1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Laba atau rugi merupakan suatu ukuran bagi sebuah perusahaan apakah bisnisnya berjalan lancar atau tidak. Terutama bagi perusahaan pemula yang baru
memulai bisnisnya. Pada tahun-tahun awal, biasanya perusahaan-perusahaan tersebut belum dapat melakukan efisiensi biaya sehingga laba yang diperoleh
akan kecil atau bahkan mengalami kerugian. Akan tetapi bukan berarti perusahaan-perusahan yang telah berdiri sejak belasan atau bahkan puluhan tahun
lamanya hanya akan mendapatkan laba di setiap periodenya tanpa pernah mengalami kerugian. Kerugian maupun keuntungan tersebut dilaporkan ke dalam
sebuah laporan yang dinamakan Laporan Laba Rugi. Selain dapat mengukur kelancaran sebuah bisnis, Farland 1985:68 menyatakan bahwa “laporan laba
rugi merupakan pedomancermin bagi sebuah perusahaan dengan segala aktivitasnya dalam menjalani periode selanjutnya untuk meningkatkan
keuangannya. Apabila sebuah perusahaan telah mengalami kerugian, maka perusahaan dalam periode yang selanjutnya akan berdaya upaya agar kerugian
tersebut tidak terulang kembali”. Berbeda dengan Laporan Posisi Keuangan Balance Sheet yang
melaporkan bagian-bagian harta kekayaaan yang menjadi milik suatu perusahaan sebagai hasil dan atau yang terlibat dalam kegiatan usaha, Laporan Laba Rugi
Income Statement lebih menekankan tentang jerih payah perusahaan pada suatu
2
periode tertentu hingga tercapai labakeuntungan atau sebaliknya yaitu menderita kerugian. Kemudian perusahaan akan melakukan upaya perubahan untuk periode
selanjutnya. Tetapi bukan berarti upaya perubahan tersebut hanya dilakukan apabila perusahaan mengalami kerugian saja, bahkan saat perusahaan mengalami
labakeuntungan pun perusahaan tetap akan melakukan upaya perubahan guna mencapai labakeuntungan yang lebih besar lagi. Salah satu upaya tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan Analisis Rantai Nilai Value Chain Analysis. Rantai nilai banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan khususnya
bergerak di sektor industri. Karena pada umumnya biaya yang dapat diturunkan secara signifikan adalah biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi.
Tetapi bukan berarti tidak memungkinkan untuk sektor non industri tidak dapat meminimalisasi biaya. Apabila sebuah perusahaan melakukan analisis rantai nilai,
maka sebuah perusahaan akan mampu mengidentifikasi di mana keunggulan advantage atau kelemahan disadvantage biaya rendah yang ada di sepanjang
rantai nilai mulai dari bahan mentah yang dipasok dari pemasok supplier sampai aktivitas layanan konsumen. Begitu pula di perusahaan Home Industry Al-
Barokah. Analisis rantai nilai memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi secara lebih baik kekuatan dan kelemahannya sendiri, khususnya bila
dibandingkan dengan rantai nilai pesaing dan data mereka sendiri yang diteliti dari waktu ke waktu.
Perusahaan Home Industry Al-Barokah itu sendiri bergerak di sektor industri pengolahan makanan ringan yang sudah berdiri kurang lebih 4 tahun.
Pada awal berdirinya perusahaan ini, perusahaan dihadapkan pada persaingan
3
dengan produk serupa dalam satu lingkungan yang berdekatan. Banyak perusahaan dengan produk serupa yang sudah terlebih dahulu berdiri
dibandingkan dengan perusahaan ini. Tentu tidak mudah untuk mengatasi permasalahan ini. Selain dihadapkan dengan para pesaing yang sudah lebih handal
dengan pemasaran produk mereka, perusahaan ini juga dihadapkan pada internal kontrol yang masih belum memiliki banyak pengalaman, baik itu dalam efisiensi
pengolahan produk, pengrekrutan tenaga kerja, hingga mencari pelanggan untuk memasarkan produk perusahaan ini agar sampai ke konsumen akhir.
Tak hanya itu saja, ternyata perusahaan juga dihadapkan dengan keadaan eksternal yang memungkinkan produknya kurang diminati karena musim tertentu.
Sebagai contoh, ketika musim panas biasanya perusahaan mengalami penurunan omset penjualan yang mengakibatkan terganggunya keadaan internal perusahaan.
Setelah diteliti ternyata kebanyakan para konsumen lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan segar seperti buah atau makanan yang didinginkan.
Untuk itu, perusahaan terkadang harus memberhentikan proses produksi sementara agar tidak menimbulkan kerugian. Tak hanya itu, akibat pemberhentian
proses produksi yang sementara ini, sebagian para tenaga kerja memutuskan untuk berhenti dan bekerja di tempat lain. Akibatnya ketika proses produksi
dilanjutkan kembali, pemilik perusahaan mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja yang sudah mahir dalam proses produksi ini. Akibatnya proses
produksi tidak berjalan secara efektif, dan akhirnya malah akan menghambat proses produksi.
4
Selain itu, tak hanya masalah ketenagakerjaan yang harus dihadapi oleh pemilik perusahaan, tetapi masalah terhadap inventory yang ada di gudangpun
juga terjadi. Meskipun pada umumnya inventory yang tesisa di gudang bisa bertahan sampai hingga 2 bulan, tetapi ada sebagian kecil inventory akan
mengalami kerusakan dan akhirnya tidak layak untuk dijual lagi. Meskipun jumlahnya tidak banyak, tetapi tentu akan mengakibatkan kerugian yang cukup
material juga. Guna mencegah agar hal ini tidak sampai terjadi, perusahaan terkadang mengeluarkan biaya lagi yang nantinya akan menurunkan laba atas
penjualan produknya juga. Tak hanya itu saja, pemilihan pemasok bahan baku supplier pun juga
berpengaruh terhadap keberlangsungan produksi perusahaan. Pada saat-saat tertentu seperti contoh di atas yang membuat omset penjualan menjadi turun,
biasanya para pelanggan agen tidak bisa membayar secara tunai, sehingga pemilik perusahaan akan mengalami kesulitan membeli bahan baku secara tunai
juga. Untuk itu pemasok bahan baku supplier yang siap dan mampu dalam kondisi seperti ini sangat berperan penting dalam keberlangsungan produksi
perusahaan. Selain itu, pemilahan pelanggan agen juga sangat berperan penting
dalam keberlangsungan hidup perusahaan. Piutang yang sudah jatuh tempo dapat dijadikan ukuran bagi perusahaan dalam memilah pelanggan agen. Ada
beberapa pelanggan agen yang mengelak pembayaran piutang pada saat jatuh tempo terjadi. Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi keberlangsungan hidup
perusahaan jika tidak ada tindakan dari perusahaan.
5
Selain dari para pemasok bahan baku supplier dan pelanggan agen, tentu para pesaing juga berperan penting untuk menjadi tolak ukur perusahaan.
Saat ini, pelaku bisnis dalam sektor industri semakin tumbuh dari waktu ke waktu. Semakin banyaknya pelaku industri ini menyebabkan persaingan semakin ketat
dan kompetitif pula. Para pesaing tak hanya bersaing dengan pesaing produk serupa saja. Bahkan dengan produk yang berbeda sekalipun bisa bersaing untuk
konsumen yang sama dalam persaingan bisnis ini. Sehingga fitur produk yang ditawarkan pun bermacam-macam. Ada produk yang memiliki kualitas yang
sangat bagus tetapi konsumen harus membayarnya dengan harga yang relatif mahal, ada juga produk yang ditawarkan dengan harga yang relatif murah tetapi
dengan kualitas yang biasa saja, dan bahkan ada produk yang ditawarkan dengan harga yang relatif murah tetapi memiliki kualitas yang tak kalah bagus dengan
produk yang mahal. Untuk itu, agar perusahaan tidak mengalami kerugian secara terus menerus
karena fenomena-fenomena yang dialami tersebut, melakukan analisis rantai nilai merupakan hal yang tepat. Analisis dapat dilakukan disepanjang rantai nilai
perusahaan yaitu dari rantai nilai pemasok bahan baku, kemudian dilanjutkan dengan rantai nilai proses produksi, dan yang terakhir yaitu pada rantai nilai
pelanggan. Melakukan analisis rantai nilai tentu dapat mempengaruhi laba, baik
dilakukan dari segi kepemimpinan biaya ataupun dari strategi differensiasi. Hansen 2010:373 mengatakan bahwa “analisis rantai nilai mengidentifikasi
hubungan internal dan eksternal yang dihasilkan dalam pencapaian perusahaan
6
baik kepemimpinan biaya atau strategi differensiasi manapun yang ditentukan akan membentuk keunggulan bersaing yang dapat bertahan”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perusahaan harus memilih terlebih dahulu keunggulan bersaingnya, kepemimpinan biaya atau strategi differensiasi. Kemudian barulah
perusahaan mengidentifikasi hubungan eksternal dan internalnya untuk melakukan analisis rantai nilainya.
Sebagai contoh sebuah perusahaan memakai keunggulan bersaing dalam strategi differensiasi. Perusahaan melakukan analisis rantai nilai dengan
mengidentifikasi hubungan eksternal dan internalnya sendiri. Setelah perusahaan mengidentifikasi hubungan eksternal dan internalnya, ternyata perusahaan
menemukan bahwa para pelanggan semakin kurang tertarik dengan produk perusahaan dikarenakan ada perusahaan lain yang meniru produk mereka bahkan
dengan harga yang lebih murah. Perusahaan memutuskan mengambil langkah untuk memperbarui produknya dengan menambah fitur yang belum pernah ada
sebelumnya. Kemudian perusahaan berusaha memenuhi tantangan dan mengambil keuntungan dari peluang yang baru. Perusahaan berencana untuk menaikkan
penjualannya dengan meluncurkan produk dengan fitur baru. Fokus utama strategi differensiasi ini menurut Anthony 2008:77 adalah “melakukan differensiasi
penawaran produk yang dihasilkan oleh unit bisnis, sehingga menciptakan sesuatu yang dipandang oleh pelanggan sebagai sesuatu yang unik”. Biasanya konsumen
yang membeli produk yang terdifferensiasi ini tidak mementingkan harga dikarenakan produknya yang unik. Maka dengan strategi ini perusahaan
7
diharapkan mampu meningkatkan penjualannya sehingga akan mempengaruhi labanya juga.
Contoh lain yaitu apabila perusahaan menggunakan kepemimpinan biaya atau yang sering disebut strategi biaya rendah. Anthony 2008:77 mengatakan
bahwa “kepemimpinan biaya dapat diperoleh melalui beberapa pendekatan seperti skala ekonomis dalam produksi, dampak kurva belajar, pengendalian biaya yang
ketat, dan meminimalisasi biaya dalam beberapa area seperti penelitian dan pengembangan, jasa, tenaga penjualan, atau periklanan”. Sama seperti strategi
differensiasi, perusahaan melakukan analisis rantai nilai dengan mengidentifikasi hubungan eksternal dan internalnya. Setelah dilakukan identifikasi hubungan
eksternal dan internalnya, ternyata perusahaan menemukan biaya produksi yang bisa diminimalisasi dengan mengurangi komponen bahan baku produk tanpa
harus mengurangi kualitas produk. Kemudian perusahaan mengambil langkah untuk mengurangi biaya produksi dengan mengurangi komponen bahan baku
sehingga biaya produksi akan semakin rendah dan akan berdampak ke laba. Penelitian ini mengacu pada variabel penelitian yang dilakukan oleh
Mesriani Haloho 2006, Surya Wulan Dani 2006, dan Kumala Vera Dewi 2010. Mesriani Haloho 2006 meneliti tentang analisis pengaruh biaya produksi
dan biaya kualitas terhadap laba pada PT INALUM. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa biaya produksi berpengaruh negatif terhadap laba,
sedangkan biaya kualitas berpengaruh positif terhadap laba. Tetapi secara bersama-sama biaya produksi dan biaya kualitas memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap laba. Surya Wulan Dani 2006 meneliti tentang analisis
8
pengaruh biaya produksi dan penjualan air bersih terhadap laba kotor pada PDAM Tirtanadi. Pada penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa biaya produksi
berpengaruh negatif terhadap laba, sedangkan biaya penjualan air bersih berpengaruh positif terhadap laba. Kumala Vera Dewi 2010 meneliti tentang
pengaruh efisiensi biaya produksi terhadap laba bersih pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa secara
simultan biaya produksi yang terdiri dari efisiensi tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba, sedangkan
secara parsial biaya produksi yang terdiri dari efisiensi tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba dimana
efisiensi tenaga kerja langsung adalah yang paling dominan berpengaruh positif terhadap laba.
Dari ketiga peneliti terdahulu tersebut, peneliti lebih mengacu pada Kumala Vera Dewi 2010. Pada penelitian tersebut, biaya produksi yang telah
dilakukan efisiensi yang terdiri atas tenaga kerja langsung dan biaya overhead dijelaskan bahwa biaya-biaya tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap
laba. Tetapi peneliti sebelumnya tersebut tidak membahas bagaimana perusahaan yang diteliti melakukan efisiensi atas biaya produksi tersebut apakah perusahaan
menggunakan alat analisis seperti Research and Development atau menggunakan alat analisis yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Kumala memiliki variabel
dependen yang sama, yaitu laba. Untuk variabel independennya sedikit berbeda dengan peneliti saat ini yaitu efisiensi biaya produksi yaitu yang berkaitan dengan
internal perusahaan, sedangkan hubungan dengan eksternal perusahaan tidak ada.
9
Untuk itu peneliti tertarik menambahkan variabel yang lain yaitu variabel yang berkenaan dengan eksternal perusahaan. Pada penelitian yang terdahulu juga
memilih tempat penelitian pada perusahaan yang besar dan go public, dikarenakan peneliti menambahkan variabel yang belum pernah diambil oleh peneliti
sebelumnya, maka peneliti memilih meneliti di perusahaan yang kecil dan
akhirnya peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Analisis Rantai Nilai Value Chain Analysis terhadap Laba
Usaha Home Industry Al-Barokah.” 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan analisis rantai nilai pada keterkaitan eksternal yaitu
supplier berpengaruh terhadap laba usaha Home Industry Al-Barokah? 2.
Apakah penerapan analisis rantai nilai pada keterkaitan eksternal yaitu pelanggan berpengaruh terhadap laba usaha Home Industry Al-Barokah?
3. Apakah penerapan analisis rantai nilai pada keterkaitan internal yaitu
proses produksi berpengaruh terhadap laba usaha Home Industry Al- Barokah?
4. Apakah penerapan analisis rantai nilai pada keterkaitan eksternal dan
internal secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap laba usaha Home Industry Al-Barokah?
10
1.3 Tujuan Penelitian