Defenisi Konsep Defenisi Operasional

2. Hipotesis Nol Tidak adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja.

1.7 Defenisi Konsep

Menurut Sofian Effendi, Konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu. Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masing-masing konsep yang digunakan. 44 Untuk memberikan batasan yang jelas penelitian yang akan dilakukan, maka saya mendefenisikan konsep-konsep yang digunakan sebagai berikut : 1. Budaya organisasi merupakan serangkaian nilai-nilai dan strategi, gaya kepemimpinan, visi misi serta norma-norma kepercayaan dan pengertian yang dianut oleh anggota organisasi dan dianggap sebagai kebenaran bagi anggota yang baru yang menjadi sebuah tuntunan bagi setiap elemen organisasi suatu perusahaan untuk membentuk sikap dan perilaku. Hakikatnya, budaya organisasi bukan merupakan cara yang mudah untuk memperoleh keberhasilan, dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu andalan daya saing organisasi. Budaya organisasi merupakan sebuah konsep sebagai salah satu kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. 2. Efektivitas kerja sebagai pencapaian target dengan baik secara tepat guna dari segi kuantitas, dan kualitas waktu yang menghasilkan output sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 44 Sofian Effendi dan Tukiran, op. cit., hal. 33 Universitas Sumatera Utara

1.8 Defenisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun Dalam Sofian Effendi dan Tukiran Defenisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam petunjuk mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel- variabel tersebut. 45 Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah ; Menurut Manahan P. Tampubolon variabel-variabel budaya organisasi ada 6 variabel. 46

A. Variabel-variabel Budaya Organisasi sebagai Variabel Bebas X

Diukur dengan menggunakan indikator-indikator sebagai berikut :

1. Inovatif Memperhitungkan Risiko

Norma yang dibentuk berdasarkan kesepakatan menyatakan bahwa setiap karyawan akan memberikan perhatian yang sensitive terhadap segala permasalahan yang mungkin dapat membuat risiko kerugian bagi kelompok dan organisasi secara keseluruhan. Perilaku karyawan yang demikian dapat dibentuk apabila berdasarkan kesepakatan bersama sehingga secara tidak langsung membuat rasa tanggungjawab bagi karyawan untuk melakukannya secara konsisten. 45 Sofian Effendi, op. cit., hal. 51 46 Manahan P. Tampubolon, op. cit., hal. 230-233 Universitas Sumatera Utara

2. Memberi Perhatian pada Setiap Masalah Secara Detil

Memberikan perhatian pada setiap masalah secara detil di dalam melakukan pekerjaan akan menggambarkan ketelitian dan kecermatan dari karyawan di dalam melaksanakan tugasnya. Sikap yang demikian akan menggambarkan tingkat kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh setiap karyawan, yang pada akhirnya dapat menciptakan kualitas produk yang tinggi. Apabila setiap karyawan memberikan perhatian secara detil terhadap semua permasalahan yang ada di dalam pekerjaannya, maka tingkat penyelesaian masalah dapat digambarkan menjadi suatu pekerjaan yang berkualitas tinggi dengan kata lain, total kualitas manajemen telah dilakukan.

3. Berorientasi terhadap Hasil yang Akan Dicapai

Supervisi seorang manajer tehadap bawahannya merupakan salah satu cara manajer mengarahkan dan memberdayakan mereka. Melalui supervise ini, dapat diuraikan tujuan organisasai dan kelompok serta anggotanya, di mana tujuan tersebut pada akhirnya menggambarkan hasil yang harus dicapai. Apabila persepsi dari bawahan itu dapat dibentuk dan menjadi suatu kesatuan di dalam melakukakan tugas untuk mencapai hasil serta bawahan punya komitmen dengan consensus tersebut maka semua akan mudah dilakukan. Dapat dikatakan bahwa bawahan itu berorientasi hasil yang dicapai adalah yang dibentuk oleh budaya organisasi.

4. Berorientasi Kepada Semua Kepentingan Karyawan

Keberhasillan atau kinerja organisasi salah satunya ditentukan kekompakan tim kerja team work, dimana kerja sama tim dapat dibentuk jika manajer dapat melakukan supervise dengan baik terhadap bawahannya. Bawahan akan Universitas Sumatera Utara termotivasi untuk meningkatkan produktivitas apabila mereka dapat bekerja sama secara tim di dalam organisasi.

5. Agresif dalam Bekerja

Produktivitas yang tinggi dapat dihasilkan apabila peforma karyawan dapat memenuhi standar yang dibutuhkan untuk melakukan tugasnya. Performa yang baik dimaksudkan, antara lain kualifikasi keahlian ability and skill yang dapat memenuhi persyaratan prosuktivitas serta harus diikuti dengan disiplin dan kerajinan yang tingg. Apabila kualifikasi ini telah dipenuhi, maka masih dibutuhkan ketahanan fisik dan keagresifan karyawan untuk dapat menghasilkan kinerja yang baik. Agresif dalam berkerja saja belum cukup, ia akan dipengaruhi lagi oleh banyak variabel dan indikator perilaku lainnya, tetapi di dalam hal ini agresivitas menjadi bagain yang menjadi salah sati faktor dari budaya organisasi.

6. Mempertahankan dan Menjaga Stabilitas Kerja

Performa yang baik dari karyawan harus didukung oleh kesehatn yang prima. Performa yang baik tidak akan tercipta secara kontinu apabila karyawan tidak dalam kondisi kesehatan yang prima. Pengertiannya, karyawan juga harus mampu menjaga kondisinya agar tetap prima, kondisi seperti ini hanya dapat dipenuhi apabila secara teratur mengonsumsi makanan bergizi dan memadai. Kesehatan yang prima akan dapat membentuk stamina yang prima juga, dengan stamina yang prima akan terbentuk ketahanan fisik yang akurat endurance dan stabil, serta dengan endurance yang prima, maka kita dapat mengendalikan drive semua pekerjaan dengan baik. Dengan tingkat Universitas Sumatera Utara pengendalian yang prima, menggambarkan performa karyawan tetap prima dan stabilitas kerja dapat dipertahankan.

7. Budaya Lokal

Budaya Lokal adalah nilai – nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau hukum adat. Budaya lokal dapat memperat rasa kebersamaan, baik dalam kebiasaan bersama dan dari bahasa daerah sebagai pemersatu dalam komunikasi yang efektif. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apabila semua indikator dari budaya organisasi ini dapat dipenuhi, maka suatu budaya dengan karakteristik tertentu, umpamanya budaya organisasi yang tinggi dan kuat akan dapat dibentuk di dalam suatu organisasi, baik organisasi bisnis ataupun jasa. Budaya yang terbentuk akan dapat menjadi landasan filosofis bagi organisasi, kelompok di dalam organsasi, dan individu di dalam organsasi untuk berperilaku dan bertindak, yang pada akhirnya dapat membentuk performa dan kepuasan karyawan yang tinggi.

B. Efektivitas kerja sebagai Variabel Terikat Y

Dalam prakteknya efektivitas kerja guru, dapat diukur dengan SKP atau Sasaran Kerja Pegawai yang ada dalam Penjelasan Rincian Kegiatan sesuai PERMENPAN RI No 16 Tahun 2009 ; 1. Menyusun Kurikulum, silabus, atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran 3. Menyusun alat ukursoal sesuai mata pelajaran Universitas Sumatera Utara 4. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran yang diampunya. 5. Menganilisis hasil pembelajaran 6. Melaksanakan pembelajaran perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi. 7. Melaksanakan pengembangan diri atau PKB 8. Melaksanakan publikasi ilmiah dan membuat karya inovatif 9. Keikutsertaan dalam kepanitiaan sekolah Universitas Sumatera Utara

I.9 Sistematika Penulisan BAB I