PERKARA YANG DIHADAPI PERSEROAN, DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PERSEROAN,

49

I. PERKARA YANG DIHADAPI PERSEROAN, DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS PERSEROAN,

ENTITAS ANAK, DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS ENTITAS ANAK Tidak terdapat perubahan status dari perkara - perkara yang telah diungkapkan dalam Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi dan Sukuk Ijarah Indosat Tahap II Tahun 2015 sampai dengan Tanggal Informasi Tambahan ini kecuali atas kasus dibawah ini: Perkara Tindak Pidana Korupsi Indar Atmanto Para Pihak : Indar Atmanto Terdakwa Pokok Perkara : Pada tanggal 18 Januari 2012, Perseroan dan IM2, Entitas Anak, diperiksa oleh Kejaksaan Agung sehubungan dengan perjanjian kerjasama antara Perseroan dan IM2 terkait penyediaan layanan internet broadband berbasis 3G. IM2 dituduh menggunakan ijin 3G Perseroan secara ilegal tanpa membayar biaya frekuensi tahunan, biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi concession fee dan biaya nilai awal tender tender upfront fee. Namun, berdasarkan Surat Menkominfo No. 65M.KOMINFO022012 tertanggal 24 Februari 2012 mengenai Kepastian Hukum atas Kerjasama antara Perseroan dan IM2, Perseroan dan IM2 tidak melanggar peraturan perundang-undangan terkait telekomunikasi atas tindakan kerjasama terkait pita frekuensi radio. Pada tanggal 8 Juli 2013, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi “Tipikor” menjatuhkan putusan yang menyatakan bahwa Indar Atmanto mantan Presiden Direktur IM2 bersalah atas tindakannya mewakili IM2 dalam menandatangani dan melakukan perjanjian kerjasama dengan perusahaan, dan dijatuhi hukuman pidana penjara empat tahun serta dikenai denda sebesar Rp200.000.000 jika Indar Atmanto gagal membayar denda, dia akan dikenai tambahan tiga bulan hukuman penjara. Dalam putusan tersebut, walaupun IM2 belum ditetapkan sebagai tersangka, Tipikor juga memerintahkan IM2 untuk membayar denda sebesar Rp1.358.343.346.674 sebagai penggantian kerugian negara. Sebagai akibat dari perkara tindak pidana korupsi dengan terdakwa Indar Atmanto, Perseroan dan IM2 telah ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan Surat Perintah Penyidikan No.Print-01F.2Fd.1012013 tanggal 3 Januari 2013 dan No.Print-02F.2Fd.1012013 tanggal 3 Januari 2013. Indar Atmanto mengajukan permohonan banding pada tanggal 11 Juli 2013 ke Pengadilan Tinggi Jakarta dan selanjutnya Kejaksaan Agung juga telah menyampaikan permohonan bandingnya pada tanggal 15 Juli 2013. Pada tanggal 10 Januari 2014, Pengadilan Tinggi telah memeriksa berkas perkara dan menegaskan kembali putusan Pengadilan Tipikor. Pengadilan Tinggi memperberat hukuman penjara Indar Atmanto dari empat tahun menjadi menjadi delapan tahun. Selain itu, hukuman terhadap IM2 untuk membayar uang pengganti sebesar Rp1.358.343.346.674 dihapuskan. Pengadilan Tinggi menganggap IM2 sebagai entitas hukum yang terpisah, sehingga menyatakan bahwa IM2 harus didakwa secara terpisah mengingat IM2 belum dijadikan tersangka dalam kasus hukum Indar Atmanto. 50 Permohonan kasasi atas nama Indar Atmanto diajukan pada tanggal 23 Januari 2014 dan memorandum kasasi diajukan oleh pihak pengacara pada tanggal 7 Februari 2014 ke Mahkamah Agung. Perkara ini telah diputus di Mahkamah Agung, dengan nomor Putusan Mahkamah Agung No. 696BPKPJK2013 tanggal 10 Juli 2014, dengan amar sebagai berikut: a menyatakan Indar Atmanto terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “korupsi dilakukan secara bersama-sama”; b menjatuhkan pidana terhadap Indar Atmanto tersebut dengan pidana penjara selama 8 tahun dan menjatuhkan pidana denda sebesar Rp300.000.000 dan bila denda tersebut tidak dibayar, diganti kurungan selama 6 bulan; c menghukum PT Indosat Mega Media membayar uang pengganti sebesar Rp1.358.343.346.674,00 dengan ketentuan apabila PT Indosat Mega Media tidak membayar uang pengganti tersebut paling lambat 1 bulan sesudah putusan mempunyai kekuatan hukum tetap, maka harta benda PT Indosat Mega Media disita oleh Jaksa dan dilelang untuk membayar uang pengganti tersebut; d menetapkan lamanya penahanan kota yang pernah dijalani oleh Indar Atmanto dikurangkan seluruhnya; e memerintahkan Indar Atmanto untuk ditahan. Pada tanggal 13 Maret 2015, kuasa hukum Indar Atmanto mengajukan permohonan peninjauan kembali yang telah diterima oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal tanggal 16 Maret 2015 dan kemudian diberi Nomor Perkara dengan No. 08Akta.Pid.SusPKTPK2015PN.JKT. PST. Status Perkara : Sampai dengan Informasi Tambahan ini diterbitkan, Mahkamah Agung telah menerbitkan putusan terhadap peninjauan kembali yang diajukan tersebut sebagaimana dipublikasikan pada website Mahkamah Agung. Berdasarkan keterangan perkara dalam website Mahkamah Agung tersebut, perkara telah diputus tanggal 20 Oktober 2015 dengan status amar putusan menolak peninjauan kembali yang diajukan Indar Atmanto. Tidak dijelaskan menganai detail putusan peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung tersebut pada website Mahkamah Agung dan baik IM2 ataupun Perseroan belum menerima salinan putusan tersebut sampai dengan Informasi Tambahan ini diterbitkan. Perkara Penyalahgunaan Keuangan Negara Para Pihak : Indar Atmanto, Perseroan dan IM2 selaku Penggugat TUN. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan “BPKP” selaku tergugat TUN Pokok Perkara : Pada tanggal 1 Mei 2013, Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN mengeluarkan Putusan No. 231G2012PTUN-JKT atas gugatan Ir. Indar Atmanto, Perseroan, dan IM2 melawan BPKP. Perkara ini terkait dengan Laporan Hasil Perhitungan Kerugian Keuangan Negara LHPKKN oleh BPKP yang menyatakan bahwa tindakan Indar Atmanto terkait telah menyebabkan kerugian keuangan negara. Putusan PTUN ini i mengabulkan gugatan para penggugat sebagian; ii menyatakan tidak sah Surat Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi No. SR- 1024D6012012 tanggal 9 November 2012; iii memerintahkan pencabutan Surat Deputi Kepala BPKP; dan iv menolak gugatan penggugat selebihnya. Putusan PTUN Jakarta dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara melalui Putusan No. 167B2013PT.TUN.JKT pada tanggal 28 Januari 2014 yang meniadakan alasan kerugian negara. Pada tanggal 21 Juli 2014, Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi BPKP dan kembali menguatkan putusan PTUN. 51 Status Perkara : Terhadap putusan Mahkamah Agung yang telah menolak permohonan kasasi dari BPKP yang diajukan pada tahun 2014, BPKP kembali mengajukan permohonan peninjauan kembali yang diterima oleh Mahkamah Agung pada tanggal 28 Mei 2015. Pada tanggal 13 Oktober 2015, berdasarkan website Mahkamah Agung, diperoleh informasi bahwa Mahkamah Agung mengabulkan permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh BPKP. Tidak dijelaskan lebih lanjut dalam website Mahkamah Agung mengenai isi putusan Mahkamah Agung tersebut. Sampai dengan Tanggal LUT, Perseroan belum menerima salinan resmi terhadap putusan Mahkamah Agung tersebut. Seluruh perkara-perkara yang sedang berlangsung di atas tidak memiliki dampak yang bersifat material terhadap kelangsungan usaha Perseroan danatau Entitas Anak serta rencana Penawaran Umum.

J. ASET TETAP YANG DIMILIKI PERSEROAN DAN ENTITAS ANAK