleh sebab itu, faktor resiko kanker serviks cenderung sama dengan faktor resiko penyakit menular seksual lainnya (Randall, 2005). Dari studi epidemiologi, kanker serviks tipe skuamosa berhubungan kuat dengan perilaku seksual, seperti berganti-ganti pasangan dan usia saat melakukan koitus yang pertama. Resiko meningkat lebih dari sepuluh kali bila memiliki enam atau lebih mitra seksual, atau bila koitus pertama terjadi di bawah umur 15 tahun (Rasjidi, 2007a). Dari suatu penelitiannya di Jakarta, de Boer (2006) menegaskan bahwa riwayat koitus pertama di usia muda, memiliki pasangan seksual lebih dari satu dan paritas yang tinggi merupakan faktor resiko yang signifikan untuk kanker serviks di Indonesia.

Menurut Synder dkk (1976), NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah hubungan seks terjadi. Selang waktu antara seks pertama dengan menemukan NIS adalah 2-33 tahun, untuk NIS I selang waktu rata-rata ialah 12,2 tahun, NIS II 13,9 tahun dan NIS III 11,7 tahun. Menurut Cuppleson LW dan Brown B (1975) menyebutkan NIS akan berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah sedikit, sedangkan kanker infiltratif meningkat dua kali. Menurut Herbeck GM (1977) melaporkan bahwa NIS lebih cenderung pada usia kurang dari 30 tahun (Harahap, 1984).

Merokok juga termasuk faktor resiko penyakit ini (Lavazzo, 2006). Merokok berasosiasi dengan peningkatan resiko kanker serviks tipe skuamosa oleh tipe HPV tipe 16 atau HPV tipe 18 pada perokok berat (Kapeu, 2009). Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbons heterocylic amine yang sangat karsinogenik dan mutagenik, sedangkan bila dikunyah ia akan menghasilkan nitrosamine. Bahan dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi HPV. Selain itu, bahan-bahan pada tembakau ini juga dapat


(29)

menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks (Rasjidi, 2007a). Fey (2004) menyatakan wanita yang merokok lebih dari 10 batang per hari memiliki resiko tinggi memperoleh lesi prakakanker tingkat tinggi.

Antara tingkat pendidikan dengan NIS terdapat korelasi yang kuat. NIS cenderung lebih banyak timbul pada wanita yang tidak berpendidikan dibandingkan dengan wanita yang tidak berpendidikan (88,9% dibanding 55,8%). Biasanya tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi, kehidupan seksual dan kebersihan (Harahap, 1984).

Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat diklasifikasikan sebagai karsinogenik pada kanker serviks sama halnya pada kanker payudara. Kontrasepsi hormonal berperan sebagai alat yang mempertinggi pertumbuhan neoplasma. Hal ini terjadi sejak diketahuinya peran estrogen yang memilki efek trophic dalam meningkatkan pertumbuhan sel. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal berupa pil maupun suntikan selama kurang lebih lima tahun tidak mengalami peningkatan resiko kanker serviks. Namun, peningkatan resiko akan mucul setelah penggunaannya selama 10 tahun (McFarlane-Anderson, 2008).

Kemudian, Randall (2005) menambahkan bahwa pasien yang terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) cenderung sering terinfeksi HPV, sehingga mereka memiliki angka yang tinggi untuk mengalami displasia serviks uteri dan perkembangan menuju kanker serviks dibandingkan dengan wanita tanpa infeksi HIV.

2.4.7. Gambaran Klinik Kanker Serviks

Karsinoma Invasif didefinisikan karsinoma yang menginfiltrasi hingga kedalaman lebih dari 5 mm dari membran basal. Hal tersebut paling sering terhadi pada kelompok usia 30 tahun sampai 50 tahun. Karsinoma serviks invasif bermanifestasi sebagai uterus abnormal seperti perdarahan menstruasi hebat dan irregular atau perdarahan pasca menopause atau vagina (Chandrasoma, 2005).

Pada umumnya kanker serviks tidak memunculkan gejala hingga sel-sel serviks yang abnormal dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitarnya.


(30)

Dengan kata lain, gejala baru muncul bila telah terjadi kanker invasif. Disaat ini terjadi, gejala yang umum muncul adalah perdarahan pervaginam yang abnormal, yaitu perdarahan spontan yang terjadi diantara dua siklus menstruasi. Perdarahan ini dapat pula muncul setelah melakukan hubungan seksual akibat tergesernya tumor pada waktu koitus. Perdarahan menstruasi dapat menjadi lebih lama dan lebih banyak daripada biasanya. Pada wanita yang telah menopause, perdarahan abnormal ini yang menjadi keluhan utama dan membawa mereka pergi ke dokter (American Cancer Society, 2008).

Selain perdarahan abnormal, keputihan juga merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Warnanya pun menjadi kekuningan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif (Mardjikoen, 2005).

Perdarahan spontan saat defekasi dapat pula ditemukan. Hal ini terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala. Adanya perdarahan abnormal pervaginam saat defekasi perlu dicurigai kemungkinan adanya kanker serviks tingkat lanjut (Mardjikoen, 2005). Gejala-gejala hematuria atau perdarahan per rektal timbul bila tumor sudah menginvasi vesika urinaria atau rektum. Jika terjadi perdarahan kronik, maka penderita akan mengalami anemia, kehilangan berat badan, lelah dan gejala konstitusional lainnya (Randall, 2005).

Pasien dapat mengeluhkan nyeri yang berat. Nyeri dapat dirasakan saat penderita melakukan hubungan seksual. Nyeri di pelvis atau di hipogastrium dapat disebabkan oleh tumor yang nekrotik atau radang panggul. Bila muncul nyeri di daerah lumbosakral maka dapat dicurigai terjadi hidronefrosis atau penyebaran ke kelenjar getah bening yang meluas ke arah lumbosakral. Nyeri di epigastrium timbul bila penyebaran mengenai kelenjar getah bening yang lebih tinggi (Randall, 2005).

Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat lesi pada daerah serviks. Beberapa lesi dapat tersembunyi di kanal bagian endoserviks, namun dapat diketahui melalui pemeriksaan bimanual. Semakin lebar diameter lesi maka semakin sempit jarak antara tumor dengan dinding pelvis (Randall, 2005).


(31)

2.4.8. Stadium Kanker Serviks

Setelah diagnosis kanker serviks ditegakkan, berdasarkan pemeriksaan histopatologi jaringan biopsi, dilanjutkan dengan penentuan stadium. Stadium kanker serviks ditentukan melalui pemeriksaan klinis dan sebaiknya dilakukan di bawah pengaruh anastesi umum. Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO (Federation of Gynecology and Obsetrics) masih berdasarkan pemeriksaan klinis praoperatif ditambah dengan foto toraks dan sistoskopi serta erktoskopi (Edianto, 2006).

Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 (Edianto, 2006)

Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepithelial

Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks

(penyebaran ke korpus uteri diabaikan)

Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara

mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial

dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3

mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm

tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm

Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih

dari Ia

Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cm

Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cm

Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum melibatkan

parametrium

Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai

dinding panggul

Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya

perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.

Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi

parametrium belum mencapai dinding panggul

Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya

hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal

Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduksi

Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa

rektum


(32)

2.4.9 Diagnosis Kanker Serviks

Diagnosis kanker serviks pada stadium lanjut tidak begitu sulit dibandingkan dengan mendiagnosis tingkat yang lebih awal seperti tingkat pra invasif. Diagnosis dini merupakan langkah awal, paling depan, paling penting dalam pencegahan kanker (Bustan, 2000).

Sebenarnya upaya diagnosis kanker serviks dapat dicegah dan diobati bila terdeteksi sedini mungkin (Zeller, 2007). Deteksi dini kanker serviks ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih lokal dan belum invasif seperti pada lesi prakanker dan kanker stadium awal.

Deteksi dini umumnya dikerjakan pada orang yang terlihat sehat/asimptomatik atau pada orang yang mempunyai resiko tinggi mendapatkan kanker serviks. Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks (Sukardja, 2000).

Deteksi dini kanker serviks direkomendasikan bagi seluruh wanita yang telah aktif secara seksual dan dapat dimulai dalam tiga tahun setelah koitus pertama (Zeller, 2007). Rasjidi (2007a) menyebutkan beberapa cara deteksi dini kanker serviks adalah melaui:

a. Pemeriksaan Pap smear, merupakan pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio yang ditandai dengan adanya displasia. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil contoh sel epitel serviks melalui kerokan dengan spatula khusus, kemudian hasil kerokan dihapuskan pada kaca objek tersebut selanjutnya diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi (American Cancer Society, 2008).

b. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), pemeriksaan ini mendeteksi kanker serviks dengan cara mengoleskan larutan asam asetat 3%-5% pada serviks sebelum melakukan inspeksi visual. Penilaian serviks dilakukan setelah beberapa menit pasca pengolesan asam asetat dengan menggunakan penerangan yang layak. serviks normal akan terlihat merah muda pada bagian entoserviks dan


(33)

kemerahan di bagian endoserviks, sedangkan serviks yang mengalami lesi prakanker akan terlihat putih di sekitar porsio serviks (Carr, 2004). c. Kolposkopi, merupakan pemeriksaan visual serviks dengan

menggunakan alat optik khusus yang disebut kolposkop. Pemeriksaan ini dapat mengenali displasia maupun kanker, baik in situ maupun invasif, dengan baik (Randall, 2005).

d. Pemeriksaan HPV-DNA, merupakan pengambilan sampel untuk mengetahui adanya infeksi HPV dengan menggunakan lidi kapas atau sikat.

2.4.10 Pengobatan Kanker serviks

Menurut Garcia (2009), pengobatan kanker serviks bervariasi tergantung pada stadium penyakit. Untuk kanker serviks invasif dini, pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Pada kasus-kasus dengan stadium yang lebih lanjut, radiasi dikombinasikan dengan kemoterapi merupakan pengobatan standar. Pasien dengan penyakit yang menyebar, kemoterapi atau radiasi merupakan terapi paliatif.

2.4.11 Pencegahan Kanker Serviks

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer kanker serviks merupakan langkah awal yang dilakukan dalam rangka menurunkan faktor resiko yang dapat dilakukan antara lain dengan promosi kesehatan, memberikan pendidikan kesehatan meliputi memperkenalkan gejala dalam stadium dini, pendekatan melalui komunikasi informasi dan edukasi (KIE) sehingga bila dijumpai gejala dapat konsultasi secepatnya (Bustan, 2000). Dalimanta (2004) juga menambahkan bahwa berperilaku hidup sehat, seperti menjaga kebersihan alat kelamin, menghindari hubungan seks pada usia muda, jangan berganti-ganti pasangan seks dan menghindari kebiasaan merokok.


(34)

Sirkumsisi pada pasangan seksual juga merupakan tindak pencegahan primer karena mampu menurunkan resiko kanker serviks (Castellsague, 2002). Selain itu, sekarang telah tersedia vaksin HPV untuk pencegahan kanker serviks. Namun bagaimanapun juga vaksinasi tidak dapat menggeser tindakan deteksi dini dan tidak semua wanita dianjurkan melakukan vaksinasi ini. Vaksinasi ini lebih bermanfaat bila diberikan pada wanita yang belum pernah terinfeksi HPV (Mayrand, 2007).

Kemudian Stanley (2008) mengatakan bahwa sekarang ini telah tersedia dua vaksin terbaru HPV L1, yaitu produk kuadrivalen HPV 6/11/16/18 dan bivalen HPV 16/18. Proteksi vaksin ini bertahan sampai 5 tahun. Vaksin ini akan menurunkan tetapi tidak mengeliminasi resiko untuk mengalami kanker serviks. Kedua vaksin ini sangat imunogenik dan ditoleransi dengan baik.

b. Pencegahan Sekunder

Pada pasien dengan resiko sedang, dibuktikan dengan hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut dengan selisih waktu antar pemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat dianjurkan (Rasjidi, 2008).

Untuk pasien dengan resiko tinggi biasanya dibuktikan oleh pasien yang memulai hubungan seksual saat usia dibawah 18 tahun dan wanita yang mempunyai banyak partner (multiple partner) seharusnya melakukan tes Pap Smear tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan sekali untuk pasien dengan resiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang (Rasjidi, 2008)


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap dan pengetahuan bidan dan perawat tentang kanker serviks. Kerangka konsep dari penelitian dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional dan Variabel 3.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang kanker serviks mulai dari definisi, etiologi, faktor resiko, gejala klinis, cara pencegahan dan cara deteksi dini. Pengetahuan responden diukur melalui 11 pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan mencakup pengetahuan hingga tingkat kedua (memahami). Responden yang menjawab benar akan diberi skor 2, yang mendekati benar diberi skor 1 dan yang menjawab tidak tahu diberi skor 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 24.

Selanjutnya pengetahuan dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi sebagai berikut (Pratomo, 1986):

a. Baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya tentang Kanker Serviks (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >18).

b. Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang Kanker Serviks (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 8-18).

Pengetahuan

Kanker Serviks Sikap


(36)

c. Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang Kanker Serviks (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <8). Skala pengukuran : ordinal.

3.2.2. Sikap

Sikap adalah tanggapan responden, berupa pernyataan setuju, kurang setuju dan tidak setuju mengenai penyakit kanker serviks. Sikap responden diukur melalui 11 pernyataan. Pernyataan yang diberikan mencakup sikap hingga tingkat ketiga (menghargai). Tanggapan pernyataan dibagi atas 3 item, yaitu baik dengan nilai 2, sedang dengan nilai 1 dan kurang dengan nilai 0. Sehingga skor tertinggi pada sikap sebesar 24.

Selanjutnya penilaian sikap ditentukan seperti cara penilaian pengetahuan, yaitu (Pratomo, 1986):

a. Baik, apabila skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >18.

b. Sedang, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 8-18.

c. Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <8.


(37)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan pengetahuan dan sikap mengenai kanker serviks pada petugas kesehatan di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Desain cross sectional adalah suatu desain penelitian dimana pengumpulan data atau variabel yang akan diteliti dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada bidan dan perawat di rumah sakit tersebut.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu

Penelitian dilaksanakan selama bulan Juli-Oktober 2010.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan. Adapun pertimbangan memilih lokasi tersebut adalah bahwa berdasarkan survei awal:

a. Belawan adalah daerah pelabuhan yang dimana merupakan tempat persinggahan kapal-kapal yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri sehingga memungkinkan penularan dari orang yang berbeda-beda.

b. Di Belawan terdapat salah satu daerah prostitusi yaitu Sicanang, sehingga memungkinkan tingkat kegiatan prostitusi yang tinggi.

c. Sedikitnya pelaporan di Rumah Sakit Pelabuhan Belawan tentang kanker serviks dan tingginya rujukan penderita kanker serviks yang dari Rumah Sakit Pelabuhan Belawan ke RSUP H. Adam Malik


(38)

sehingga memungkinkan sedikitnya pengetahuan bidan dan perawat rumah sakit pelabuhan belawan tentang kanker serviks.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bidan dan perawat di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan yang terdata serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.3.2. Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi

Kriteria inklusi adalah bidan dan perawat yang bersedia untuk mengisi kuesioner. Kriteria eksklusi ialah dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, pegawai administrasi dan keuangan, petugas non medis serta bidan dan perawat yang tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian.

4.3.3. Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan metode total sampling yaitu mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel dikarenakan jumlah populasi kecil. Hal ini juga memberi keuntungan di mana dapat memberikan atau mendekati nilai sesungguhnya terhadap populasi.

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian data primer. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang meliputi data identitas responden, usia, agama dan pekerjaan yang terdata pada waktu itu.

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan semiterbuka dan tertutup untuk mengumpulkan data karakteristik pengetahuan dan sikap responden.


(39)

Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner telah diuji validitas dan reabilitasnya [Tabel 4.1] dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution ).

Tabel 4.1 Hasil uji validitas dan reabilititas kuesioner penelitian

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 2 3 4 5 6 7 8 8 10 11 0.759 0.593 0.728 0.672 0.614 0.812 0.796 0.796 0.685 0.700 0.548 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0.784 Reliabel

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Sikap 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0.869 0.722 0.910 0.498 0.636 0.910 0.910 0.476 0.520 0.696 0.915 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0.772 Reliabel

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17.0, tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan dan sikap bidan serta perawat tentang bahaya kanker serviks dilakukan perhitungan frekuensi dan persentase. Hasil penelitian akan di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini menggunakan instrumen angket berupa kuisioner yang diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalis, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan yang berlokasi di Jalan Stasiun no. 92, kelurahan Belawan Bahagia, kecamatan Medan Belawan milik Pelabuhan Indonesia I (Persero) berkedudukan di Belawan tepatnya ± 2 km menjelang kota Belawan. Rumah Sakit yang dikepalai oleh dr. Erwin Sopacoa Sp.PD, didirikan pada tahun 1969, yang dalam perkembangannya terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas peralatan medis maupun pelayanan kepada pasien, mengingat rumah sakit ini sangat dibutuhkan terutama bagi warga Belawan. Dengan predikat tipe E dan akan ditingkatkan menjadi tipe C, Rumah Sakit ini memberikan pelayanan seperti Klinik Umum, Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam, Klinik Gigi, Klinik Rontgent, Laboratorium, Farmasi (pelayanan obat), Rawat inap dan Ambulance (24 jam) serta didukung oleh tenaga dokter spesialis yang berpengalaman.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah bidan dan perawat di Rumah Sakit Pelabuhan medan Belawan. Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden bekerja sebagai perawat yaitu sebanyak 22 orang (66,7%), sedangkan pekerjaan responden terendah pada kelompok bidan yaitu sebanyak 11 orang (33,3%). Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah 33 orang.


(41)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Bidan 11 33,3

Perawat 22 66,7

Total 33 100

Umur rata-rata responden adalah 32,21 ± 7,53 tahun. Umur termuda responden adalah 21 tahun, dan yang tertua adalah 51 tahun. Sedangkan dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa umur responden yang paling banyak terdapat pada kelompok umur dewasa tua (≥ 32 tahun), yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), sedangkan umur responden paling sedikit pada kelompok umur dewasa muda (< 32 tahun) yaitu hanya 16 orang (48,5%).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur Frekuensi (orang) Persentase (%) Mean ± SD

Dewasa muda (< 32 tahun)

16 48,5 32,21 ± 7,53

Dewasa tua (≥ 32 tahun)

17 51,5

Total 33 100

5.1.3 Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan Bidan dan Perawat tentang kanker serviks

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 11 pertanyaan mengenai pengetahuan bidan dan perawat. Pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam angket tersebut telah diuji menggunakan validity content. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3. di bawah ini.


(42)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden pada variabel pengetahuan tentang kanker serviks

No Pertanyaan

Jawaban responden Benar Mendekati

Benar

Tidak Tahu

f % f % f %

1 Maksud dari

kanker serviks

32 97 1 3 0 0

2 Siapa saja yang bisa terkena kanker serviks

33 100 0 0 0 0

3 Penyebab

kanker serviks

22 66,7 10 30,3 1 3

4 Kondisi yang

meningkatkan risiko untuk menderita kanker serviks

30 90,9 3 9,1 0 0

5 Gejala yang mungkin muncul bila menderita kanker serviks

31 93,9 2 6,1 0 0

6 Cara yang bisa mendeteksi dini kanker serviks

15 45,5 18 54,5 0 0

7 Pengertian

pemeriksaan IVA

10 30,3 20 60,6 3 9,1

8 Pengertian

pemeriksaan pap smear

31 93,9 2 6,1 0 0

9 Pencegahan

primer dari kanker serviks

22 66,7 11 33,3 0 0

10 Pencegahan

sekunder dari kanker serviks

1 3 31 93,9 1 3

11 Bisakah kanker serviks itu disembuhkan

30 90,9 3 9,1 0 0

Berdasarkan tabel di atas pada pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan pada nomor 1, 2, 4, 5, 8, 11 yaitu sebesar


(43)

97%, 100%, 90,9%, 93,9%, 93,9% dan 90,9%. Kemudian pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan mendekati benar adalah pertanyaan nomor 11 yaitu sebesar 93,9%. Sisanya pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan tidak tahu adalah pertanyaan nomor 7 yaitu sebesar 9,1%.

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan berpengetahuan baik bila menjawab lebih dari 18 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan memiliki tingkat pengetahuan sedang bila menjawab 8-18 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang bila hanya menjawab lebih kecil 8 dari pertanyaan pengetahuan dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka tingkat pengetahuan bidan dan perawat dapat dikategorikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang kanker serviks

Pengetahuan Frekuensi (orang) Persentase%

Baik 18 54,5

Sedang Kurang

15 0

45,5 0

Total 33 100

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 33 orang responden yang ikut dalam penelitian ini, 18 orang (54,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan 15 orang (45,5%) memiliki pengetahuan yang sedang dan tidak ada orang yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Sedangkan distribusi frekuensi pekerjaan responden terhadap tingkat pengetahuan tentang kanker serviks adalah sebagai berikut:

Tabel 5.5 Gambaran tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Tingkat pengetahuan (%) Total Baik (%) Sedang (%) Kurang (%)

Bidan 3 (27,3%) 8 (72,7%) 0 (0%) 11

Perawat 15 (68,2) 7 (31,8%) 0 (0%) 22


(44)

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa responden yang bekerja sebagai bidan terdapat 3 orang (27,3%) yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik, 8 orang (72,7%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori sedang dan tidak ada orang yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori kurang.

Kemudian responden yang bekerja sebagai perawat terdapat 15 orang (68,2%) yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik, 7 orang (31,8%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori sedang dan tidak ada orang yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori kurang. Selanjutnya distribusi frekuensi kelompok umur responden terhadap tingkat pengetahuan tentang kanker serviks adalah sebagai berikut:

Tabel 5.6 Gambaran tingkat pengetahuan responden berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur

Tingkat pengetahuan (%) Total Baik (%) Sedang (%) Kurang (%)

Dewasa muda (< 32 tahun)

9 (59,3%) 7 (43,8%) 0 (0%) 16

Dewasa tua (≥ 32 tahun)

9 (52,9%) 8 (47,1%) 0 (0%) 17

Total 18 (54,5%) 15 (45,5%) 0 33

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pada kelompok umur responden dewasa muda (< 32 tahun) terdapat 9 orang (59,3%) yang memiliki kategori baik, 7 orang (43,8%) yang memiliki kategori sedang dan tidak ada orang yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori kurang.

Kemudian pada kelompok umur responden dewasa tua (≥ 32 tahun) terdapat 9 orang (52,9%) yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik, 8 orang (47,1%) memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori sedang dan tidak ada orang yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori kurang.


(45)

5.1.3.2. Sikap Bidan dan Perawat Rumah Sakit Pelabuhan terhadap bahaya kanker serviks

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 11 pernyataan mengenai sikap terhadap bahaya kanker serviks. Pernyataan-pernyataan yang ada di dalam angket tersebut telah di uji dengan menggunakan validity content. Sehingga pernyataan-pernyataan tersebut dapat mewakili sikap responden terhadap bahaya kanker serviks. Data lengkap distribusi frekuensi dan persentase jawaban angket responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.7. di bawah ini :

Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan persentase jawaban responden pada variabel sikap mengenai kanker serviks

No Pernyataan

Jawaban responden

Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

f % f % f %

1 Akan lebih peduli terhadap para

penderita untuk deteksi dini

0 0 0 0 33 100

2 Akan lebih banyak mencari

informasi mengenai kanker serviks

0 0 0 0 33 100

3 Perlu melakukan deteksi dini pada

pasien berusia 60 tahun

13 39,4 8 24,2 12 36,4

4 Bila pasien tidak sakit, namun

pasien memiliki kondisi yang meningkatkankan risiko menderita kanker serviks, maka pasien akan melakukan deteksi dini

0 0 1 3 32 97

5 Melakukan deteksi dini kanker

serviks penting, karena orang yang bersangkutan dapat mengetahui penyakitnya sendiri

3 9,1 0 0 30 90,9

6 Deteksi dini kanker serviks dapat

mulai dilakukan dalam 3 tahun setelah pasien mengalami hubungan seksual pertama

0 0 14 42,4 19 57,6

7 Mengetahui adanya kanker

serviks pada pasien dapat mengurangi semangat hidup

1 3 0 0 32 97

8 Jika mengetahui pasien adanya

gejala kanker serviks maka akan diam saja

0 0 1 3 32 97

9 Pasien akan melakukan deteksi

dini jika merasakan gejala-gejalanya saja.

21 63,6 1 3 11 33,3

10 Pasien tidak mau melakukan

deteksi dini kanker serviks karena semua pilihan untuk deteksi dini menghabiskan banyak biaya

0 0 0 0 33 100

11 Menghindari orang yang

mengidap kanker serviks


(46)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat untuk nilai 0 hanya terdapat pada pernyataan nomor 9 yaitu 21 orang (9,1%), dan paling sedikit terdapat pada pernyataan nomor 1, 2, 4, 6, 8 dan 10 yaitu tidak ada orang (0%). Untuk nilai 1 terdapat pada pertanyaan nomor 6 yaitu 14 orang (42,4), dan paling sedikit pada pernyataan nomor 1, 2, 5, 7, 10 dan 11 (0%). Selanjutnya untuk nilai 2 yaitu paling banyak terdapat pada pernyataan nomor 1 , 2 dan 10 yaitu 33 orang (100%), dan yang paling sedikit pada pernyataan nomor 9 yaitu 11 orang (33,3%).

Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik bila menjawab lebih dari 18 pertanyaan pengetahuan dengan benar sedangkan seorang responden dikatakan memiliki tingkat pengetahuan sedang bila menjawab 8-18 pertanyaan pengetahuan dengan benar dan dikatakan berpengetahuan kurang bila hanya menjawab lebih kecil 8 dari pertanyaan pengetahuan dengan benar. Berdasarkan hasil uji tersebut maka sikap bidan dan perawat dapat dikategorikan pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Gambaran sikap responden tentang Kanker Serviks

Sikap Frekuensi (orang) Persentase (%)

Baik 28 84,8

Sedang 5 15,2

Kurang 0 0

Total 33 100

Dapat dilihat bahwa dari 33 orang responden yang ikut dalam penelitian ini, 28 orang (84,8%) responden memiliki respon sikap yang baik dan 5 orang (15,2%) memiliki respon sikap yang sedang dan tidak ada orang yang memiliki sikap yang kurang. Sedangkan distribusi frekuensi pekerjaan responden terhadap sikap tentang kanker serviks adalah sebagai berikut:


(47)

Tabel 5.9 Gambaran sikap responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Sikap (%) Total Baik (%) Sedang (%) Kurang (%)

Bidan 11 (100%) 0 (0%) 0 (0%) 11

Perawat 17 (77,3%) 5 (22,7%) 0 (0%) 22

Total 28 (84,8%) 5 (15,2%) 0 33

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa responden yang bekerja sebagai bidan terdapat 11 (100%) orang yang memilik sikap dengan kategori baik dan tidak ada orang memiliki sikap dengan kategori sedang dan tidak ada orang yang memiliki sikap yang kurang

Kemudian responden yang bekerja sebagai perawat terdapat 17 orang (77,3%) yang memiliki sikap dengan kategori baik dan 7 orang (22,7%) memiliki sikap dengan kategori sedang dan tidak ada orang yang memiliki sikap yang kurang. Selanjutnya distribusi frekuensi umur responden terhadap sikap tentang kanker serviks adalah sebagai berikut:

Tabel 5.10 Gambaran sikap responden berdasarkan kelompok umur

Kelompok Umur Sikap (%) Total Baik (%) Sedang (%) Kurang (%)

Dewasa Muda (< 32 tahun)

14 (87,5%) 2 (12,5%) 0 (0%) 16

Dewasa Tua (≥ 32tahun)

14 (82,4%) 3 (17,6%) 0 (0%) 17

Total 28 (84,8%) 5 (15,2%) 0 33

Berdasarkan tabel 5.10, dapat dilihat bahwa pada kelompok umur responden dewasa muda (< 32 tahun) terdapat 14 (87,5%) orang yang memiliki kategori baik, 2 orang (12,5%) yang memiliki kategori sedang dan tidak ada orang yang memiliki tingkat pengetahauan dengan kategori kurang. Kemudian pada kelompok umur responden dewasa tua (≥ 32 tahun) terdapat 14 orang (82,4%) yang memiliki sikap dengan kategori baik, 3 orang (17,6%) memiliki sikap dengan kategori sedang dan tidak ada orang yang memiliki sikap dengan kategori kurang


(48)

5.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, dari total 33 responden, sebanyak 22 orang (66,7%) bekerja sebagi perawat, sedangkan sisanya sebanyak 11 orang (33,3%) bekerja sebagai bidan. Rentang umur pada penelitian ini 21-51 tahun, dengan umur rata-rata adalah 32,21 ± 7,53 tahun. Hasil yang tidak jauh berbeda ditemukan pada penelitian Ali et al. (2010), dimana umur rata-rata sampel perawat pada penelitiannya adalah 25,6 ± 4,5 tahun.

5.2.1 Tingkat Pengetahuan Bidan dan Perawat terhadap Bahaya Kanker Serviks

Pengetahuan yang paling penting adalah mengenai virus penyebab kanker serviks. Pada penelitian ini didapatkan 22 orang (66,7%) mengetahui HPV tipe 16 dan 18 sebagai penyebab kanker serviks. Hasil yang sama didapatkan pada penelitian Ali et al. (2010) di Pakistan yang menggunakan perawat sebagai responden yaitu dengan hasil 61,9%. Namun, pada penelitian Nndou et al. (2010) di Nigeria yang menggunakan masyarakat umum sebagai responden didapatkan hanya 14% yang mengetahui bahwa HPV merupakan penyebab kanker serviks.

Kondisi-kondisi yang meningkatkan risiko untuk menderita penyakit kanker serviks adalah berhubungan seksual pertama kali di usia < 18 tahun, sering berganti-ganti pasangan seksual, sering melahirkan, merokok, minum pil kontrsepsi jangka panjang dan terinfeksi HIV/AIDS. Didapatkan dalam hasil penelitian ini bahwa seluruh (100%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang faktor risiko kanker serviks. Hasil yang berbeda didapat pada penelitian Ali et al. (2010) di Pakistan, yaitu hanya 26% responden perawat yang mengetahui tentang bahaya kanker serviks. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan akan faktor risiko kanker serviks sangat berhubungan dengan penerimaan informasi yang telah diperoleh responden tentang kanker serviks pada penelitian.

Pada penelitian ini didapatkan 31 orang (93,9%) mengetahui tentang pengertian pemeriksaan pap smear yaitu pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengambil bahan pemeriksaan dan


(49)

diperiksa oleh ahli di bawah mikroskop. Hasil yang sama didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Mutyaba et al. (2006) di Uganda yaitu 83% dari responden perawat dan dokter mengetahui tentang pemeriksaan pap smear. Namun, hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Ali et al. (2010) di Pakistan, yang mendapatkan hanya 37% sampel perawat yang mengetahui hal ini.

Pada penelitian ini diketahui 30 orang (90,9%) menjawab bahwa kanker serviks dapat disembuhkan. Hasil yang tidak jauh berbeda didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hadi N (2010) di Shiraz yaitu 86,5% sampel mengetahui hal tersebut.

Maka dari hasil analisis data didapatkan bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai kanker serviks dari 33 orang responden yang ikut dalam penelitian ini, 18 orang (54,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 15 orang (45,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang dan tidak ada orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian sebelumnya oleh Tan et al. (2010) di Malaysia dan Hadi N (2010) di Shiraz dimana pada masing-masing penelitian tingkat pengetahuan responden yang baik, sedang dan kurang adalah 8,4% dan 8,7%, 37,2% dan 52,7%, serta 54,4% dan 37,8%. Perbedaan ini disebabkan responden pada penelitian sebelumnya adalah masyarakat umum sementara pada penelitian ini respondennya adalah bidan dan perawat.

Pada penelitian ini tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan diperoleh perawat (68,2%) lebih baik daripada bidan (27,3%). Hal ini disebabkan perbedaan minat dan wawasan pendidikan masing-masing responden. Sebaiknya keduanya perlu saling membagi informasi dan saling memperluas wawasan mengenai kanker serviks karena dengan luasnya wawasan atau pengetahuan sesorang, dapat mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang


(50)

lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan gambaran tingkat pengetahuan dengan kelompok umur diperoleh hampir sama tingkat pengetahuan pada kelompok umur dewasa muda (< 32 tahun), yaitu baik 59,3%, dengan kelompok umur dewasa tua (≥ 32 tahun), yaitu baik 52,9%. Hal yang ini berbeda ditemukan pada penelitian Hadi N (2010) di Shiraz dimana tingkat pengetahuan kelompok umur dewasa muda (< 31 tahun) dan kelompok umur dewasa tua (≥ 31 tahun), masing-masing untuk kategori sedang adalah 55,7% dan 48%. Menurut Notoatmodjo (2003), makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur.

5.2.2 Sikap Bidan dan Perawat terhadap Bahaya Kanker Serviks

Sikap bidan dan perawat tentang bahaya kanker serviks sangat berhubungan dengan kesadaran mereka akan pentingnya upaya preventif yang dilakukan baik di tingkat pelayanan medis kepada masyarakat. Karena sikap adalah kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2005). Dari hasil penelitian, didapatkan 28 responden (84,8%) memiliki sikap yang dikategorikan baik. Hal ini menunjukkan sikap bidan dan perawat tentang bahaya kanker serviks sudah cukup baik. Sikap seperti ini dapat diperoleh setelah individu memahami tentang kanker serviks dengan baik. Akan tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Tan et al. (2010) terhadap mahasiswa di Malaysia, dimana kategori sikap yang ditunjukkan oleh responden mayoritas berkategori kurang (90,5%). Perbedaan ini terjadi karena karateristik responden yang berbeda.

Pengetahuan baru yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan gambaran sikap berdasarkan pekerjaan


(51)

diperoleh responden yang bekerja sebagai bidan terdapat 11 orang (100%) yang memilik sikap dengan kategori baik. Kemudian responden yang bekerja sebagai perawat terdapat 17 orang (77,3%) yang memiliki sikap dengan kategori baik. Dari hasil diatas ditemukan bahwa bidan memiliki sikap yang lebih baik daripada perawat. Perbedaan ini disebabkan kesadaran masing-masing responden yang beragam akan bahaya kanker serviks.

Pada kelompok umur responden dewasa muda (< 32 tahun) terdapat 87,5% yang memiliki kategori baik. Kemudian pada kelompok umur responden dewasa tua (≥ 32 tahun) terdapat 82,4% yang memiliki sikap dengan kategori baik. Menurut Notoatmodjo (2003) bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Bidan serta Perawat tentang Bahaya Kanker Serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan” serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Jika dilihat berdasarkan jenis pekerjaanya maka dari total 33 orang (semua berjenis kelamin perempuan), didapatkan jumlah responden yang bekerja sebagai perawat adalah sebanyak 22 orang (66,7%). Sedangkan sisanya sebanyak 11 orang (33,3%) bekerja sebagai bidan. 2. Umur rata-rata responden adalah 32,21 ± 7,53 tahun. Umur termuda

responden adalah 21 tahun, dan yang tertua adalah 51 tahun. Umur responden yang paling banyak terdapat pada kelompok umur dewasa tua (≥ 32 tahun), yaitu sebanyak 17 orang (51,5%), sedangkan umur responden paling sedikit pada kelompok umur dewasa muda (<32 tahun) yaitu hanya 16 orang (48,5%).

3. Tingkat pengetahuan bidan dan perawat tentang bahaya kanker serviks di Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan cukup baik tetapi belum maksimal. Dari 33 responden diperoleh 18 orang memiliki pengetahuan yang baik dan 15 orang memiliki pengetahuan yang sedang.

4. Dari hasil penelitian, didapatkan 28 responden memiliki sikap yang dikategorikan baik, sementara sisanya 5 responden memiliki sikap yang dikategorikan sedang. Hal ini menunjukkan sikap bidan dan perawat tentang bahaya kanker serviks sudah cukup baik.


(1)

Nilai Pengetahuan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 11 33.3 33.3 33.3

2 22 66.7 66.7 100.0

Total 33 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 3.0 3.0 3.0

1 31 93.9 93.9 97.0

2 1 3.0 3.0 100.0

Total 33 100.0 100.0

Nilai Pengetahuan 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 9.1 9.1 9.1

2 30 90.9 90.9 100.0

Total 33 100.0 100.0

SIKAP

Nilai Sikap 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 2 33 100.0 100.0 100.0


(2)

Nilai Sikap 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 2 33 100.0 100.0 100.0

Nilai Sikap 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0 13 39.4 39.4 39.4

1 8 24.2 24.2 63.6

2 12 36.4 36.4 100.0

Total 33 100.0 100.0

Nilai Sikap 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 3.0 3.0 3.0

2 32 97.0 97.0 100.0

Total 33 100.0 100.0

Nilai Sikap 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 3 9.1 9.1 9.1

2 30 90.9 90.9 100.0


(3)

Nilai Sikap 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 14 42.4 42.4 42.4

2 19 57.6 57.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

Nilai Sikap 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 3.0 3.0 3.0

2 32 97.0 97.0 100.0

Total 33 100.0 100.0

Nilai Sikap 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 3.0 3.0 3.0

2 32 97.0 97.0 100.0

Total 33 100.0 100.0

Nilai Sikap 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0 21 63.6 63.6 63.6

1 1 3.0 3.0 66.7

2 11 33.3 33.3 100.0


(4)

Nilai Sikap 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 2 33 100.0 100.0 100.0

Nilai Sikap 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 6.1 6.1 6.1

2 31 93.9 93.9 100.0

Total 33 100.0 100.0

HASIL UKUR PENGETAHUAN

Hasil Ukur Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Baik 18 54.5 54.5 54.5

Sedang 15 45.5 45.5 100.0 Total 33 100.0 100.0

HASIL UKUR SIKAP

Hasil ukur Sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 28 84.8 84.8 84.8

sedang 5 15.2 15.2 100.0 Total 33 100.0 100.0


(5)

HASIL UKUR PENGETAHUAN BERDASARKAN PEKERJAAN

Pekerjaan * Hasil Ukur Pengetahuan Crosstabulation

Hasil Ukur Pengetahuan

Total Baik Sedang

Pekerjaan Bidan Count 3 8 11 % within Pekerjaan 27.3% 72.7% 100.0%

Perawat Count 15 7 22

% within Pekerjaan 68.2% 31.8% 100.0%

Total Count 18 15 33

% within Pekerjaan 54.5% 45.5% 100.0%

HASIL UKUR PENGETAHUAN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR

Kelompok Umur * Hasil Ukur Pengetahuan Crosstabulation

Hasil Ukur Pengetahuan

Total Baik Sedang

Kelompok Umur Dewasa Muda

Count 9 7 16

% within Hasil Ukur Umur 56.3% 43.8% 100.0% Dewasa

Tua

Count 9 8 17

% within Hasil Ukur Umur 52.9% 47.1% 100.0%

Total Count 18 15 33


(6)

HASIL UKUR SIKAP BERDASARKAN PEKERJAAN

Pekerjaan * Hasil ukur sikap Crosstabulation

Hasil ukur sikap

Total baik sedang

Pekerjaan Bidan Count 11 0 11 % within Pekerjaan 100.0% .0% 100.0% Perawat Count 17 5 22 % within Pekerjaan 77.3% 22.7% 100.0%

Total Count 28 5 33

% within Pekerjaan 84.8% 15.2% 100.0%

HASIL UKUR SIKAP BERDASARKAN KELOMPOK UMUR

Hasil Ukur Umur * Hasil ukur sikap Crosstabulation

Hasil ukur sikap

Total baik sedang

Kelompok Umur Dewasa Muda

Count 14 2 16

% within Hasil Ukur Umur 87.5% 12.5% 100.0% Dewasa

Tua

Count 14 3 17

% within Hasil Ukur Umur 82.4% 17.6% 100.0%

Total Count 28 5 33