Ukuran Kerja Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Wilayah Kota Pematangsiantar

dikeluarkan SK Walikota No.1 Tahun 2014 tentang Tim Teknis Penerbitan Izin Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, maka tidak butuh lagi rekomendasi Tim Teknis dari Dinas Tarukim.” Hasil Wawancara 12 Juni 2015 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka saya dapat menyimpulkan bahwa ukuran waktu yang diberikan sudah maksimal dan sangat membantu dalam proses pengurusan IMB.

2. Ukuran Kerja

Dalam ukuran kerja dalam artian berapa besar biaya yang dikeluarkan masyarakat dalam memperoleh jasa yang dibutuhkan. Terkait dengan ukuran kerja ini, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam pengurusan IMB, berikut tanggapan Sekretariat BPPT Kota Pematangsiantar bahwa : “Biaya yang dikeluarkan tergantung lokasi pendirian bangunan. Itu semua sudah diatur Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 mengenai biaya pendirian IMB. Menurut UU No. 1 Tahun 2014, pasal 33 , lokasi pendirian bangunan itu terbagi 3 lokasi : 1.Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi. 2.Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul dengan ciri-ciri perjalanan sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3.Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Adapun pengklasifikasian kelas jalan arteri dan jalan kolektor sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dan huruf b pasal ini disesuaikan dengan Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 1 Tahun 2013 tentang Universitas Sumatera Utara Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun 2012 – 2032, sedangkan jalan lokal adalah setiap jalan atau gang yang belum termasuk dalam kelas jalan arteri dan jalan kolektor. “ Hasil Wawancara 15 Juni 2015 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka saya dapat menyimpulkan bahwa pegawai sudah maksimal dan dapat dikatakan sudah baik dalam menjalankan tugasnya.

a. Ukuran Nilai Sosial Budaya

Dalam arti cara BPPT menghasilkan jasa dan produk kepada masyarakat. Apakah sudah baik atau belum dilihat dari nilai sosial budaya yang terkandung didalamnya. Berdasarkan hasil wawancara oleh Bapak Hendri Sitorus bahwa : “Tidak seperti di Pulau Jawa, masyarakatnya ikut berpartisipasi dan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan pentingnya IMB. Sekalipun ada warga yang mengurus IMB, itu dikarenakan ingin menggadaikan bangunan atau rumahnya ke Bank dan dalam proses tersebut dibutuhkan surat IMB. ” Padahal kami sudah memberikan kemudahan dengan menghadirkan akses website BPPT ini. Jadi, kesimpulannya nilai sosial masyarakatnya yang tidak memiliki kesadaran yang tinggi, menghambat penyaluran jasa oleh BPPT Kota Pematangsiantar. Dari pihak BPPT, nilai sosial budaya mereka sudah baik sedangkan dari pihak masyarakatnya nilai- nilai itu belum terkandung dalam diri mereka.

b. Ukuran Penelitian

Dalam ukuran ini yang menunjukkan apakah jasa yang diberikan akurat atau tidak. Dan sejauh ini saya melihat bahwa jasa yang diberikan sudah akurat karena Universitas Sumatera Utara pegawai BPPT lebih memfokuskan pelayanan mereka berdasarkan Perda dan UU yang berlaku. Jadi, keakuratannya tidak perlu diragukan lagi. UU yang mereka pakai yakni : 1. Peraturan Walikota Pematangsiantar No 1 Tahun 2014 tentang Izin Mendirikan Bangunan. 2. Peraturan Walikota Pematangsiantar No 1 Tahun 2014 tentang Tim Teknis Penerbitan Izin Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 3. Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelengaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 4. Permendagri No. 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di daerah. 5. Peraturan Presiden No.97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 4.2 Pelayanan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Pelayanan oleh BPPT Kota Pematangsiantar, setiap kegiatan yang dilakukan ole pihak lain yang ditujukan guna memenuhi kepentingan orang lain. Namun tidak berarti bahwa pelayanan itu sifatnya selalu kolektif sebab melayani kepentingan perorangan pun asal kepentingan itu masih termasuk dalam rangka pemenuhan hak dan kebutuhan bersama yang harus diatur. Universitas Sumatera Utara Hal ini sesuai dengan teori pelayanan yang dikemukakan oleh Moenir 2000:45 ada 4 empat hal yang menjadi indikator yakni : 1. Tingkah laku yang sopan 2. Cara menyampaikan yang baik