BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah dan Pengolahannya
Limbah berdasarkan nilai ekonomisnya dirinci menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis dan non ekonomis. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis yaitu limbah
dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah. Misalnya molasse tetes yang merupakan limbah pabrik gula, molasse dapat menjadi bahan baku untuk pabrik alkohol.
Ampas tebu dapat dijadikan bahan baku untuk pabrk kertas, sebab ampas tebu melalui proses sulfinisasi dapat menghasilkan bubur pulp. Banyak lagi limbah pabrik tertentu
yang dapat diolah untuk menghasilkan produk baru dan menciptakan nilai tambah.. Limbah non ekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun
tidak akan memnerikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan merusakkan lingkungan
Sugiharto, 1987. Limbah membutuhkan pengolahan bila ternyata mengandung senyawa
pencemaran yang berakibat menciptakan kerusakan terhadap lingkungan atau paling tidak potensial menciptakan pencemaran. Suatu perkiraan harus dibuat lebih dahulu
dengan jalan mengidentifikasikan sumber pencemaran, kegunaan jenis bahan, sistem pengolahan, banyaknya buangan dan jenisnya, kegunaan bahan beracun dan berbahaya
yang terdapat dalam pabrik Ginting, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Program pengendalian dan penanggulangan pencemaran dapat dibuat. Sebab limbah tersebut baik dalam jumlah besar maupun sedikit, dalam jangka waktu panjang
maupun pendek dapat membuat perubahan terhadap lingkungan, maka diperlukan pengolahan agar limbah yang dihasilkan tidak sampai mengganggu struktur lingkungan.
Ada beberapa jenis limbah yang perlu diolah dahulu, sebab mengandung polutan yang dapat mengganggu kelestarian lingkungan. Limbah diolah dengan tujuan untuk
mengambil bahan-bahan berbahaya didalamnya dan atau mengurangi menghilangkan senyawa-senyawa kimia atau non kimia yang berbahaya dan beracun.
Pengolahan limbah berkaitan dengan sistem pabrik. Ada pabrik yang telah menggunakan peralatan dengan kadar buangan rendah sehingga buangan yang dihasilkan
tidak lagi perlu mengalami pengolahan. Pengolahan limbah sering kali harus menggunakan kombinasi dari berbagai metode, terutama limbah erat yang banyak
mengandung jenis parameter. Pilihan peralatan berkaitan dengan biaya, pemeliharaan, tenaga ahli dan kualitas lingkungan. Untuk beberapa jenis pencemar telah ditetapkan
metode pengolahannya. Menurut sifat limbah, proses pengolahan dapat digolongkan menjadi 3 tiga
bagian, yaitu proses fisika, kimia dan biologi. Proses ini tidak berjalan secara sendiri- sendiri tapi terkadang harus dilakukan secara kombinasi antara satu dengan lainnya.
Proses fisika merupakan perlakuan pada pre-treatment mengutamakan proses pendahuluan dalam rangka proses pengolahan lanjut. Bila hasil proses tidak memuaskan
maka proses kimia akan menyempurnakan efisiensinya. Boleh jadi proses fisika tidak dibutuhkan, maka digunakan proses biologi. Kemungkinan untuk menggabung ketiga
proses dalam upaya mencapai efisiensi pengolahan yang maksimal.
Universitas Sumatera Utara
Tahapan pengendalian dan pengoperasian limbah molasse pada sistem kolam adalah sebagai berikut :
1. Pendinginan
Air limbah yang keluar dari pabrik umumnya panas 30 - 50°C dan diperlukan pendinginan sehinggan sesuai dengan kondisi pengendalian limbah oleh bakteri.
2. Kolam pembiakkan bakteri
Kolam ini digunakan untuk mengaktifkan bakteri pada awal pengoperasian. Bakteri yang digunakan untk mengolah limbah molasse ialah bakteri Inola.
3. Kolam pengendapan
Limbah molasse dialirkan kekolam ini untuk diendapkan lumpur yang kasar. Kolam ini dibersihkan 1 kali seminggu atau endapannya dibuang 1 kali seminggu. Endapan
lumpur yang dihasilkan banyak mengandung lumpur. 4.
Kolam ekualisasi Limbah dari kolam pengendapan distabilkan dikolam ini dengan menggunakan 2
dua aerator apung. 5.
Kolam oksidasi Limbah dari kolam ekualisi mengalir ke kolam oksidasi. Dengan waktu yang
bersamaan dialirkan lumpur aktif dari kolam pembiakkan. pH dijaga tetap minimal 7. Di dalam kolam oksidasi digunakan 1 satu aerator oksidasi.
Universitas Sumatera Utara
6. Kolam klarifier
Kolam ini trdapat ditengah–tengah kolam oksidasi. Kolam ini berfungsi menyaring lumpur halus.
7. Kolam saring pasir
Kolam pengendapan yang mengalir secara terus–menerus berfungsi untuk memisahkan cairan dari lumpur yang berasal dari kolam klarifier oksidasi Ginting,
1992.
2.2. Limbah Cair