Sedangkan paska produksi biasanya insan perfilman menyebutnya post, berkaitan dengan proses editing yang dilakukan oleh editor. Barulah kemudian film tersebut
bisa dipasarkan, mau ketelevisikah atau bioskop-bioskop atau yang sekarang lebih dikenal dengan 21 XXI.
Dalam membuat film setidaknya melibatkan tujuh departement di bawah ini yang masing-masing mempunyai andil dan peran tersendiri, namun perlu dicatat
bahwa dalam pembuatan film merupakan kerja kolektif, saling melengkapi satu sama lainnya. Tujuh departemen itu ialah:
1. Departemen Produksi
2. Penyutradaraan
3. Penulis skenario
4. Penata Kamera Director of Photography DOP
5. Penata Artistik Art Director
6. Penata suara Sound designer
7. Penyunting gambar Editor
13
Fungsi dari film itu sendiri sebagai media hiburan, namun bukan hanya media hiburan saja tetapi dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan
13
Prima, Rusdi, Bikin Film Kata 40 Pekerja Film, Jakarta: PT. Penerbit Majalah BoBo, 2007 hal.vi-vii.
persuasif. Ini sesuai dengan misi perfilman nasional, bahwa selain sebagai media hiburan tetapi bisa dijadikan sebagai media pembelajaran dan sarana informasi.
Film mempunyai karakteristik tersendiri yakni menggunakan layar lebar, pengambilan gambar karena menggunakan layar lebar maka memungkinkan
pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan extrem long shot, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat kita menonton
pikiran dan perasaan kita larut dalam alur cerita yang disuguhkan.
14
E. Sejarah Perkembangan Film Dunia
Dilihat dari sejarah, penemuan film sebenarnya berlangsung cukup panjang. Ini disebabkan karena film melibatkan masalah-masalah teknis yang cukup rumit,
seperti masalah optik, lensa, kimia, proyektor, kamera, roll film bahkan sampai pada masalah psikologi. Usaha untuk mempelajari bagaimana gambar dipantulkan
lewat cahaya, konon telah dilakukan sekitar 600 tahun sebelum masehi. Perkembangan film baru keliatan setelah abad ke-18 melalui percobaan kombinasi
cahaya lampu dengan kaca lensa padat, tetapi belum berupa gambar hidup yang bisa bergerak. Setelah Louis Dagurre bekerjasama dengan Joseph Niepce maka
perkembangan kearah seni fotografi terus dilanjutkan. Setelah Niepce meninggal dunia, kemudian dilanjutkan oleh Dagurre dan George Easman dalam bentuk
celluloid. Uji coba untuk menggerakan gambar berhasil dilakukan dengan memakai selinder yang nantinya berkembang menjadi proyektor.
14
Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007, h. 145-147.
Joseph Plateau adalah seorang ilmuan yang telah banyak memberikan perhatian untuk mempelajari rahasia gambar hidup dengan seksama, terutama
dalam hal kecepatan, waktu dan pewarna. Penyempurnaan baru dicapai lewat kamera oleh asisten ahli listrik terkenal Thomas Alva Edison yang bernam
William Dickson pada tahun 1895. Setelah itu barulah orang Amerika berhasil membuat film bisu yang berdurasi 25 menit, diantaranya film A Trip to the Moon
1902, Life of an America Fireman 1903 dan The Great Train Robbery 1903. Kemudian perusahaan film Warner Brothers dengan bekerjasama dengan Amerika
telephon dan telegraf berusaha mempelajari bagaimana cara memindahkan suara yang ada dalam telepon ke dalam film. Usaha ini berhasil pada tahun 1928
melalui film The Jazz Singer. Masa keemasan film berlangsung cukup lama, barulah televisi muncul sebagai media hiburan.
15
F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia
Hari film Nasional yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia adalah tanggal 30 Maret 1950, sebagaimana yang telah menjadi aspirasi masyarakat
perfilman dan telah menjadi Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999, semasa pemerintah BJ Habibie yang berbunyi: butir a. Bahwa
tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari bersejarah bagi perfilman Indonesia
15
Hafied Cangara, M.Sc, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta:2008 hal.137-138.