10
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa masalah yang yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk menguji apakah penerapan analisis rantai nilai pada keterkaitan
eksternal yaitu supplier berpengaruh terhadap laba usaha Home Industry Al-Barokah.
2. Untuk menguji apakah penerapan analisis rantai nilai pada keterkaitan
eksternal yaitu pelanggan berpengaruh terhadap laba usaha Home Industry Al-Barokah.
3. Untuk menguji apakah penerapan analisis rantai nilai pada keterkaitan
internal yaitu proses produksi berpengaruh terhadap laba usaha Home Industry Al-Barokah.
4. Untuk menguji apakah penerapan analisis rantai nilai pada keterkaitan
eksternal dan internal secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap laba usaha Home Industry Al-Barokah.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini nantinya diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti
untuk memahami ilmu yang berkaitan dengan analisis rantai nilai baik pada keterkaitan eksternal maupun pada keterkaitan internal pada Home
Industry Al-Barokah.
11
2. Perusahaan, penelitian ini kedepannya diharapkan akan dapat menjadi
tambahan sumber informasi bagi Home Industry Al-Barokah yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan ini dan diharapkan juga akan
mampu lebih bersaing dengan pesaing-pesaingnya dalam persaingan yang semakin ketat dan kompetitif baik itu dalam keterkaitan eksternal yaitu
supplier, pelanggan maupun pada keterkaitan internal yaitu pada proses produksi.
3. Peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
memberikan informasi untuk dapat dikembangkan dan menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya di masa yang akan datang.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.5. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Pengertian Laba
Farland 1985:63 mengatakan bahwa laba merupakan “selisih antara pendapatan yang diperoleh dari kesemua sumber-sumber baik sumber operating
maupun non operating suatu perusahaan terhadap kesuluruhan biaya-biaya dan kerugian-kerugian yang terjadi pada suatu periode atau tahun buku”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa selain kelebihan atas pendapatan dan biaya jika dilihat dari sumber operating, laba bisa juga diartikan sebagai kenaikan asetekuitas yang
berasal dari transaksi ekuitas sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang timbul dari
pendapatan atau investasi oleh pemilik jika dilihat dari sisi non operating. Sebagai contoh yaitu laba yang diperoleh atas penjualan aset tetap. Selisih antara harga
pasar wajar fair value dan nilai buku book value merupakan laba apabila harga pasar yang didapatkan lebih tinggi daripada nilai buku yang tersisa dari aset tetap
tersebut. Di dalam akuntansi, akun laba terletak di sisi kredit. Di dalam laporan
keuangan, akun laba terletak di dalam laporan laba rugi dimana di dalam laporan laba rugi terdiri atas pendapatan dan biaya. Setiap kenaikan laba akan
mempengaruhi ekuitas pemilik. Seperti yang dijelaskan Warren, et al, 2005:67 bahwa “transaksi yang meningkatkan pendapatan akan memperbesar ekuitas
13
pemilik. Sebagaimana peningkatan pemilik dicatat pada sisi kredit, peningkatan pendapatan dicatat dengan cara yang sama”. Walaupun kutipan tersebut
menjelaskan bahwa peningkatan pendapatan yang dapat menaikkan ekuitas pemilik, tetapi peningkatan pendapatan secara tidak langsung mempengaruhi
peningkatan laba, maka peningkatan laba juga dapat menaikkan ekuitas pemilik. Berdasarkan uraian di atas maka laba merupakan selisih antara pendapatan
dan biaya, dimana untuk mengukur tingkat profitabilitasnya peneliti memilih untuk menggunakan rasio Marjin Laba Bersih Net Profit Margin atau dapat
disingkat dengan NPM. David 2011:212 mengatakan bahwa “marjin laba bersih dapat diukur dengan membandingkan laba setelah pajak dengan penjualan”.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
NPM =
Rasio marjin laba bersih merupakan salah satu jenis dari rasio profitabilitas. David 2011:209 mengatakan bahwa “rasio profitabilitas
profitability ratio digunakan untuk mengukur keefektifan manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan oleh pengembalian return yang diperoleh
dari penjualan dan investrasi”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pihak manajemen berperan penting dalam mencetak laba dan mengecilkan biaya-biayanya. Semakin
besar tingakat rasionya, maka perusahaan semakin dipercaya oleh para investor dalam pengembalian investasi yang mereka tenamkan di dalam perusahaan
tersebut.
14
Besar atau tidaknya suatu rasio profit margin ditentukan oleh beberapa faktor seperti yang diungkapkan Riyanto 1993:37 bahwa
besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income
tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha operating expense. Dengan jumlah operating expense tertentu rasio profit
margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau
memperkecil operating expensesnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk memperbesar atau memperkecil rasio profit margin dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu dengan jumlah sales atau
dengan operating expense. Apabila ingin memperbesar rasio profit margin, maka jumlah penjualan harus ditingkatkan atau dengan mengecilkan biaya operasional
atau dengan menggunakan kedua duanya dengan meningkatkan jumlah penjualan dan mengecilkan biaya operasional secara bersama-sama.
2.1.2. Analisis Rantai Nilai
Analisis Rantai Nilai Value Chain Analysis menurut Blocher dkk 2011:63 merupakan “alat analisis strategi yang digunakan untuk lebih
memahami keunggulan kompetitif perusahaan, mengidentifikasi di mana nilai bagi pelanggan dapat ditingkatkan atau biaya dapat diturunkan, dan lebih
memahami hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan lainnya dalam industri yang sama”. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis rantai
nilai digunakan untuk lebih memahami keunggulan kompetitif perusahaan seperti kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan dan pasar
yang berubah-ubah, mengidentifikasi cara-cara yang dapat digunakan seperti
15
strategi yang digunakan dalam mengungguli para pesaingnya, juga dapat digunakan untuk menunjukkan bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap
bahan baku hingga ke pelanggan akhir, lebih memahami hubungan antara perusahaan dengan pemasok, pelanggan, bahkan para pesaing dari perusahaan lain
dalam industri yang sama maupun yang tidak. Menurut Wisdaningrum 2013:7 analisis rantai nilai adalah
analisis aktifitas-aktifitas yang menghasilkan nilai, baik yang berada dari dalam dan luar perusahaan. Konsep value chain memberikan perspektif
letak perusahaan dalam rantai nilai industri. Analisis value chain membantu perusahaan untuk memahami rantai nilai yang membentuk
produk tersebut. Nilai yang berawal dari bahan mentah sampai dengan penanganan produk setelah dijual kepada konsumen.
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis rantai nilai digunakan sebagai alat dalam membantu memahami rantai perusahaan yang dapat
memberikan nilai. Arti nilai di dalam rantai nilai merupakan apa saja yang dapat membentuk suatu produk hingga produk tersebut sampai kepada konsumen akhir.
Maka dapat disimpulkan bahwa analisis rantai nilai hanya mengidentifikasi aktifitas perusahaan yang dapat memberikan nilai. Apabila aktifitas tersebut tidak
memberikan nilai, maka aktifitas tersebut tidak memiliki nilai dan harus dihapus. Analisis rantai nilai dilakukan dengan cara mengidentifikasi hubungan
eksternal dan internal di sepanjang rantai nilai perusahaan seperti yang dijelaskan oleh Hansen 2000:373 bahwa “analisis rantai nilai mengidentifikasi hubungan
internal dan eksternal yang dihasilkan dalam pencapaian perusahaan baik kepemimpinan biaya atau strategi differensiasi manapun yang ditentukan akan
membentuk keunggulan bersaing yang dapat bertahan”. Tetapi sebelum
16
perusahaan mengidentifikasi hubungan eksternal dan internalnya untuk melakukan analisis rantai nilainya, maka perusahaan harus memilih terlebih
dahulu keunggulan bersaingnya, baik itu strategi kepemimpinan biaya maupun strategi differensiasi. Terlepas dari kompleksitas analisis rantai nilai, David
2011:227 menyatakan bahwa langkah awal untuk menerapkan prosedur analisis rantai nilai ini adalah
dengan membagi operasi suatu perusahaan ke dalam berbagai aktivitas atau proses bisnis yang spesifik. Kemudian analis berusaha untuk mengenakan
biaya pada setiap aktivitas, dan biaya tersebut bisa dalam bentuk waktu dan uang. Terakhir analis mengubah data biaya itu menjadi informasi dengan
mencari kekuatan dan kelemahan biaya kompetitif yang mungkin akan menghasilkan keunggulan ataupun kelemahan kompetitif.
Langkah awal dalam menerapkan proses rantai nilai adalah perusahaan harus membagi aktivitas perusahaan ke dalam beberapa bagian, kemudian
perusahaan memilih proses bisnis yang spesifik. Selanjutnya analis membuat informasi berupa data-data biaya pada proses bisnis yang spesifik tersebut.
Kemudian proses bisnis tersebut dianalisis sehingga diperoleh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh proses bisnis. Berikut ini merupakan contoh rantai
nilai perusahaan.
Gambar 2.1 Rantai Nilai Perusahaan
Input Proses
Bisnis Produk
atau Jasa
Nilai Pelanggan
17
Gambar 2.1 menjelaskan bahwa rantai nilai perusahaan dimulai dari input dimana input dari sebuah produk adalah bahan baku, kemudian rantai berikutnya
adalah proses bisnis dan produk yang berkaitan dengan bagaimana cara mendesain produk agar dapat mengecilkan biaya, dan yang terakhir yaitu rantai
nilai pelanggan dimana rantai nilai tersebut berkaitan dengan penjualan produk. Rantai nilai diklasifikasikan menjadi dua yaitu rantai nilai eksternal dan rantai
nilai internal, sehingga analisis rantai nilai tidak terlepas dari hubunganketerkaitan eksternal maupun internal. Dimana keterkaitan tersebut
akan diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dimanfaatkan. Pada keterkaitan internal, Hansen 2000:373 menjelaskan bahwa
manajemen biaya stratejik yang baik mengharuskan pertimbangan bagian hubungan internal dari rantai nilai dimana perusahaan berpartisipasi disebut
rantai nilai internal. Kegiatan sebelum dan sesudah produksi harus diidentifikasi dan hubungannya harus dikenali dan dimanfaatkan.
Memanfaatkan hubungan internal berarti bahwa hubungan antara kegiatan dinilai dan digunakan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan nilai
Jadi dapat disimpulkan bahwa rantai nilai internal berkaitan dengan proses produksi baik sebelum produksi maupun setelah produksi diidentifikasi kemudian
dimanfaatkan. Adapun pemanfaatan sebelum proses produksi yaitu dengan cara mendesain suatu produk yang kemudian bagaimana cara mendesain produk
tersebut akan mempengaruhi biaya produksi. Jika dimisalkan seorang pembuat desain mengetahui bahwa ada komponen yang tidak perlu dipakai setelah ia
mendesain ulang produk tersebut, semakin sedikit jumlah komponen maka biaya produksi akan semakin berkurang. Pengurangan komponen akan mempengaruhi
biaya dalam proses produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
hingga biaya yang digunakan untuk perakitan. Akibatnya pemanfaatan
18
setelah proses produksi pun pun akan terjadi seperti dengan lebih sedikit komponen yang digunakan, maka semakin sedikit tingkat kesalahan pada produk
sehingga biaya yang berkaitan dengan garansi akan semakin sedikit. Pada keterkaitan eksternal Hansen 2000:376 menjelaskan bahwa
sistem rantai nilai juga mencakup kegiatan rantai-nilai yang dilakukan oleh pemasok dan pembeli. Perusahaan tidak dapat mengabaikan interaksi antara
kegiatan rantai-nilainya dengan rantai nilai dari pemasok dan pembelinya. Hubungan dengan kegiatan eksternal pada perusahaan dapat pula
dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan eksternal berarti mengelola hubungan ini sehingga baik perusahaan maupun pihak eksternal menerima
peningkatan manfaat.
Analisis keterkaitan eksternal harus menggunakan pemanfaatan hubungan dengan pemasok dan pembeli. Pemasok dan pembeli keduanya memiliki peranan
yang penting. Pemanfaatan hubungan kepada pemasok dapat dilakukan dengan cara menetapkan komitmen dengan kontrak jangka panjang dengan syarat bahan
baku yang dikirim tidak boleh mengalami kerusakan. Begitu juga dengan pelanggan. Pemanfaatan hubungan dengan pelanggan dapat dilakukan dengan
cara mendiferensiasi pelayanan. Sebagai contoh sebuah perusahaan menawarkan jasa antar tidak berbayar kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang
besar. Di satu sisi pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan penjual sehingga pelanggan akan mempertimbangkan untuk membeli ke perusahaan yang
sama di masa yang akan datang. Di sisi lain meskipun perusahaan perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk mengantar barang, tetapi dengan kepuasan
pelanggan terhadap pelayanan diharapkan dapat meningkatkan penjualan di masa yang akan datang.
19
2.1.3. Keterkaitan Eksternal Supplier
Perusahaan pada umumnya membutuhkan bahan baku untuk melakukan proses produksinya. Untuk memasok bahan baku tersebut perusahaan
membutuhkan pihak lain untuk memenuhinya. Pihak yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan akan bahan baku tersebut dinamakan supplier pemasok
bahan baku. Proses produksi tidak akan berjalan apabila pemenuhan kebutuhan akan bahan baku tidak terpenuhi. Oleh karena itu, kinerja perusahaan sebagian
bergantung pada kemampuan pemasok untuk mengantarkan bahan baku sesuai jadwal.
Di dalam analisis rantai nilai, supplier merupakan salah satu keterkaitan eksternal dari rantai nilai yang dapat dimanfaatkan seperti yang dijelaskan oleh
Hansen 2000:376 bahwa “sistem rantai nilai juga mencakup kegiatan rantai nilai yang dilakukan oleh pemasok dan pembeli. Hubungan dengan kegiatan eksternal
pada perusahaan dapat pula dimanfaatkan”. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemanfaatan hubungan eksternal supplier dapat dilakukan
dengan cara menetapkan komitmen dengan kontrak jangka panjang dengan syarat bahan baku yang dikirim tidak boleh mengalami kerusakan guna memperbaiki
mutu produk. Konsekuensinya adalah supplier akan memberikan dampak yang besar bagi perusahaan. Apabila sewaktu waktu supplier tidak melakukan
pemasokan bahan baku sesuai kontrak, maka aktivitas produksi akan terganggu.
20
2.1.4. Keterkaitan Eksternal Pelanggan
Selain supplier, pelanggan juga merupakan pihak eksternal yang sangat berperan penting dalam proses bisnis. Di dalam analisis rantai nilai, pelanggan
merupakan salah satu keterkaitan eksternal yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan selain pemasok. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pemanfaatan hubungan dengan pelanggan dapat dilakukan dengan cara mendiferensiasi pelayanan. Dalam penelitian ini, peneliti memberi contoh bahwa
perusahaan dimisalkan menawarkan jasa antar tidak berbayar kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah yang besar. Di satu sisi pelanggan akan merasa puas
dengan pelayanan penjual sehingga pelanggan akan mempertimbangkan untuk membeli ke perusahaan yang sama di masa yang akan datang. Di sisi lain
meskipun perusahaan perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk mengantar barang, tetapi dengan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan diharapkan dapat
meningkatkan penjualan di masa yang akan datang. Madura 2007:24 mengatakan bahwa “untuk menarik pelanggan, suatu
perusahaan harus menyediakan produk atau jasa yang diinginkan dengan harga yang wajar. Perusahaan juga harus memastikan bahwa produk atau jasa yang
dihasilkan memiliki kualitas yang memadai sehingga pelanggan puas”. Mendiferensiasi pelayanan saja tidaklah cukup, maka untuk dapat menarik
pelanggan, harga yang wajar juga memiliki peran penting. Jika perusahaan ingin melakukan pemanfaatan keterkaitan eksternal pada pelanggan, maka kedua poin
tersebut harus diperhatikan selama melakukan analisis.
21
Dalam penelitian ini pelanggan yang dimaksud bukanlah merupakan konsumen akhir, melainkan adalah agen yang nantinya akan menjual produk ke
konsumen akhir. Meskipun konsumen akhir dengan agen sama-sama merupakan pelanggan bagi perusahaan, tetapi keduanya juga memiliki perbedaan. Adapaun
perbedaaan dari keduanya adalah apabila konsumen akhir membeli produk dalam jumlah yang sedikit dan dengan harga yang relatif lebih mahal, maka sebaliknya
agen akan membeli produk dalam jumlah yang besar dan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan konsumen akhir.
2.1.5. Keterkaitan Internal Proses Produksi
Proses produksi merupakan proses yang mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual. Garrison dkk 2013:26 mengatakan bahwa
“sebagian besar perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori besar: bahan langsung direct material, tenaga kerja langsung direct
labour, dan biaya overhead pabrik manufacturing overhead”. Di dalam analisis rantai nilai, pemanfaatan hubungan internal sangat
diperlukan seperti yang dijelaskan oleh Hansen 2000:373 bahwa “kegiatan sebelum dan sesudah produksi harus diidentifikasi dan hubungannya harus
dikenali dan dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan internal berarti bahwa hubungan antara kegiatan dinilai dan digunakan untuk mengurangi biaya dan
meningkatkan nilai”. Dimana pemanfaatan internal yang dilakukan adalah dengan mengiidentifikasi proses produksi. Mengidentifikasi proses produksi berarti
mengidentifikasi produk guna mengurangi biaya produksi yang terdiri dari bahan
22
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, serta meningkatkan nilai produk. Berikut merupakan gambar kegiatan rantai nilai proses produksi.
Gambar 2.2 Rantai Nilai Proses Produksi
Seperti pada penjelasan sebelumnya, contoh pemanfaatan keterkaitan internal di dalam proses produksi dapat dimisalkan yaitu dengan cara mendesain
suatu produk. Di dalam suatu produk, biaya yang berkaitan dengan produk adalah biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Bagaimana suatu produk didesain tentu akan mempengaruhi ketiga komponen tersebut. Jika dimisalkan seorang pembuat desain mengetahui bahwa ada
komponen yang tidak perlu dipakai setelah ia mendesain ulang produk tersebut, semakin sedikit jumlah komponen maka biaya produksi akan semakin berkurang.
Pengurangan komponen akan mempengaruhi biaya dalam proses produksi seperti
23
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, hingga biaya yang digunakan
untuk perakitan.
2.6. Penelitian Terdahulu
Di penelitian terdahulu akan diuraikan mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan saat ini. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu telah dilakukan untuk menguji pengaruh variabel-variabel yang
mempengaruhi laba usaha. Pada penelitian Mesriani Haloho 2006 yaitu Analisis Pengaruh Biaya
Produksi dan Biaya Kualitas terhadap Laba pada PT Indonesia Asahan Aluminium INALUM Kuala Tanjung Asahan menerangkan bahwa variabel
biaya produksi dan biaya kualitas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba PT Indonesia Asahan Aluminium
INALUM. Tetapi secara parsial biaya produksi memiliki pengaruh yang negatif terhadap laba perusahaan. Artinya setiap kenaikan biaya produksi akan
mengakibatkan turunnya laba perusahaan. Biaya kualitas mempunyai pengaruh yang positif terhadap laba yaitu apabila setiap peningkatan biaya kualitas maka
laba perusahaan akan meningkat juga. Secara keseluruhan Mesriani Haloho 2006 menyimpulkan bahwa biaya-biaya akan berpengaruh positif pada jangka
waktu yang lama, dan akan menunjukkan pengaruh yang negatif pada periode berjalan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data secara skunder
dan primer. Data skunder diperoleh dari laporan keuangan yang dimiliki oleh
24
perusahaan. Data primer diperoleh dari melalui hasil penyebaran kuisioner dan melakukan wawancara.
Pada penelitian Surya Wulan Dani 2006 yaitu tentang Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih Terhadap Laba Kotor pada PDAM
Tirtanadi menjelaskan bahwa variabel biaya sumber air bersih dan biaya pengolahan air bersih berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba kotor
PDAM Tirtanadi. Artinya setiap kenaikan biaya sumber air bersih dan biaya pengolahan air bersih akan mengakibatkan turunnya laba kotor perusahaan.
Sedangkan penjualan air bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor. Artinya setiap peningkatan Penjualan air bersih maka laba kotor perusahaan
akan meningkat juga. Secara kesuluruhan pengujian hipotesis pada penelitian menolak H
yang berarti menerima H
a
dimana variabel biaya sumber air bersih, variabel biaya pengolahan air bersih dan variabel penjualan air bersih secara
bersama-sama berpegaruh signifikan terhadap laba kotor. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan data skunder yaitu berupa laporan keuangan dari
perusahaan tersebut. Pada penelitian Kumala Vera Dewi 2010 yaitu tentang Pengaruh
Efisiensi Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih pada PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan menjelaskan bahwa secara simultan variabel biaya produksi
yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba. Secara parsial
biaya produksi yang terdiri dari efisiensi tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba. Jenis
25
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Dimana Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kebun yang menghasilkan
komoditas kelapa sawit dan yang memiliki laporan biaya produksi yang lengkap pada PTPN III Persero Medan. Sampel pada penelitian ini menggunakan metode
sensus dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Pada penelitian Pinasih 2005, yaitu tentang Pengaruh Efisiensi Biaya
Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung terhadap Rasio Profit Margin Studi Kasus PT. Jaya Indah Furniture secara simultan efisiensi biaya bahan baku dan
efisiensi tenaga kerja langsung secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin. Secara parsial, variabel efisiensi biaya
bahan baku berpengaruh secara signifikan terhadap rasio profit margin dan variabel efisiensi biaya tenaga kerja langsung juga berpengaruh secara signifikan
terhadap rasio profit margin. Jenis data yang dipakai dalam penelitian Pinasih 2005 ini menggunakan data sekunder. Adapun jumlah populasi yang digunakan
oleh penelitian Pinasih 2005 ini adalah jumlah pesanan yaitu sejumlah 100 pesanan pada PT. Jaya Indah Furniture Kabupaten Jepara yaitu pada rentang tahun
2002-2004. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian Pinasih 2005 ini adalah dengan menggunakan rumus slovin yaitu dengan membagi
populasi dengan konstanta ditambah dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian.
26
Tabel 2.1 Review Penelitian terdahulu Peneliti
Terdahulu Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Mesriani Haloho
2006 Analisis
Pengaruh Biaya Produksi dan
Biaya Kualitas terhadap Laba
pada PT Indonesia Asahan
Aluminium INALUM
Kuala Tanjung Asahan
Variabel Independen: Biaya Produksi,
Biaya Kualitas
Variabel Dependen: Laba
Biaya Produksi memiliki pengaruh
yang negatif terhadap laba perusahaan atau
dengan kata lain mengakibatkan
turunnya laba perusahaan. Biaya
kualitas mempunyai pengaruh yang positif
atau dengan kata lain mengakibatkan
meningkatnya laba perusahaan.
Surya Wulan
Dani2006 Analisis
Pengaruh Biaya Produksi dan
Penjualan Air Bersih Terhadap
Laba Kotor pada PDAM Tirtanadi
Variabel Independen: Biaya Sumber Air
Bersih, Biaya Pengolahan Air
Bersih, Penjualan Air Bersih
Variabel Dependen: Laba Kotor
Variabel biaya sumber air bersih dan biaya
pengolahan air bersih berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap laba kotor. Variabel
penjualan air bersih berpengaruh positif dan
signifikan terhadap laba kotor.
27
Peneliti Terdahulu
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Kumala Vera Dewi
2010 Pengaruh
Efisiensi Biaya Produksi
Terhadap Laba Bersih pada PT.
Perkebunan Nusantara III
Persero Medan Variabel Independen:
Biaya Tenaga Kerja Langsung, biaya
overhead
Variabel Dependen: Laba Bersih
Secara simultan variabel biaya produksi
yang terdiri dari biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik berpengaruh
positif dan signifikan terhadap laba. Secara
parsial biaya produksi yang terdiri dari
efisiensi tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik berpengaruh positif dan
signifikan terhadap laba.
Pinasih 2005
Pengaruh Efisiensi Biaya
Bahan Baku dan Efisiensi Biaya
Tenaga Kerja Langsung
terhadap Rasio Profit Margin.
Studi Kasus PT. Jaya Indah
Furniture Variabel Independen:
Efisiensi Biaya Bahan Baku, Efisiensi
Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Variabel Dependen: Rasio Profit Margin
Secara parsial, efisiensi biaya bahan baku dan
efisiensi biaya tenaga kerja langsung masing-
masing berpengaruh secara signifikan
terhadap rasio profit margin.
28
2.7. Kerangka Konseptual