Nikotin dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di dalam jaringan sekitar
gigi.
41
Hal ini menyebabkan suatu penurunan oksigen di dalam jaringan dan merusak sistem respons imun, dengan demikian membentuk suatu lingkungan yang
menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri penyebab penyakit periodontal. Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan
berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin. Kemudian tar yang merupakan kumpulan beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok akan
membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi. Tar juga bersifat karsinogenik yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.
Kerusakan jaringan periodontal akibat merokok diawali dengan terjadinya akumulasi plak pada gigi dan gingiva. Tar yang mengendap pada gigi akan
menimbulkan masalah selain estetik juga menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar sehingga mudah dilekati plak. Akumulasi plak pada margin gingiva diperparah
dengan kondisi kebersihan mulut yang kurang baik akan menyebabkan terjadinya gingivitis dan selanjutnya menjadi periodontitis. Munculnya berbagai kondisi
patologis sitemik maupun lokal dalam rongga mulut diakibatkan adanya penurunan fungsi molekul termasuk saliva. Kerusakan komponen antioksidan saliva diikuti
dengan penurunan fungsinya sehingga menyebabkan beberapa kelainan rongga mulut nantinya. Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang
dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap dan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.
13
13
2.8 Indeks Periodontal
Pengukuran indeks status periodontal yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kriteria Russell. Indeks ini digunakan untuk memperkirakan
kedalaman penyakit periodontal dengan cara mengukur ada atau tidaknya inflamasi gingiva dan keparahannya, pembentukan saku dan fungsi pengunyahan. Pengukuran
dilakukan pada minimal 6 gigi, dimana gigi tersebut mewakili 1 gigi anterior rahang atas dan bawah, 1 gigi posterior kanan rahang atas dan bawah serta 1 gigi posterior
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kiri rahang atas dan bawah. Semua jaringan gingiva yang mengelilingi tiap-tiap gigi dinilai untuk melihat inflamasi gingiva dan keterlibatan periodontal. Russell memilih
skor nilai 0,1,2,6,8 untuk menghubungan level penyakit dalam suatu penelitian epidemologi untuk mengamati kondisi klinis.
28
Tabel 1. Kriteria skor periodontal menurut Russell
Skor
42
Kriteria dan Penilaian dalam Studi Lapangan
Penambahan dalam Kriteria X-Ray Diikuti dalam Uji
Klinis
Negatif : tidak ada inflamasi pada jaringan yg dilihat ataupun kehilangan
fungsi akibat kerusakan jaringan pendukung
Penampilan radiografis normal
1 Mild Gingivitis : ada area inflamasi
pada gingiva bebas, tetapi area tersebut tidak membatasi gigi
2 Gingivitis : inflamasi telah membatasi
gigi sepenuhnya, tetapi tidak tampak kerusakan perlekatan pada epitel
4 Digunakan bila terdapat alat radiografi
Ada seperti cekukan awal resorpsi tulang alveolar
PI SCORE = Jumlah Gigi yang Diperiksa
Jumlah Skor Individu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lanjutan Tabel 1
Skor Kriteria dan Penilaian dalam Studi
Lapangan Penambahan dalam Kriteria
X-Ray Diikuti dalam Uji Klinis
6 Gingivitis dengan pembentukan poket:
ada kerusakan pada perlekatan epitel dan terdapat saku. Tidak ada gangguan
fungsi pengunyahan. Gigi masih melekat erat dan tidak melayang.
Adanya kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang alveolar
sampai setengah dari panjang akar gigi.
Kehilangan tulang horizontal meliputi seluruh tulang
alveolar sampai setengah dari panjang akar gigi
8 Kerusakan lanjutan dengan hilangnya
fungsi penguyahan. Gigi mungkin tanggal ataupun melayang. Gigi
tampak pudar saat diperkusi, dan mungkin tertekan dalam soket.
Ada kehilangan tulang lanjutan, meliputi lebih dari
satu setengah panjang akar gigi. Terjadi perluasan
ligamen periodontal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2. Kondisi klinis dan skor periodontal
Kondisi Klinis
42
Grup-Skor Periodontal
Indeks Level Penyakit
Jaringan pendukung normal secara klinis
0-0,2 Reversibel
Simple Gingivitis 0,3-0,9
Permulaan penyakit periodontal destruktif
0,7-1,9 Penyakit periodontal destruktif
1,6–5,0 Irreversibel
Penyakit Tahap Akhir 3,8-8,0
2.9 Kerangka Konsep