PEMBAHASAN .1 Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4

5.2 PEMBAHASAN 5.2.1 Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa Remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan Pada penelitian ini didapatkan hasil yang mana dalam masalah bingung peran, remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan paling banyak memiliki masalah terhadap perannya di dalam keluarga yang masih rancu, remaja yang mengatakan ya sebanyak 60 orang 67.4. Kebingungan identitas kebingungan peran merupakan tahap pertama perkembangan psikososial, dimana remaja berusaha mengembangkan perasaan akan eksistensi diri yang koheren, termasuk peran yang dimainkan dalam masyarakat Papalia,et.al, 2011. Tidak sejalan dengan penelitian oleh Anindyajati 2013 yang berjudul status identitas remaja akhir: hubungan dengan gaya pengasuhan orang tua dan tingkat kenakalan remaja, yang mana hasil yanng didapatkan bahwa remaja yang status identitasnya tidakbelum tercapai berjumlah 18 orang dari 40 orang sebagai sampelnya. Sedangkan pada penelitian ini didapatkan bahwa remaja identitas yang belum tercapai bingung peran lebih tinggi yang mana klasifikasi responden adalah remaja tengah. Menurut Erikson dalam Papalia,et.al, 2011, bahaya utama dari kebingungan peran dapat memperlambat pencapaian kedewasaan psikologis, dan dapat mengatasi krisis identitasnya pada pertengahan usia dua puluhan. Remaja dapat menunjukkan kebingungan dengan mundur ke masa kanak-kanak untuk menghindari pemecahan konflik atau dengan melibatkan diri mereka secara impulsif ke dalam serangkaian tindakan yang buruk. Universitas Sumatera Utara Dan pada penelitian ini didapat bahwa anak sulung atau anak pertama lebih banyak dibanding anak tengah dan anak bungsu yaitu 33 orang 37.1, menurut Hurlock 1999 bahwa posisi sebagai anak sulung ataupun anak bungsu merupakan posisi yang istimewa dalam keluarga. Dalam beberapa pendapat dijelaskan bahwa anak sulung dan anak bungsu sama-sama mendapatkan curahan perhatian dan kasih sayang yang berlebihan dari orang tua bila dibandingkan dengan anak-anak diantara keduanya, anak tengah. Anak sulung berperilaku secara matang, karena berhubungan dengan orang-orang dewasa, dan diharapkan untuk memikul tanggung jawab. Anak sulung biasanya memiliki perasaan kurang aman dan perasaan benci sebagai akibat dari lahirnya adik yang sekarang menjadi pusat perhatian orang tuanya. Pada masalah kesulitan belajar, remaja paling banyak mengatakan tidak mengikuti les tambahan, yaitu 66 orang 74.2. Kesulitan belajar adalah suatu keadaan kondisi dimana remaja tidak menunjukkan prestasi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Tanda-tanda kesulitan belajar menurut Sumiati, et.al, 2009, salah satunya adalah menolak bersekolah, yang mana dalam penanggulangan kesulitan belajar adalah memberikan pendidikan untuk perkembangan yang spesifik. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dirgantoro 2012 yang berjudul evektivitas layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa kelas XI IPS 3 SMA Kristen Purwodadi tahun ajaran 20112012. Yang mana hasil 6 siswa yang termasuk kategori rendah dan sangat rendah dari 14 orang jumlah siswa yang menjadi sampelnya. Bimbingan kelompok efektif untuk meingkatkan kemandirian belajar siswa, adanya Universitas Sumatera Utara bimbingan kelompok belajar mampu membantu siswa mengatasi masalah konsentrasi belajar. Faktor penyebab terjadinya kesulitan belajar adalah faktor internal dan eksternal. Faktror internal yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurangan maupun psikofisik siswa yang terdiri dari bersifat kognitif ranah cipta, afektif ranah rasa, dan bersifat psikomotor ranah karsa. Dan faktor eksternal yakni hal-hal yang datang dari luar diri siswa, yakni lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Dalam perkembangan belajar, lingkungan sekolah berpengaruh yang cukup kuat, yang mana diantaranya adalah suasana sekolah, baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah. Suasana sekolah berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja, yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri Sumiati, et.al, 2009. Pada masalah kenakalan remaja, rata-rata remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan pernah mencuri barang temannya, yaitu 65 orang 73. Kenakalan remaja adalah tingkah laku yang melampaui batas toleransi orang lain dan lingkungannya, tindakan ini dapat merupakan perbuatan yang melanggar hak azasi manusia sampai melanggar hukum. Menurut Sunarwiyati dalam Sumiati, et.al, 2009, kenakalan remaja menurut bentuknya dibagi tiga tingkatan, yaitu kenakalan biasa, kenakalan yang menjurus pada pelanggaran, dan kenakalan khusus. Dan mencuri merupakan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadri 2009, Yng berjudul tinjauan tentang perilaku menyimpang remaja di kelurahan sari rejo kecamatan medan polonia, yang mana remaja yang pernah mencuri adalah 45 orang dari jumlah sampel yang teliti adalah 45 orang, dengan katalain 100 remaja pernah melakukan pencurian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja diantaranya adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai- nilai sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan di sekitar tempat tinggal Santrok, 2007. Dalam penelitian di dapatkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak dibanding dengan remaja perempuan. Yang mana menurut Santrok, 2007 bahwa pada remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada perempuan. Pada masalah perilaku sekual, remaja mengatakan bahwa pernah mencium tangan lawan jenis di depan umum, yaitu sebanyak 65 orang 73. Dalam perilaku seksual terjadi antara aspek-aspek fisiologis, sosiopsikologis, dan budaya. Perilaku seksual meliputi empat tahap, bersentuhan touching mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan, berciuman kissing, bercumbuan petting, dan berhubungan kelamin sexual intercourse. Sedangkan jika di perhatikan pada penelitian sebelumnya yang di teliti oleh Saputri dan Susetyo 2011 yang berjudul remaja dan seks pranikah. Yang mana dari hasil penelitian mereka didapatkan hasil dari 50 responden, 24 orang reponden telah melakukan hubungan badan, 16 diantarannya hanya sebatas ciuman, dan 10 lainnya hanya sebatas raba-raba. Yang mana dari hasil yang Universitas Sumatera Utara didapatkan oleh peneliti sebelumnya lebih menunjukkan tingkat gangguan yang sangat memprihatinkan. Menurut Kinsey,et.al, 1965 dalam Soejoeti 2001, perilaku seksual meliputi 4 tahap sebagai berikut. Besentuhan touching, mulai dari berpegangan tangan sampai berpelukan. Berciuman kissing, mulai dari ciuman singkat hingga berciuman bibir. Bercumbu Petting, menyentuh bagian sensitif dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkitan seksual, bersentuhan kelamin. Universitas Sumatera Utara 50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil anallisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan mengenai gambaran masalah kesehatan jiwa remaja di SMA Negeri 4 Padangsidimpuan remaja yang mengalami ataupun yangng masih bingung terhadap perannya di dalam keluarga ada 60 orang dari jumlah keseluruhan 89 orang, dan yang mengalami masalh pada kesulitan belajar yang khususnya yaitu tidak mengikuti les tambahan yaitu 66 orang, dan pada masalah kenakalan remaja, remaja yang mengatakan pernah mencuri barang temannya yaitu 65 orang, dan pada masalah perilaku seksual, didapatkan hasil remaja yang cenderung mengkhayal tentang berpelukan dengan lawan jenisnya yaitu 66 orang. 6.2 Saran 6.2.1 Untuk pelayanan keperawatan Diperlukan pelayanan kesehatan jiwa pada remaja untuk meningkatkan kesehatan jiwa remaja yang semestinya. Pemberian pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan jiwa remaja.

6.2.2 Untuk pendidikan keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan jiwa lebih dikembangkan dan lebih mendalam, khusunya tentang keperawatan jiwa pada remaja. Universitas Sumatera Utara