Faktor Resiko Kanker Serviks

2.4.6. Faktor Resiko Kanker Serviks

Penyakit keganasan khusus wanita ini merupakan penyakit menular seksual yang berasosiasi dengan infeksi kronik HPV Human Papiloma Virus tipe onkogenik. Oleh sebab itu, faktor resiko kanker serviks cenderung sama dengan faktor resiko penyakit menular seksual lainnya Randall, 2005. Dari studi epidemiologi, kanker serviks tipe skuamosa berhubungan kuat dengan perilaku seksual, seperti berganti-ganti pasangan dan usia saat melakukan koitus yang pertama. Resiko meningkat lebih dari sepuluh kali bila memiliki enam atau lebih mitra seksual, atau bila koitus pertama terjadi di bawah umur 15 tahun Rasjidi, 2007a. Dari suatu penelitiannya di Jakarta, de Boer 2006 menegaskan bahwa riwayat koitus pertama di usia muda, memiliki pasangan seksual lebih dari satu dan paritas yang tinggi merupakan faktor resiko yang signifikan untuk kanker serviks di Indonesia. Menurut Synder dkk 1976, NIS umumnya ditemukan pada usia muda setelah hubungan seks terjadi. Selang waktu antara seks pertama dengan menemukan NIS adalah 2-33 tahun, untuk NIS I selang waktu rata-rata ialah 12,2 tahun, NIS II 13,9 tahun dan NIS III 11,7 tahun. Menurut Cuppleson LW dan Brown B 1975 menyebutkan NIS akan berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Sehingga NIS pada usia lebih dari 50 tahun sudah sedikit, sedangkan kanker infiltratif meningkat dua kali. Menurut Herbeck GM 1977 melaporkan bahwa NIS lebih cenderung pada usia kurang dari 30 tahun Harahap, 1984. Merokok juga termasuk faktor resiko penyakit ini Lavazzo, 2006. Merokok berasosiasi dengan peningkatan resiko kanker serviks tipe skuamosa oleh tipe HPV tipe 16 atau HPV tipe 18 pada perokok berat Kapeu, 2009. Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang dihisap sebagai rokok maupun yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycylic aromatic hydrocarbons heterocylic amine yang sangat karsinogenik dan mutagenik, sedangkan bila dikunyah ia akan menghasilkan nitrosamine. Bahan dari tembakau yang dihisap terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi HPV. Selain itu, bahan-bahan pada tembakau ini juga dapat Universitas Sumatera Utara menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks Rasjidi, 2007a. Fey 2004 menyatakan wanita yang merokok lebih dari 10 batang per hari memiliki resiko tinggi memperoleh lesi prakakanker tingkat tinggi. Antara tingkat pendidikan dengan NIS terdapat korelasi yang kuat. NIS cenderung lebih banyak timbul pada wanita yang tidak berpendidikan dibandingkan dengan wanita yang tidak berpendidikan 88,9 dibanding 55,8. Biasanya tinggi rendahnya pendidikan berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi, kehidupan seksual dan kebersihan Harahap, 1984. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat diklasifikasikan sebagai karsinogenik pada kanker serviks sama halnya pada kanker payudara. Kontrasepsi hormonal berperan sebagai alat yang mempertinggi pertumbuhan neoplasma. Hal ini terjadi sejak diketahuinya peran estrogen yang memilki efek trophic dalam meningkatkan pertumbuhan sel. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal berupa pil maupun suntikan selama kurang lebih lima tahun tidak mengalami peningkatan resiko kanker serviks. Namun, peningkatan resiko akan mucul setelah penggunaannya selama 10 tahun McFarlane-Anderson, 2008. Kemudian, Randall 2005 menambahkan bahwa pasien yang terinfeksi HIV Human Immunodeficiency Virus cenderung sering terinfeksi HPV, sehingga mereka memiliki angka yang tinggi untuk mengalami displasia serviks uteri dan perkembangan menuju kanker serviks dibandingkan dengan wanita tanpa infeksi HIV.

2.4.7. Gambaran Klinik Kanker Serviks