Upaya Pemerintah Propinsi Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Sektor Pertambangan

energi hanya menerima laporan yang terkait dengan sengketa yang muncul dalam pengelolaan pertambangan tersebut, sementara urusan-urusan yang memungkinkan pencegahan permasalahan, khususnya lintas kabupatenkota tidak melibatkan pemerintah propinsi. Kondisi ini berdampak pada hilangnya koordinasi antara dinas dari level kabupatenkota ke pemerintah propinsi sebagai wujud dari ketiadaan wewenang pemerintah propinsi untuk mengatur dan mengelola bidang pertambangan di kabupaten kota. Pengelolaan sektor pertambangan oleh pemerintah Propinsi Kalimantan Timur yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah kabupatenkota. Besarnya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah kabupatenkota mengakibatkan penerbitan izin dalam pengelolaan pertambangan sesuai dengan keinginan pemerintah kabupatenkota tanpa memperhatikan rencana tata ruang dan wilayah akan berdampak pada lingkungan. Pembangunan lingkungan khususnya sektor pertambangan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh batas- batas administratif termasuk oleh batas-batas wilayah kabupatenkota.

b. Upaya Pemerintah Propinsi Dalam Mengoptimalkan Pengelolaan Sektor Pertambangan

Lemahnya kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah propinsi dalam mengelola sektor pertambangan di Propinsi Kalimantan Timur perlu untuk ditinjau kembali dengan memberikan kesempatan yang lebih besar pada pemerintah propinsi untuk memposisikan diri dalam berbagai aktifitas pertambangan di daerah ini. Kegiatan pertambangan sebagai suatu kesatuan dalam pengelolaan sumber daya alam 58 merupakan potensi yang harus memberikan daya guna dan manfaat bagi pemerintah daerah mulai dari level kabupatenkota maupun level propinsi. Porsi kewenangan yang begitu kecil bagi pemerintah propinsi untuk mengelola dan mengembangkan potensi sumber daya alam perlu untuk direposisikan kembali melalui suatu peraturan perundang-undangan yang nantinya akan menjadi kekuatan hukum bagi pemerintah propinsi dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Posisi kewenangan propinsi yang hanya merupakan urusan pilihan perlu untuk dikembangkan menjadi urusan wajib sehingga daerah mempunyai kemampuan untuk mengatur dan mengembangkan wilyahnya masing-masing. Pemerintah pusat perlu untuk memperhatikan kekhasan suatu daerah dalam memberikan kesempatan untuk mengelola dan mengembangkan wilayahnya sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Ragam kebutuhan yang berbeda antar daerah memungkinkan perbedaan jenis kewenangan yang dimiliki oleh daerah dalam mengelola dan mengembangkan potensi sektor pertambangnnya. Fungsi pengawasan dari pemerintah propinsi baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi hal yang begitu penting untuk dimaksimalkan oleh level pemerintahan. Hal ini terkait dengan posisi pemerintah pada level propinsi sebagai wilayah administratif yang memungkinkan berbagai urusan yang terkait koordinasi antar wilayah dapat dilaksanakan secara penuh. Berjalannya fungsi pengawasan ini ditandai dengan semakin menguatnya posisi tawar dari level pemerintah propinsi dimata pemerintah kabupaten. Sehingga koordinasi antar wilayah dapat terbangun untuk mewujudkan pembangunan wilayah khususunya sektor pertambangan yang 59 lebih baik dan terbangunnya konsep pembangunan sumber daya alam yang berkelanjutan. Upaya mewujudkan suatu sistem pertambangan dengan prinsip berkelanjutan pada dasarnya merupakan bagian dari konsep pembangunan berkelanjutan itu sendiri. Hal yang perlu mendapat perhatian dari konsep pengelolaan pertambangan berkelanjutan ini adalah posisi pertambangan sebagai sumber energi yang tidak terbarukan. Dalam kontaks ini jelas berbeda dengan konsep pembangunan berkelanjutan dimana beberapa sumber daya yang dimiliki dalam konteks pembangunan berkelanjutan dapat terbarukan karena melibatkan sumber daya lain yang berada diluar sumber daya pertambangan dan energi itu sendiri. Emil Salim dalam Rachmad 2008;186 menyebutkan asumsi-asumsi dasar dan ide pokok yang mendasari pembangunan berkelanjutan; Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus menerus, kontinu, ditopang oleh sumber daya alam, dijamin dengan kualitas lingkungan dan manusia yang terus berlanjut. Kedua, sumber daya alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas sehingga perlu secara priodik diperhatikan sehingga berbagai permasalahan dari penciutan sumber daya tersebut dapat menopang pembangunan tersebut. Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Keempat, pola penggunaan sumber daya alam masa kini mestinya tidak menutup kemungkinan memilih opsi pilihan lain dimasa depan, dan kelima, mengandaikan solidaritas transgenerasi, dimana pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang 60 untuk meningkatkan kesejahteraan, tanpa mengurangi kemungkinan bagi genertasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraan. Pengelolaan lingkungan dengan konsep pembangunan berkelanjutan pada hakikatnya menunjukkan bahwa strategi pembangunan berkelanjutan merupakan mekanisme penting untuk meningkatkan dan menjembatani kemampuan nasional guna menyatakan prioritas sosial, ekonomi, dan lingkungan sebagai suatu kesatuan sistem yang saling mendukung. Proses pembangunan dalam konteks ini memiliki daya yang luar biasa sehingga berbagai kekurangan pada sektor yang ada dapat tertutupi dengan sistem manjerial yang baik. Lingkungan tidak dapat dilihat sebagai suatu unsur yang terlepas begitu saja dengan pembangunan yang berlangsung. Pembangunan berkelanjutan sustainable development pada hakikatnya harus diselaraskan dengan sustainable society yang nantinya akan menjalankan berbagai aspek dalam etika-etika lingkungan biosentrisme, ekosentrisme, dan ekofeminisme dan buka saja pada sekedar kaidah-kaidah subyektif. Sustainable development muncul terlebih dahulu menjelaskan pandangan tentang lingkungan yang dimiliki oleh masyarakat yang meliputi tiga tahapan, yakni ; lingkungan adalah untuk pembangunan ekonomi eco-developmentalism, lingkungan untuk keperluan manusia eco-humanism, dan lingkungan untuk lingkungan eco-environmentalism. Pembangunan yang berlandaskan lingkungan tidak terlepas dari mekanisme pembangunan berkelanjutan itu sendiri. Kaidah-kaidah yang ada dilingkungan perlu untuk secara terus menerus dibaca dan disinergikan sehingga berbagai permalasahan 61 yang muncul didalamnya dapat teratasi meskipun dengan kondisi lingkungan yang tidak terbarukan. Pandangan tentang pertambangan dengan konsep berkelanjutan pada hakekatnya dapat dilihat dari persfektif ekosentris yang berdiri pada argumen keberlanjutan yang kuat strong sustainability dimana paling ekstrim melarang segala bentuk pertambangan Tietenberg, 1996. Sementara pada sisi yang lain pandangan teknosentris berdiri pada argumen berkelanjutan yang lemah weak sustainability dengan pandangan paling ekstrim memperbolehkan usaha pertambangan dimana saja dan dengan jalan apapun asalkan hasil yang diperoleh diinvestasikan kembali untuk menciptakan bentuk sumber daya dan modal lain untuk kesejahteraan masyarakat, pandangan ini dipelopori oleh Hartwick-Solow dalam Lange and Wright, 2002. Industri pertambangan dan mineral sifatnya tidak terbarukan dapat yang dilakukan secara berkelanjutan dengan mengambil posisi lebih banyak di paham weak sustainability. Dalam kerangka pembangunan berkelanjutan cadangan bahan tambang baik mineral maupun energi harus disubtitusi dengan bertambahnya sumber- sumber daya lain. Hasil eksploitasi dari sumber daya mineral dan energi harus dapat ditransformasikan menjadi sumber-sumber daya manusia, keuangan, dan barang- barang manufaktur. Dengan demikian industri pertambangan dapat bersifat berkelanjutan dan tidak hanya dengan menyediakan kebutuhan masyarakat akan suatu produk akan tetapi juga menciptakan mata pencaharian yang sifatnya berkelanjutan Hobbs, 2005. 62 Pembangunan pertambangan dan energi yang berkelanjutan merupakan cita- cita dari semua stkeholders, hanya saja yang perlu untuk mendapatkan perhatian serius adalah dengan posisi yang tidak terbarukan maka sektor pertambangan dan energi memerlukan strategi pengelolaan yang benar-benar sesuai dengan kondisi masyarakat. Upaya mengembangkan suatu metode pengelolaan pertambangan dan energi yang berkelanjutan juga perlu untuk diitegrasikan dengan tiga aspek yang tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan pertambangan tersebut. Ketiga aspek itu adalah ; aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek sosial. Dalam perspektif ekonomi, pertambangan dan energi merupakan hal yang begitu menggiurkan dengan berbagai latar belakang ekonominya. Pengelolaan pertambangan dengan memeperhatikan aspek ekonominya perlu dipahami melalui penyelenggaraan yang efektif, efisien dan pengelolaan yang bertanggung jawab. Sistem keruk habis yang menjadi metode pertambangan selama ini perlu untuk ditinjau kemabli dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dimasa yang akan datang sehingga eksplorasi tanpa memperhatikan kondisi lingkungan dan keberlangsungan produk tersebut sudah saatnya untuk direposisikan kembali. Aspek lingkungan, pertambangan merupakan merupakan suatu industri yang tidak ramah lingkungan. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan dari proses pertambangan yang mana bertujuan mengekstraksi batuan untuk mengambil mineral dan bahan berharga dari dalam bumi dan sebagai konsekuensinya sering terjadi gangguan tata guna lahan, volume material buangan yang tinggi dan pencemaran tanah dan air sungai karena reaksi-reaksi kimia. Selain itu juga lahan-lahan bekas 63 tambangan dan pencemaran lingkungan akibat penambangan sering tidak direhabilitasi. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa kunci pelaksanaan pertambangan dan energi yang berkelanjutan dengan ramah lingkungan terletak pada perubahan pada semua unsur pengelola yang terdiri dari pemerintah, pengusaha., LSM, dan masyarakat yang secara terus menerus harus secara aktif mengontrol kegiatan pertambangan dan energi yang ada di daerah ini. Aspek sosial, dukungan masyarakat dan lingkungan sosial merupakan slah satu prasyarat penyelenggaraan pembangunan sektor pertambangan yang berkelanjutan. Pelaksanaan tanggung jawab sosial oleh perusahaan tambang yang beroperasi pada suatu wilayah perlu untuk dijalankan. Hal ini dimaksudkan agar tingkat kesejahteraan masyarakat yang merata dan berkeadilan dapat diwujudkan secara menyeluruh. Eksplorasi tambang dan energi dalam suatu kawasan jangan sampai justru menjadikan masyarakat lokal sebagai sub sistem yang termarjinalisasikan oleh proses industrialisasi tambang itu sendiri.

3. Pengelolaan Sumber Daya Alam Bidang Perkebunan