5.10 Hasil Korelasi Antara Kadar Interleukin-6 Serum Hari ke 1 dengan GOS, Barthel’s dan MMSE Saat Pulang.
Tabel 11. Korelasi Antara IL-6 Hari 1 dengan GOS, Barthel’s dan MMSE Saat Pulang
GOS-1 Barthel’s-1
MMSE-1
IL-6 HR-1
r p
0,106 0,478
0,185 0,234
0,120 0,444
Dari tabel diatas menunjukkan adanya korelasi positif yang tidak signifikan antara kadar interleukin-6 serum hari ke 1 dan GOS r = 0,106, p =0,478, Barthel’s r = 0,185, p =
0,234 dan MMSE r = 0,120, p = 0,444 saat pulang
5.11 Hasil Korelasi Kadar Interleukin-6 Serum Hari ke 1 dengan GOS, Barthel dan MMSE Saat Satu Bulan
Tabel 12. Korelasi Antara IL-6 Hari 1 dengan GOS, Barthel’s dan MMSE Saat Satu Bulan
GOS-2 Barthel’s-2
MMSE-2
IL-6 HR-1
r p
0,124 0,444
0,029 0,852
0,055 0,727
Tabel diatas menunjukkan adanya korelasi positif yang tidak signifikan antara kadar interleukin-6 serum hari ke-1 dengan GOS r = 0,124, p =0,444, Barthel’s r = 0,029, p
= 0,852, dan MMSE r = 0,055, p = 0,727 saat satu bulan
Universitas Sumatera Utara
5.12 Hasil Korelasi Kadar Interleukin Serum Hari k 5 dengan GOS, Barthel’s dan MMSE Saat Pulang
Tabel 13. Korelasi antara IL-6 Hari 5dengan GOS, Barthel’s dan MMSE Saat Pulang
GOS-1 Barthel’s-1
MMSE-1
IL-6 HR-5
r p
-0,228 0,138
-0,079 0,620
-0,085 0,594
Tabel diatas menunjukkan adanya korelasi negatif yang tidak signifikan antara kadar interleukin-6 serum hari ke-5 dengan GOS r = -0,228, p =0,138, Barthel’s r = -0,079,
p = 0,620 dan MMSE r = -0,085, p = 0,594 saat pulang
5.13 Hasil Korelasi Kadar Interleukin-6 Serum Hari ke 5 dengan GOS, Barthel’s dan MMSE Saat Satu Bulan
Tabel 14. Korelasi Antara IL-6 Hari-5dengan GOS, Barthel’s dan MMSE Saat Satu Bulan
GOS-2 Barthel’s-2
MMSE-2
IL-6 HR-5
r p
-0,208 0,187
-0,194 0,219
-0,268 0,087
Tabel diatas menunjukkan adanya korelasi negatif yang tidak signifikan antara kadar interleukin-6 serum hari ke-5 dengan GOS r = -0,208, p =0,187, Barthel’s r = -0,194,
p = 0,219 dan MMSE r = -0,268, p = 0,087 saat satu bulan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PEMBAHASAN
Berkaitan dengan angka kematian yang masih tinggi pada cedera kepala, sampai sekarang masih banyak penelitian untuk mencari strategi pengobatan yang optimal, baik
pembedahan maupun medikamentosa.Banyak neuroprotektor yang disudah digunakan seperti piracetam, choline, pyritinol dihydrochloride monohidrat, antagonis glutamate,
antioksidan, neuropeptide dan caspase inhibitor, namun belum ada yang bisa menghambat semua jalur neuroinflamasi. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian
dengan menggunakan golongan antagonis glutamate simvastatin. Parameter yang digunakan adalah kadar interleukin-6 serum dan dihubungkan dengan hasil akhir saat
penderita pulang dari rumah sakit dengan mengukur Barthel indeks , GOS, dan MMSE.
Penelitian ini membandingkan hasil akhir kontusio serebri sedang yang diterapi dengan pengobatan standar saja dan terapi standar ditambah inhibitor HMG CoA
reduktase dengan parameter serum interleukin-6. Selama ini inhibitor HMG-CoA reduktase digunakan sebagai antikolesterol, untuk tujuan neuroprotektor penelitian
sebelumnya kebanyakan terbatas pada uji hewan percobaan.Pada penelitian ini diberikan inhibitor HMG CoA reduktase simvastatin oral. Dari literature penggunaan injeksi
simvastatin terbatas pada penelitian preklinis injeksi intervertebral disc Zhang.H, 2009, diketahui bahwa di indonesia belum ada sediaan injeksi inhibitor HMG CoA reduktase
simvastatin.
6.1 Karakteristik Subjek yang Diteliti