Berdasarkan latar belakang ini saya tertarik untuk melakukan penelitian, Pengaruh budaya organisasi yang dimiliki oleh SMP Negeri 3 Hurase, Batang
Angkola terhadap efektivitas kerja. Dalam pencapaian hasil kerja sekolah guna memperlancar proses belajar mengajar yang efektif, perlu adanya budaya kerja
dalam organisasi, karena dalam kenyataannya budaya kerja di Sekolah SMP Negeri 3 Batang Angkola belum tertulis dengan jelas sehingga para guru tidak
mudah untuk membangun kesepahaman, rasa kebersamaan dengan rekan guru lainnya, karena jika sudah ada rasa integritas, persepsi yang sama diantara para
guru maka akan mudah bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari variabel efektivitas, disiplin kerja
atau ketepatan waktu para guru tiba di sekolah yang sering terlambat, dan masih adanya para guru yang meninggalkan sekolah atau meninggalkan jam pelajaran
mengajar yang bukan untuk kepentingan sekolah tetapi untuk kepentingan pribadi, dan masih kurangnya metode pembelajaran e-learning yang harus diterapkan oleh
para pendidik, yang membuat proses belajar-mengajar menjadi kurang efektif dan efesien.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permasalahan. Masalah merupakan “penyimpangan“ dari apa yang seharusnya dan apa yang terjadi,
penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, penyimpangan antara teori
Universitas Sumatera Utara
dan praktek , dan penyimpangan antara aturan dan pelaksanaan . Masalah itu muncul pada ruang tempat dan waktu tertentu.
3
Berdasarkan uraian- uraian yang melatar belakangi masalah di atas, maka saya merumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. “Apakah Budaya Organisasi berpengaruh terhadap efektivitas kerja Guru
di SMP Negeri 3 Hurase, Batang Angkola ? ”
2. “Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap efekivitas kerja ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap
efektivitas kerja pada Guru SMP Negeri 3 Hurase, Batang Angkola. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap
efektivitas kerja pada Guru SMP Negeri 3 Hurase, Batang Angkola.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan berpikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang dihadapi di lapangan.
2. Bagi instansi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan atau informasi tentang budaya organisasi yang dapat
3
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta, tahun 2011, Cetakan ke-19, hal. 323
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan efektivitas kerja pada guru di SMP Negeri 3 Hurase, Batang Angkola.
3. Bagi FISIP-USU, dapat memperkaya bahan refrensi penelitian di bidang Ilmu-Ilmu Sosial pada umumnya dan khususnya Ilmu Administrasi
Negara.
1.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penetilian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, perlu menyusun
kerangka teori sebagai kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti akan menyoroti masalah yang akan diteliti. Kerangka Berpikir menurut
Uma Sekaran dalam Sugiyono mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
4
Teori menurut Kerlinger Dalam Sofian Effendi dan Tukiran Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengkonstruksi hubungan antara konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu.
5
1.5.1 Pengertian Budaya
Menurut Perucci dan Hamby Dalam Manahan P.Tampubolon Budaya adalah segala sesuatu yang dillakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh manusia
4
Sugiyono, ibid., hal. 65
5
Sofian Effendi dan Tukiran, Metode Peneltian Survei Jakarta: LP3ES Edisi Revisi Cetakan ke-30 tahun 2012, hal. 35
Universitas Sumatera Utara
dalam masyarakat serta termasuk pengakumulasian sejarah dari objek-objek atau perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu.
6
Sedangkan menurut
Silk Dalam
Manahan P.Tampubolon
mendefenisikan budaya sebagai cara bagaimana kita akan melakukan sesuatu pada saat ini, yang penekanannya menjelaskan tentang sikap yang terwujud
melalui sebuah taladan dari atas, seperti dari pemimpin organisasi atau orang yang dituakan di dalam masyarakat, yang direfleksikan ke dalam peraturan dan
prosedur di dalam suatu organisasi kemasyarakatan resmi.
7
Kemudian, menurut Melville Herkovits dalam Achmad Sobirin Budaya adalah sebuah kerangka pikir construct yang menjelaskan tentang keyakinan,
perilaku, pengetahuan, kesepakatan-kesepakatan, nilai-nilai, tujuan yang kesemuanya itu membentuk pandangan hidup way of life sekelompok orang.
8
Menurut Andrew Peetigrew dalam Achmad Sobirin Budaya adalah Sistem makna yang diterima secara terbuka dan kolektif, yang berlaku untuk
waktu tertentu bagi sekelompok orang tertentu.
9
Menurut Edgar Schein dalam Achmad Sobirin Budaya adalah pola asumsi dasar yang di-shared oleh sekelompok orang setelah sebelumnya mereka
mempelajari dan meyakini kebenaran pola asumsi tersebut sebagai cara untuk menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan adaptasi eksternal dan integrasi
internal, sehingga pola asumsi dasar tersebut perlu diajarkan kepada anggota- anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir dan
6
Manahan P.Tampubolon, Perilaku Keorganisasian Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia tahun 2008 Edisi kedua, hal 224
7
Manahan P. Tampubolon, loc. cit.
8
Achmad Sobirin, Budaya Organisasi, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN tahun 2007, Cetakan Pertama, hal. 53
9
Achmad Sobirin, ibid., hal. 129
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan perasaannya dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan organisasi.
10
Budaya adalah seperangkat nilai, yaitu norma-norma yang mengarahkan kepada keyakinan. Dan pemahaman yang dibentuk oleh para anggota suatu
organisasidan mengajarkannya kepada anggota baru sebaik mungkin.
11
1.5.1.2 Pengertian Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa Yunani organon, yang berarti “alat” tool.
Kata ini masuk ke dalam bahasa Latin, menjadi organizatio dan kemudian masuk ke bahasa Prancis abad ke-14 menjadi organization. Pengertian awalnya
merujuk kepada kata benda atau proses, melainkan manusia atau individu sebagai penggeraknya. Organisasi merupakan sarana untuk menciptakan nilai yang dapat
dipakai secara simultan oleh kelompok pengelola yang berbeda yang untuk mencapai tujuan yang berbeda pula.
12
Menurut Stephen Robins dalam Kusdi 2009 organisasi adalah suatu entitas sosial yang secara terkoordinasi, memiliki suatu batas yang relatif dapat
diidentifikasi, dan berfungsi secara relatif kontinu berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan atau seperangkat tujuan bersama.
13
10
Achmad Sobirin, ibid., hal. 132
11
Dicky Wisnu dan Siti Nurhasanah, Teori Organisai Stuktur dan dan Desain, Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2005, Edisi kedua, hal. 244
12
Dicky Wisnu dan Siti Nurhasanah, ibid., hal. 21
13
Kusdi, op.cit., hal. 5
Universitas Sumatera Utara
Menurut Barnard dalam Miftah Thoha menyatakan bahwa organisasi itu adalah suatu sistem kegiatan-kegiatan yang terkoodinir secara sadar, suatu
kekuatan dari dua manusia atau lebih.
14
Sedangkan Menurut Amitai Etzioni dalam Miftah Thoha mengemukakan konsepsi organisasi sebagai sekelompok orang-orang yang sengaja disusun untuk
mencapai tujuan tertentu.
15
Dalam masyarakat modern , terdapat beragam jenis organisasi. Organisasi formal adalah organsasi yang mempunyai undang-undang dan peraturan, akta
pendirian, serta anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, atau organasi yang berbadan
hukum. Contoh
organisasi formal
adalah perusahaan,
sekolahuniversitas, organisasi pertahanan dan keamanan polisi dan tentara, pengadilan dan sebagainya.
16
1.5.1.3 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah keyakinan, sikap, dan nilai yang umumnya dimiliki, yang timbul dalam organisasi, dikemukakan dengan lebih
sederhana, budaya adalah cara kita melakukan sesuatu disini. Pola nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi ini mungkin tidak diungkapkan, tetapi akan
membentuk cara orang berperilaku dan melakukan sesuatu. Nilai mengacu kepada apa yang diyakini merupakan hal penting mengenai cara orang dan organisasi
berperilaku. Norma adalah peraturan tak tertulis mengenai perilaku. Budaya organisasi merupakan aspek subjektif dari apa yang terjadi di dalam organisasi.
14
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Rajawali Pers tahun 2011, Edisi 1, hal. 114
15
Miftah Thoha, ibid., hal. 115
16
Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi Jakarta: Salemba Empat tahun 2007 hal. 2
Universitas Sumatera Utara
Hal ini mengacu kepada abstraksi, seperti nilai dan norma yang meliputi seluruh atau bagian dari bisnis.
17
Budaya Organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan
aktivitas kerja.
18
Budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai values, keyakinan-keyakinan beliefs, asumsi-asumsi assumptions, atau
norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah
organisasinya.
19
Sedangkan menurut Edgar H Schein dalam A. A Anwar Prabu Mangkunegara pengertian budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau
sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi para anggotan-anggotanya untuk
mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal.
20
Menurut Eldridge dan Crombie Dalam Wirawan Budaya suatu organisasi menunjukkan konfigurasi unik dari norma, nilai, kepercayaan, dan cara-cara
berperilaku yang memberikan karakteristik cara kelompok dan individu bekerja sama untuk menyelesaikan tugasnya.
21
17
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama tahun 2007, cetakan pertama.
hal. 75
18
Edy Sutrisno, op. cit., hal. 2
19
Edy Sutrisno, loc. cit.
20
A. A Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku dan Budaya Organisasi Bandung: Penerbit PT. Refika Aditama tahun 2005, Cetakan Pertama, hal. 113
21
Wirawan, op. cit., hal. 9
Universitas Sumatera Utara
Menurut Schwartz dan Davis Dalam Wirawan, budaya organisasi merupakan pola kepercayaan dan harapan yang dianut oleh anggota organisasi.
Kepercayaan dan harappan tersebut menghasilkan nilai-nilai yang dengan kuat membentuk perilaku para individu dan kelompok-kelompok anggota organisasi.
22
Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi dapat didefenisikan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya
manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu organisasi.
1.5.1.4 Dimensi Budaya Organisasi
Menurut Denision dalam Achamad Sobirin mengemukakan adanya 4 dimensi budaya organisasi yang diyakini terkait dengan tingkat efektivitas
organisasi.
23
Dimensi Budaya Organisasi tersebut adalah sebagai berikut
1. Involment dimension
adalah dimensi budaya organisasi yang menunjukkan tingkat partisipasi karyawan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.
2. Consistency
adalah menunjukkan tingkat kesepakatan anggota organisasi terhadap asumsi dasar dan nilai-nilai inti organisasi
22
Wirawan, ibid., hal. 8-9
23
Achmad Sobirin, op. cit., hal. 195
Universitas Sumatera Utara
3. Adaptibility
adalah kemampuan organisasi dalam merespon perubahan-perubahan lingkungan eksternal dengan melakukan perubahan internal organisasi.
4. Mission Dimension
adalah budaya yang menunjukkan tujuan inti organisasi yang menjadikan anggota organisasi teguh dan fokus terhadap apa yang dianggap penting
oleh organisasi. Budaya Organisasi yang kuat bisa mempunyai dampak pada kinerja
perusahaan. Kekuatan budaya menunjukkan tingkat persetujuan di antara para angota organisasi tentang pentingnya nilai khusus. Jika pentingnya nilai-nilai
tersebut telah menjadi konsensus yang tersebar luas, maka budayanya terpadu dan kuat; jika kesepakatan minim, maka budayanya melemah.
Budaya ataupun budaya organisasi sejatinya berdampak kuat pada etika pegawai, karena ia berperan sebagai pengarah para pegawai dalam berkeputusan
tiap harinya.
24
Untuk hal budaya organisasi yang berlaku dalam dunia birokrat, bentuk dan sumber daya yang ada dalam organisasi pada umumnya sama dengan apa
yang ada dalam organisasi perusahaan dan sosial. Namun berbeda dalam visi, misi dan karakteristik yang dimilikinya. Organisasi publik atau birokrasi publik tidak
berorientasi langsung pada tujuan akumulasi keuntungan, namun memberikan layanan publik dan menjadi katalisator dalam penyelenggaraan pembangunan
maupun penyelenggaraan tugas Negara.
24
Dicky Wisnu dan Siti Nurhasanah, op. cit., hal. 261
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.5 Fungsi Budaya Organisasi
Dari sisi fungsi budaya organisasi mempunyai empat fungsi menurut Robbins dalam Edy Sutrisno.
25
Fungsi Budaya Organisasi menurut Robbins : 1. Budaya mempunyai suatu peran pembeda.
Hal itu berarti bahwa budaya kerja menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain.
2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organsisasi.
3. Budaya organisasi mempermudah timbul pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual.
4. Budaya organisasi itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.
Menurut Defenisi Gordon dalam Edy Sutrisno Dalam hubungannya dengan segi sosial, budaya berfungsi sebagai perekat sosial yang membantu
mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untu apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya,
budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku para karyawan.
26
Budaya-budaya memberikan dua fungsi dalam organisasi adalah :
27
1. Untuk menghubungkan para angota sehingga mereka tahu bagaimana berinteraksi satu sama lain, dan
25
Edy Sutrisno, op. cit., hal. 10-11
26
Edy Sutrisno, loc. cit.
27
Dicky Wisnu UR dan Siti Nurhasanah, op. cit., hal. 246
Universitas Sumatera Utara
2. untuk menolong organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
1.5.2 Efektivitas kerja
Setiap melakukan kegiatan manajemen dalam organisasi, maka akan timbul pula konsep efektivitas, yaitu bagaimana usaha yang akan dilakukan
sehingga segala apa yang direncanakan dapat dicapai seluruhnya dengan tepat waktu atau dapat menjawab perkembangan kebutuhan organisasi.
1.5.2.1 Pengertian Efektivitas
Menurut Steers dalam Edy Sutrisno Pengertian efektivitas pada umumnya efektivitas hanya dikaitkan dengan tujuan organisasi, yaitu laba, yang
cenderung mengabaikan aspek terpenting dari keseluruhan prosesnya, yaitu sumber daya manusia. Steers mengatakan bahwa yang terbaik dalam meneliti
efektivitas dalam meneliti efektivitas ialah memerhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berkaitan yaitu :
28
1. Optimalisasi tujuan-tujuan, 2. Perpesktif sistem; dan
3. Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi Cara seperti ini disebut ancangan saja, misalnya dari segi tujuan . Dengan
ancangan optimalisasi tujuan-tujuan memungkinkan dikenali bermacam-macam tujuan, meskipun tampaknya saling bertentangan. Dalam kaitannya dengan
optimalisasi tujuan efektivitas itu dinilai menurut ukuran seberepa jauh suatu organisasi berhasil mencapai tujuan-tujuan yang layak dicapai yang satu sama
28
Edy Sutrisno, op. cit., hal. 123-124
Universitas Sumatera Utara
yang lain saling berkaitan. Dengan ancangan ini perhatian lebih diarahkan pada persoalan-persoalan mengenai salaing berhubungan, struktur, dan saling
ketergantungan satu sama lain. Sistem ini mencakup tiga komponen, ialah input, proses, dan output.
Sebagai suatu sistem, suatu organisasi menerima input dari lingkungannya, kemudian memprosesnya, dan selanjutnya memberikan output
kepada lingkungannya. Tanpa adanya input dari lingkungannya, suatu organisasi akan mati. Demikian juga tidak memberikan output kepada lingkungannya, suatu
organisasi akan mati. Jadi efektivitas tidak hanya dilihat dari segi tujuan semata- mata, melainkan juga sistem
Komponen yang ketiga ialah perilaku manusia dalam organisasi. Ancangan ini digunakan karena atas dasar kenyataan bahwa tiap-tiap prinsip
organisasi dalam mencapai tujuannya selalu menggunakan perilaku manusia sebagai alatnya atau perusahaan dapat efektif, tetapi juga karena fakor
manusianyalah suatu perusahaan tidak efektif. Seorang praktisi ahli serta penulis di bidang manajemen dan perilaku
keorganisasian menyatakan, yang diartikan dengan efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati secara bersama serta tingkat pencapaian sasaran itu
menunjukkan tingkat efektivitas.
29
1.5.2.2 Pengertian Kerja
Konsep kerja didefenisikan oleh George Thomason dalam
Taliziduhu Ndraha
; An activity which demands the expenditure of energy or effort to create
from
29
Manahan P.Tampubolon, op.cit., hal.175
Universitas Sumatera Utara
‘raw materials’ those product or services which people value.
30
Dapat juga dikatakan, kerja adalah proses penciptaan nilai pada suatu unit sumber daya. Kerja itu sesungguhnya adalah suatu kegiatan sosial.
31
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-
macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya.
32
Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan ada orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya
kepada suau
keadaan yang
lebih memuaskan
daripada keadaan
sebelumnya.Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak
dicapai dan dipenuhinya. Demi tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja.
Sementara menurut J.A.C Brown dalam Pandji Anoraga menyatakan bahwa kerja itu sesungguhnya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia,
sebab aspek kehidupan yang memberikan status kepada masyarakat.
33
Kerja adalah ibadah, kerja sebagai pernyataan syukur atas kehidupan di dunia ini, dilakukan seakan-akan kepada dan bagu kemuliaan nama Tuhan bukan
kepada manusia.
34
Kerja adalah sumber penghasilan, hal ini jelas kerja sebagai sumber nafkah merupakan anggaran dasar masyarakat umumnya.
35
30
Taliziduhu Ndraha, Teori Budaya Organisasi Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta tahun 2005, cetakan pertama, hal. 203
31
Pandji Anoraga, Psikolologi kerja Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta tahun 2005 Cetakan ketiga, hal. 13
32
Pandji Anoraga, ibid., hal. 11
33
Pandji Anoraga, ibid., hal. 13
34
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi, Kota Depok Penerbit : . PTRaja Grafindo Persada tahun 2012 cetakan pertama, hal. 350
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.3 Pengertian efektivitas Kerja
Menurut Fremont E. Kas dalam Sugiyono mengemukakan bahwa “effectiveness is concerned with the accomplishment of explicit or
implicit goals”.
36
Jadi efektivitas berkenaan dengan derajad pencapaian tujuan baik secara eksplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan
seberapa jauh tujuan tercapai. Menurut Robbins dalam Kusdi defenisi efektivitas organisasi adalah
sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan
tujuan-tujuan itu mencerminkan konstituen strategi, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan pertumbuhan organisasi.
37
Berdasarkan pengertian efektivitas, kerja tersebut, dapat dikemukakan bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan organisasi tergantung pada aktivitas-
aktivitas yang dilakukan anggota organisasi, secara tepat sasaran dan tepat waktu, oleh karena itu perilaku pegawai yang mengarah pada proses pencapaian tujuan
organisasi harus dikelola sedemikian rupa sehinggga membentuk kerja-kerja yang efektif. Kerja yang efektif adalah jawaban positif dari permasalahan-permasalahan
bagaimanakah kita dapat memanfaatkan waku yang telah ditentukan dan apakah target pekerjaan dapat kita capai atau kita lampaui. Efektivitas kerja individu ini
35
Moeheriono, loc. cit.
36
Sugiyono, op.cit., hal. 23
37
Kusdi, op.cit., hal. 93-94
Universitas Sumatera Utara
juga akan membentuk efektivitas kerja unit dan efektivitas kerja organisasi. Efektivitas kerja organisasi selain ditentukan oleh efektivitas sumber daya
manusia, juga dipengaruhi oleh efektivitas sumber daya lainnya. Dengan demikian efektivitas kerja merupakan suatu ukuran yang
memberikan gambaran mengenai seberapa jauh tujuan organisasi dapat tercapai secara tepat sasaran dan tepat waktu. Apabila efektivitas kerja dapat ditingkatkan,
maka pencapaian tujuan organisasi lebih optimal. Disamping hal-hal yang bersifat tehnis, terdapat faktor-faktor lain yang
sifatnya tidak tehnis, melainkan psikologi, sosio kultural dan intelektual. Artinya dalam kehidupan berorganisasi, berkarya tidak dapat dipandang semata-mata
hanya sebagai wahana untu merumuskan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya wahana untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya individualistik dan
ekonomis,tetapi juga berbagai kebutuhan lainnya. Interaksi dengan berbagai pihak seperti rekan sekerja, atasan dan bawahan mutlak diperlukan.
Tidak satu pun pekerjaan organisasi yang dapat diselesaikan hanya oleh seseorang tanpa interaksi sama sekali dengan pihak lain. ketaatan terhadap
berbagai ketentuan yang berlaku dalam organisasi,melakukan penyesuaian dengan tradisi dan kultur organisasi adalah beberapa contoh lain dari faktor-faktor yang
perlu mendapat perhatian dalam mendorong tercapainya tingkat efektifitas kerja pegawai dalam kehidupan organisasi.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas menurut Edy Sutrisno, adalah:
38
1. Karakteristik Organisasi, termasuk struktur dan teknologi
38
Edy Sutrisno, op. cit., hal. 125
Universitas Sumatera Utara
2. Karakteristik lingkungan, termasuk lingkungan interen dan lingkungan ekstern 3. Karakteristik Karyawan
4. Kebijakan Praktik Manajemen
1.5.3 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas Kerja
Kegunaan Budaya oleh Sedarmayanti adalah Budaya menampilkan “perekat sosial” dan menghasilkan “perasaan kekamian”, sehingga meniadakan
proses diferensiasi yang merupakan bagian dari kehidupan organisasi yang tidak dapat dihindari. Budaya organisasi menawarkan suatu sistem bersama mengenai
arti, diamana menjadi dasar untuk komunikasi dan pemahaman bersama. Jika fungsi ini tidak direalisasikan dalam suatu cara yang layak, budaya mungkin
secara signifikan mengurangi efesiensi organisasi.
39
Dalam Pembahasan peran budaya organisasi, Budaya organisai diteliti secara intensif oleh para pakar untuk mengetahui perannya dalam organisasi
sejumlah penelitian menyimpulkan bahwa budaya organisasi mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan organisai, di point yang ke-10, yaitu : Sumber
Keunggulan Kompetitif; Budaya organisasi merupakan salah satu sumber keunggulan kompetitif. Budaya organisasi yang kuat mendorong motivasi kerja,
konsistensi, efektivitas dan efesiensi, serta menutunkan ketidakpastian yang memungkinkan kesuksesan organisasi dalam pasar dan persangan.
40
Menurut James L.Gibson dan dkk Dalam Hadari Nawawi menyatakan budaya organisasi adalah suatu sistem nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma
yang unik dan dianut bersama oleh anggota organisasi. Budaya organisai dapat
39
Sedarmayanti, op.cit., hal. 76
40
Wirawan, op.cit., hal. 37
Universitas Sumatera Utara
menjadi kekuatan positif akan menjadi pendukung efektivitas organisasi, sedang yang bersifat negatif akan menjadi kontra produktif terhadap usaha pencapaian
organisasi. Budaya organisasi yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemimpinan untuk mewujudkan efektivitas organisasi, antara lain karena
pengaruhnya pada iklim organisasi atau iklim kerja yang berlangsung sehari- hari.
41
Menurut Deal dan dkk Budaya yang kuat dan positif sangat berpengaruh terhadap perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan.
42
Budaya organisasi memiliki peran yang sangat strategis terhadap kesuksesan suatu organisasi, untuk membangun kerja organisasionalnya dalam
jangka panjang sebagai sarana bagi anggota organisasi untuk memenuhi kebutuhan serta mencapai tujuannya. Sejauh mana budaya mempengaruhi
efektivitas organisasi dapat diketahui dengan melihat kuat atau lemah budaya organisasi tersebut.
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan.
43
Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah :
1. Hipotesis Alternatif Adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja.
41
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cetakan Pertama, hal. 290-291
42
Edy Sutrisno, op. cit., hal. 3
43
Sugiyono, op. cit., hal. 70
Universitas Sumatera Utara
2. Hipotesis Nol Tidak adanya pengaruh budaya organisasi terhadap efektivitas kerja.
1.7 Defenisi Konsep