Contoh no. 45
ﱠﺒ نﺎ
ْا ﻟ
ْﻮ م
ر لﺎ
ﻐﻟا ﺪ
jika di terjemahkan secara harfiah maka terjemahannya akan menjadi tokoh masa datang adalah pemuda
hari ini. Jadi menurut peneliti terjemahan peribahasa diatas menggunakan metode
penerjemahan semantis karena penerjemah menggunakan permainan kata sehingga menghasilkan kreatifitas dalam menerjemahkan sehingga menghasilkan
terjemahan pemuda hari ini, tokoh masa datang. Contoh no. 46 kata
آ ْ
di terjemahkan kembali pada kalimat maka Allah. Ini bertujuan agar makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Menurut
peneliti peribahasa ini diterjemahkan dengan metode semantis. Contoh no. 47 kata
أ ﺣ
ﺪا
tidak diterjemahkan karena Ini bertujuan agar makna peribahasa bisa tersampaikan dengan baik. Menurut peneliti peribahasa ini
diterjemahkan dengan metode semantis, jika di terjemahkan maka hasil terjemahannya akan menjadi Katakan yang benar dan salah satu jangan takut
kecuali pada Allah maka terjemahannya tidak dipahami oleh bahasa penerima.
2. Metode Penerjemahan Idomatis
Dalam buku peribahasa Arab Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat karya Syarif Hade Masyah, peneliti menemukan 10 peribahasa yang menurut peneliti
menggunakan metode idiomatis, lihat tabel berikut:
76
Tabel 10. No Peribahasa
Arti 1.
مْﻮ ْﻟ ْﻷا ﻚ ْﺮﻗ ْﺮﺧﱠدإ
دﻮْﺳﻷا
Ingat waktu susah di kala senang
2.
ْﻘﻟْا ﱠﻼﺳ ْﻌﻟْا بﺎ ْ ﻣ
Jauh di mata, dekat di hati 3.
ﻪ ﺎﺴﻟ لﺎﻃ ﻪﺘﱠﺠﺣ ْتﺮﺼﻗ ْ ﻣ
Air beriak tanda tak dalam 4.
ْ ﻗﺎ و ﻪﺘ ﺮْﻌﻣ ْ ﻌﺴﱠا ﻣ ﻪﺘﱠ ه ْتﺪﻌ و ﻪ رﺪْﻘﻣ
Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai
5.
داﱠﻮ ﱢ ﻜﻟو ةﻮْﺒ مرﺎ ﻜﻟ ةﻮْﻔه ﻟﺎ ﱢ ﻜﻟو ةﻮْﺒآ
Tidak ada gading yang tak retak
6.
ﺪﺣاو ﺮْﺤ ْ ﻣ ﻣْﺆ ﻟْا غﺪْﻳ ْ ﱠﺮﻣ
Sekali lancung keujian, seumur hidup orang tidak percaya
7.
ْﺠﻌْﻟا ْﱠﺴﻟا ﺒﺳ
Nasi telah menjadi bubur 8.
سﺎﺳأ ْﻔﱠﻟا ﻰ دﺎ ﺘْ ﻹا حﺎﺠﱠﻟا
Percaya diri kunci sukses
9.
ﺎ ﻜﻟْا ْ حﺎﻣﱢﺮﻟا ْﺒﻗ
Sedia payung sebelum hujan
10.
ْ ﻜﻌﻣ ْ آﺮ ﺎﻃ
Dewi fortuna tidak bersamamu
Contoh no. 1 terjemahan peribahasa di atas menurut peneliti menggunakan metode idiomatis, karena Ingat waktu susah di kala senang adalah ungkapan
yang sering didengar dikalang pembaca. Di sini tidak terdapat pada nas sumber yaitu kata
إﱠد ﺧ
ْﺮ ﻗ
ْﺮ ﻚ
ْا ﻷ
ْ ﻟ
ْ ْﻮ
م ْا
ﻷ ْﺳ
ﻮ د
karena penerjemah menggunakan ungkapan idiomatis saat menerjemahkan peribahasa tersebut.
Contoh no. 2 penerjemahan di atas jika di terjemahkan secara harfiah menjadi:
ﻣ ْ
orang,
بﺎ
jauh, dari,
ْا ﻌﻟ
ْ
mata,
ﺳ ﱠﻼ
pengobat,
ﻗْ
77
Contoh no. 3 jika kita terjemahkan secara harfiah kata
ﻣ ْ
diterjemahkan
“ orang” kata
ﻗ ﺼ
ﺮ ْت
di terjemahkan “berbicara” kata
ﻃ لﺎ
di terjemahakan”
panjang” sedangkan kata
ﻟ ﺴ
ﺎ ﻪ
di terjemahkan” lisannya” terjemahan Bsu tesebut terhadap Bsa kurang di pahami. Jadi menurut peneliti terjemahan
peribahasa di atas diterjemahkan dengan menggunakan metode idiomatis karena pengalihan idiom Tsu ke dalam idiom Tsa dan ungkapan idiomatis yang tidak
tidak pada versi aslinya. Terjemahan ini biasa di gunakan dalam kesan ke akraban. Dan jika di lihat dari terjemahan peribahasa tersebut “Air beriak tanda tak dalam”
memiliki makna yang sama dengan peribahasa Indonesia “tong kosong nyaring bunyinya” yang sama artinya yaitu “ orang yang banyak bicara dan sombong
biasanya tak berilmu”. Contoh no. 4 menurut peneliti menggunakan metode penerjemahan
idiomatis karena, menggunakan ungkapan idiomatik yang terdapat dalam versi Bsa. Ungkapan tersebut dalam bahasa Indonesia bermakna menginginkan
78
kemuliaan, tetapi memperoleh kehinaan .
11
Penerjemahan dengan ungkapan idiomatik merupakan ciri dari metode penerjemahan idiomatis.
Contoh no. 5 menurut peneliti peribahasa di atas di terjemahkan dengan menggunakan metode penerjemahan idiomatis karena, terlihat jelas hasil
terjemahan dengan menggunakan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Terjemahan Peribahasa di atas memperhatikan pengalihan idiom
Tsu ke dalam idiom Tsa yang kebetulan mempunyai makna yang sejenis. Tanpa memperhatikan aspek idiomatik pada Tsu, maka terjemahan Tsu di atas adalah
sebagai berikut: “Tidak ada sesuatu yang sempurna”. Contoh no. 6 Menurut peneliti peribahasa di atas menggunakan metode
penerjemahan idiomatis karena, penerjemah memproduksi pesan dalam teks Bsu. Metode ini sering menggunakan kesan keakaraban dan ungkapan idiomatik yang
tidak didapati pada versi aslinya dan terjemahan di atas memperhatikan pengalihan idiom Tsu ke dalam idiom Tsa yang kebetulan mempunyai makna
yang sejenis. Tanpa memperhatikan aspek idiomatik pada Tsu, maka terjemahan di atas adalah sebagai berikut: “sekali saja kita mengingkari janji, selama-lamanya
orang tidak akan percaya lagi”. Contoh no. 7 menurut peneliti menggunakan metode penerjemahan
idiomats karena, menggunakan ungkapan idiomatik yang terdapat dalam versi Bsa. Ungkapan tersebut dalam bahasa Indonesia bermakna “segala sesuatu yang
sudah terlanjur terjadi, tidak dapat diperbaiki lagi”. Contoh no. 8 terjemahan peribahasa di atas menurut peneliti menggunakan
metode idiomatis, karena Percaya diri kunci sukses adalah ungkapan yang sering
11
Nur Arifin Chaniago dan Bagas Pratama, 3700 Peribahasa Indonesia Bandung: Pustaka Setia, 1998, h. 127.
79
didengar dikalangan pembaca. Di sini tidak terdapat pada nas sumber yaitu kata
ﻹا ْﺘ
دﺎ ﻰ
ﱠﻟا ْﻔ
أ ﺳ
سﺎ ﱠﻟا
ﺠ حﺎ
karena penerjemah menggunakan ungkapan idiomatis saat menerjemahkan peribahasa tersebut.
Contoh no. 9 Peribahasa di atas jika di terjemahkan secara harfiah menjadi:
ﻗْﺒ
sebelum,
ﱢﺮﻟا ﻣ
ءﺎ
memanah,
ْ
penuhi,
ﻜﻟا ﺎ
anak panah. Jika penerjemahan di atas di terjemahkan secara harfiah maka terjemahan Tsu
nya sukar di pahami oleh Tsa. Jadi, menurut peneliti penerjemahan di atas di terjemahkan dengan menggunakan metode terjemahan idiomatis sehingga
terjemahan di atas bisa menjadi: sebelum memanah isi dulu kantong busurnya atau sedia payung sebelum hujan.
Selain itu terjemahan idiomatis bisa memproduksi pesan dalam teks bahasa sumber yang terletak pada peribahasa
Arabnya sehingga padananya lebih mudah di pahami ke dalam peribahasa Indonesia dengan baik.
Contoh no. 10 peribahasa ini terlihat menggunakan metode penerjemahan idiomatis, hal ini didasarkan pada hasil terjemahan yang menggunakan ungkapan
idiomatis yang terdapat dalam bahasa sasaran. Jika tidak mengetahui aspek budaya Bsu maka penerjemah akan sangat kesulitan sekali dalam menerjemahkan
peribahasa ini.
3. Metode Penerjemahan Bebas