Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Proses perjanjian kredit oleh PT. BPR Duta Paramarta kepada nasabah sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah sudah sesuai bagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang tersebut. Hal ini juga telah sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 1426DKBU tanggal 19 September 2012 Perihal Pedoman Kebijakan dan Prosedur perkreditan bagi Bank Perkreditan Rakyat dimana telah dijabarkan di dalam penulisan ini pada Bab IV Bagian D. Proses Perjanjian Kredit. Mulai dari pengajuan, syarat-syarat yang harus dipenuhi, hak dan kewajiban nasabah, proses administrasi sampai pada proses pencairan dana kepada nasabah. Sehingga PT. BPR Duta Paramarta sudah menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan undang- undang yang ada jadi kegiatan yang dilakukan secara resmi sesuai dengan undang-undang tanpa ada merugikan salah satu pihak pun. 2. Proses pemberian kredit oleh PT. BPR Duta Paramarta kepada nasabah sudah sesuai dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah sudah sesuai dengan Undang-Undang tersebut. Di dalam Undang-Undang diatur hak dan kewajiban nasabah, mengenai besaran pinjaman, adanya Universitas Sumatera Utara agunan yang harus diserahkan di dalam proses pemberian kredit, dokumentasi sampai pencairan kepada nasabah telah diberikan secara baik dan maksimal oleh PT. BP Duta Paramarta. Penulis juga telah mewawancarai dan melihat langsung oleh pemberian kredit yang ada di PT. BPR Duta Paramarta apakah benar telah sesuai dengan Undang- Undang dan hasilnya sesuai dengan Undang-Undang. Hal ini dibuat dengan tujuan agar nasabah PT. BPR Duta Paramarta dapat menikmati pelayanan yang baik dan benar tanpa sedikit pun merugikan nasabah demi kelangsungan kegiatan PT. BPR Duta Paramarta. 3. Proses penyelesaian jika terjadi kredit macet oleh PT. BPR Duta Paramarta sudah sesuai dengan UU Perbankan adalah sesuai dengan yang diatur di dalam Undang-Undang Perbankan PT. BPR Duta Paramarta menerapkan kebijakan di dalam peraturan mereka dalam hal penyelesaian kredit macet. Penulis telah melakukan wawancara secara langsung bahwa PT. BPR Duta Paramarta di dalam penyelesaian kredit macet yang terjadi pada nasabah dapat diselesaikan secara kekeluargaan tanpa harus menempuh jalur hukum dan telah selesai. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah yang ada di dalam PT. BPR Duta Pamarta adalah nasabah yang baik, yang memiliki etikad yang baik dalam menjalankan hak dan kewajibannya. Universitas Sumatera Utara B. Saran 1. Proses pemberian kredit di Indonesia tergolong rumit dan lambat dalam membantu masyarakat. Padahal fungsi BPR diharapkan dapat membantu masyarakat dalam pemberian kredit. Nasabah sering mengeluhkan lambatnya pross pemberian kredit oleh pihak bank. Karena proses administrasi yang berbelit-belit membuat kadang nasabah harus menunggu dengan ketidakpastian sementara mereka membutuhkan dana secepatnya demi kelangsungan usaha mereka, dimana seharusnya diharapkan untung menjadi rugi. Pemerintah harus mengambil peranan di dalam proses pemberian kredit ini. Pemerintah harus mempercepat kerja dan system dalam pemberian kredit. Dengan penilaian yang tepat diharapkan pemberian kredit dapat diberikan kepada nasabah sehingga perekonomian bangsa ini menjadi lebih baik. 2. Proses pemberian kredit yang ada di dalam undang-undang telah baik tetapi harus disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Kredit harus dapat mudah di dapatkan masyarakat tetapi pemerintah harus memperhatikan fungsinya jika pinjaman kredit tersebut dicairkan. Perkembangan perekonomian yang ada di Indonesia terjadi secara dinamis dan cepat. Hal ini juga yang harus diperhatikan pemerintah dalam mengatur kebijakan di dalam pemberian kredit. Dengan pengambilan kebijakan yang tepat maka pemberian kredit dapat sesuai dengan sasaran yang dituju dan kredit macet yang terjadi pun dapat diminimalisasikan sehingga perekonomian Negara dapat berjalan dengan baik. Universitas Sumatera Utara 3. Kredit macet adalah masalah yang sering dihadapin setiap lembaga perbankan yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi karena kurang tepatnya penilaian lembaga tersebut dalam memberikan kredit. Padahal banyak nasabah yang benar-benar membutuhkan pinjaman kredit tetapi sering salah pemberian kredit. Jika terjadi kredit macet kadang harus diambil tindakan ke jalur hukum PT. BPR Duta Paramarta adalah salah satu contoh BPR yang benar-benar menilai apakah seorang nasabah yang mengajukan permohonan kredit benar-benar membutuhkan atau tidak. Penilaian secara benar dan mendetail harus dilakukan agar jangan terjadi kredit macet yang dapat merugikan pihak bank dan membuat perekonomian bangsa ini menjadi terpuruk. Karena banyaknya terjadi kredit macet membuat suatu perekonomian menjadi lesu dan tidak berkembang. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

A. Buku