penelitian tersebut dipengaruhi oleh steroid seksual pada periodonsium dalam beberapa kondisi klinis. Terutama fungsi dari leukosit polimorfonuklear yang
menyerang gingiva kemungkinan dipengaruhi oleh estrogens. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan pasien radang gingiva adalah pria. Hal ini disebabkan sikap yang buruk terhadap kesehatan rongga mulut dan juga kebiasaan
merokok.
16
oral hygiene dan kebiasaan pencegahan. Faktor jenis kelamin masih meragukan keterkaitannya dimana penelitian
ada yang menyebutkan bahwa kondisi periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya. Pada kenyataanya, oral hygiene pria lebih rendah daripada wanita terkait
keberadaan plak dan kalkulus. Karenanya, perbedaan jenis kelamin dalam prevalensi dan keparahan penyakit periodontal lebih menunjukkan hubungan kebiasaan menjaga
2.7.3 Penyakit Periodontal dan Kebiasaan Merokok
29
Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat memperparah penyakit periodontal karena penggunan tembakau dapat merusak gingiva dan
kesehatan rongga mulut secara keseluruhan. Selain itu, juga dapat memperlambat proses penyembuhan, sehingga kedalaman saku gusi bertambah dan kehilangan
perlekatan terjadi secara cepat. Perokok memiliki peluang lebih besar menderita penyakit periodontal seperti kehilangan tulang alveolar, peningkatan kedalam saku
gigi serta kehilangan gigi dibandingkan dengan yang bukan perokok. Skor plak juga terbukti lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Prevalensi
kehilangan tulang vertikal adalah 5,3 kali lebih besar pada perokok dibanding bukan perokok.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek merokok pada kesehatan periodontal tergantung pada frekuensi merokok. Kebanyakan pasien penyakit
periodontal adalah pria yang memiliki kebiasaan merokok.
40
38
Lebih dari 4000 toksin terdapat di dalam asap rokok, meliputi racun-racun seperti karbon monoksida,
substansi toksis seperti radikal-radikal oksidan, zat-zat karsinogen seperti zat-zat nitrosamin, dan substansi-substansi adiktif psikoaktif seperti nikotin.
13
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nikotin dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di dalam jaringan sekitar
gigi.
41
Hal ini menyebabkan suatu penurunan oksigen di dalam jaringan dan merusak sistem respons imun, dengan demikian membentuk suatu lingkungan yang
menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri penyebab penyakit periodontal. Gas karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan
berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin. Kemudian tar yang merupakan kumpulan beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok akan
membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi. Tar juga bersifat karsinogenik yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.
Kerusakan jaringan periodontal akibat merokok diawali dengan terjadinya akumulasi plak pada gigi dan gingiva. Tar yang mengendap pada gigi akan
menimbulkan masalah selain estetik juga menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar sehingga mudah dilekati plak. Akumulasi plak pada margin gingiva diperparah
dengan kondisi kebersihan mulut yang kurang baik akan menyebabkan terjadinya gingivitis dan selanjutnya menjadi periodontitis. Munculnya berbagai kondisi
patologis sitemik maupun lokal dalam rongga mulut diakibatkan adanya penurunan fungsi molekul termasuk saliva. Kerusakan komponen antioksidan saliva diikuti
dengan penurunan fungsinya sehingga menyebabkan beberapa kelainan rongga mulut nantinya. Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang
dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap dan berhubungan dengan dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.
13
13
2.8 Indeks Periodontal