Biaya tidak tetap Variabel Cost adalah biaya yang berubah apabila skala usaha berubah. Biaya ini ada apabila ada komoditas yang diproduksi. Biaya yang
tidak tetap adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain yang mendukung produksi seperti listrik dan biaya air.
Penentuan apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau variabel tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu
dipertimbangkan dalam jangka panjang sebagian besar biaya adalah biaya variabel.
2.3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang unik. Tenaga kerja berbeda dengan faktor produksi lainnya seperti modal. Perbedaan yang utama adalah
sumberdaya tenaga kerja tidak dapat dipisahkan secara fisik dari tenaga kerja itu sendiri. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang
mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga Simanjuntak, 1998.
Besarnya penawaran supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara tenaga kerja ini
sebagian sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa yang dinamakan dengan golongan yang bekerja Employed person. Sebagian lainnya
tergolong yang siap bekerja atau sedang berusaha mencari pekerjaan yang dinamakan pencari kerja atau pengangguran. Sedangkan menurut Simanjuntak
1998 penyediaan tenaga kerja merupakan sejumah usaha atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat untuk menghasilkan barang atau jasa. Jumlah satuan kerja tergantung pada : 1 Besarnya jumlah penduduk, 2 Persentase penduduk yang
memilih berada dalam angkatan kerja, 3 Jam kerja yang ditawarkan oleh anggota angkatan kerja. Ketiga komponen ini dipengaruhi oleh upah pasar.
Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan demand dalam masyarakat. Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan
tingkat upah.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang industri emping melinjo yang dilakukan Chodijah 1997. Penelitian ini mengkaji keragaan ekonomi, kesempatan kerja dan
distribusi pendapatan pada industri kecil emping melinjo di Kabupaten Cirebon. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari keragaan ekonomi industri kecil
emping melinjo aspek pengadaan bahan baku, permodalan dan pemasaran masih merupakan kendala utama. Tingkat pengembalian RC industri pada saat bahan
baku melimpah sebesar 1,20 dan pada saat bahan baku jarang tingkat pengembalian pendapatannya sebesar 1,30 dan 1,08
Dalam hal kesempatan kerja industri ini mampu menyerap tenaga kerja dari dalam keluarga per unit satu orang. Jika dilihat dari curahan waktu tenaga
kerjanya maka kecenderungan industri ini telah menggunakan jam kerja normal menurut kriteria BPS. Tingkat pendapatan masing-masing pemilik faktor produksi
terbesar diperoleh oleh pemilik bahan baku biji melinjo, yaitu petani melinjo. Sedangkan distribusi pendapatan diantara pengusaha dan pemilik modal dan pihak
pekerja belum tercapai pembagian yang merata. Secara keseluruhan industri ini mampu dijadikan alternatif dalam pemecahan masalah kesempatan kerja dan
pemerataan pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat keuntungan yang diperoleh dari kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja.
Penelitian lain tentang industri mochi pernah dilakukan oleh Erliasna 2006, yang melakukan penelitian mengenai rencana pengembangan binis
peningkatan kapasitas mochi pada PD. Mochi lampion. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa aspek-aspek penting dari manjemen industri mochi adalah
penyediaan sarana produksi, proses produksi dan pemasaran. Penyediaan kebutuhan dapat dipenuhi secara lokal, begitu pula dengan tenaga kerja yang
digunakan pada umumnya tenaga kerja keluarga. Dari analisis SWOT Streng Weaknes Opportunity Threats diperoleh
kekuatan industri mochi terdapat sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan teknis yang tinggi, harga yang murah, beraneka rasa dan produksi
yang berkualitas, sehingga mempunyai daya saing dari industri lainnya yang sejenis. Adapun kelemahannya adalah belum mampu memenuhi permintaan
konsumen dan memanfaatkan peluang eksternal yaitu tersedianya tenaga kerja yang membantu direkrut untuk membantu kegiatan produksi.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Konseptual
Alur pemikiran konseptual dalam penelitian ini berawal sejak krisis ekonomi yang menyebabkan sektor industri besar dan sedang mengalami
kemunduran disebabkan mahalnya harga bahan baku produksi. Industri yang ada mem-PHK sebagian besar karyawannya menyebabkan pengangguran meningkat.
Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dari industri besar ke industri yang berorientasi usaha atau industri kecil. Industri kecil merupakan
salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah krisis ekonomi karena tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian
keterampilan pekerja dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana.
Mochi adalah salah satu alternatif industri kecil yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi peluang usaha dan salah satu alternatif mengatasi
masalah tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang rendah. Hal ini diharapkan dapat memberikan lapangan kerja baik sektor produksi maupun
distribusinya. Timbulnya industri kecil mochi di Kota Sukabumi karena adanya kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya lokal dan sebagai usaha melestarikan
makanan khas masyarakat Kota Sukabumi. Kinerja industri kecil mochi masih menghadapi keterbatasan dalam
perkembangan usahanya yang ditentukan oleh faktor eksternal lingkungan usaha dan faktor internal dalam usaha. Faktor eksternal adalah faktor yang berada